Makan Malam Ulang Tahun Friedrich
Makan Malam Ulang Tahun Friedrich
Walaupun Hannah sangat cantik dan baik, tetapi ia miskin dan tidak setara dengan temannya yang kaya itu. Ia dapat mengerti kalau cinta Hannah hanya bertepuk sebelah tangan.
Memi menepuk-nepuk bahu Hannah dengan penuh simpati. "Kalau jodoh tak akan kemana. Aku yakin itu."
Hannah hanya bisa tersenyum kecut. Saat ini ia seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya pada dirinya sendiri dan bagaimana ia bisa menjalani hidup baru sebagai orang biasa."
***
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Friedrich saat kembali ke rumah dan menemukan Hannah sudah kembali sibuk di dapur. "Hei.. tidak usah mengerjakan pekerjaan rumah. Kau pasti capek. Biarkan Harley yang mengerjakannya."
"Ah... aku tidak apa-apa," kata Hannah sambil tersenyum. Ia sedang mengiris-iris sayuran dan menyiapkan makan malam untuk mereka. "Aku kan sudah bilang bahwa aku senang memasak. Aku senang melakukan ini untukmu dan Karl."
"Hmm..." Friedrich tahu ia tak akan dapat menghentikan Hannah karena sepertinya gadis itu benar-benar ingin membalas kebaikannya. Ia melepaskan jasnya dan menaruhnya di sandaran kursi dan berjalan menghampiri gadis itu. "Ada yang bisa kubantu?"
"Tidak usah. Aku..."
"Kenapa tanganmu?" Friedrich yang sudah tiba di samping Hannah telah melihat jari-jari gadis itu yang ditempeli plester. Ia mengerutkan keningnya dan menyentuh tangan gadis itu. "Kau terluka di tempat kerja?"
Hannah menggeleng-geleng dengan ekspresi malu. "Ahaha.. tidak kok. Aku hanya lecet sedikit karena aku... belum biasa bekerja dengan tangan selama itu. Tapi aku pasti akan terbiasa."
Friedrich tertegun melihat jari-jari Hannah yang diplester seperti itu dan sikap sang gadis yang tetap tabah.
Mengapa Hannah tidak pernah mengeluh? Ia menerima semuanya dengan baik...
Rasanya Friedrich menjadi tidak tega membiarkan gadis yang tidak pernah bekerja kasar itu melakukan pekerjaannya yang sekarang.
Apakah ia dapat mencarikan Hannah pekerjaan lain yang lebih baik? Sebagai apa? Dan apakah Hannah akan dapat menerimanya? Kalau dipikir-pikir, Hannah memiliki harga diri yang cukup tinggi. Ia tidak mau dibiayai dan ditolong terlalu jauh. Ia hanya menerima jika dicarikan pekerjaan. Selebihnya, ia akan berusaha sendiri.
"Hannah, kalau pekerjaanmu terlalu berat dan kau mau berhenti, kau tidak usah sungkan ya," kata Friedrich akhirnya. "Aku akan mencoba mencarikan pekerjaan lain untukmu. Kau juga tidak usah memikirkan tentang tempat tinggal atau biaya lainnya."
Hannah tersenyum dan mengangguk. Kedua sudut matanya tampak basah, tetapi ia sengaja tidak mengusap matanya, agar Friedrich tidak tahu bahwa ia hampir menangis karena terharu.
Mereka kembali melanjutkan memasak makan malam bersama. Friedrich memutuskan untuk mengambil pekerjaan memotong sayuran dan daging agar Hannah tidak mengorbankan jari-jarinya yang terluka.
Karl yang baru selesai mengerjakan PR dan turun ke dapur karena mencium bau masakan yang wangi, terhenti langkahnya di pintu dapur. Ia melihat kakaknya dan Hannah sedang berdiri bersama menghadap konter dapur dan menyiapkan masakan.
Tadinya ia hendak masuk ke dapur, tetapi melihat kebersamaan kedua orang itu, Karl pun memutuskan untuk membatalkan niatnya. Pelan-pelan ia melangkah mundur dan kembali ke kamarnya. Ia baru turun kembali ketika Friedrich memanggilnya untuk makan malam.
***
Hari-hari Hannah menjadi sangat sibuk sehingga ia sama sekali lupa dengan kesedihan dan rasa sakit hatinya kepada Valentino dan keluarganya.
Ia membaca berita di internet beberapa minggu kemudian bahwa hubungan di antara keluarga kerajaan Moravia dan keluarga kerajaan Spanyol menjadi renggang setelah gagalnya pernikahan antara pangeran dan putri dari kedua kerajaan tersebut karena alasan yang tidak dijelaskan.
Gosip yang beredar di luaran adalah Pangeran Valentino memergoki calon istrinya selingkuh dan membatalkan pertunangan. Hannah digambarkan sebagai putri yang bersifat liar dan terlalu bebas. Sedari dulu ia memang telah banyak membuat keluarganya malu.
Hannah sangat kesal membaca semua berita tersebut. Namun, ia akhirnya memutuskan untuk tutup mata dan telinga dan tidak lagi mempedulikan keluarganya karena mereka tidak pernah menyayanginya.
Ia lebih peduli pada Friedrich ataupun Karl yang telah menampungnya di Seattle dan kini dianggapnya sebagai pengganti keluarganya. Tanpa terasa, ia telah tinggal bersama kedua pemuda itu selama 1,5 bulan.
Dua minggu pertama ia menenangkan diri sambil menunggu pekerjaan. Kini Hannah telah bekerja selama sebulan dan sebentar lagi ia akan menerima gaji.
Ahh... sudah saatnya ia mencari tempat tinggal baru dan tidak menyusahkan Friedrich lagi, pikir Hannah.
Sebenarnya ia merasa sedih harus meninggalkan rumah penolongnya itu. Ia sudah sangat terbiasa tinggal bersama Friedrich dan Karl dan mengurusi mereka. Ada rasa sukacita dan kebahagiaan tersendiri yang sulit ia jelaskan ketika melihat mereka menikmati masakan buatannya dengan wajah berseri-seri dan memuji rasanya yang lezat.
Namun, Hannah tahu diri. Ia tidak memiliki hubungan darah dengan mereka dan akan sangat memalukan jika ia terus-menerus tinggal gratis di rumah ini dan menjadi benalu. Karenanya setelah makan malam, ia memutuskan untuk mulai mencari kamar sewaan agar ia dapat segera pindah setelah menerima gaji.
"Kak Hannah, besok tidak usah masak makan malam, ya," kata Karl saat ia membantu Hannah dan Harley menyiapkan makan malam untuk mereka. Friedrich menghadiri rapat penting hingga malam bersama Sam Atlas dan tidak akan makan di rumah.
"Kenapa?" tanya Hannah keheranan.
"Besok kakakku ulang tahun," kata Karl gembira. "Kami biasanya makan malam di luar untuk merayakan ulang tahun kami. Kakak diundang."
"Oh... terima kasih..." kata Hannah gembira. Ini berarti Friedrich akan genap berusia 21 tahun besok. Ahh.. muda sekali!
Ia masih sangat muda tetapi telah memiliki begitu banyak pencapaian. Hannah merasa sangat kagum kepada pemuda itu. Bisa dibilang, Friedrich adalah seorang laki-laki yang sempurna. Ia tak dapat membayangkan apa yang akan dihasilkan Friedrich saat ia berusia 30 tahun, 40 tahun, dan nanti saat ia sudah tua.
Anak dan cucunya pasti akan sangat bangga kepadanya. Hannah dapat membayangkan Friedrich menghasilkan berbagai penemuan baru dan mencatatkan namanya dalam sejarah. Hannah akan sangat bangga kepadanya.
***
Hannah merasa tidak sabar ingin segera selesai bekerja dan pulang ke rumah Friedrich. Hari ini Friedrich berulang tahun dan mereka akan makan malam di luar. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia dan pemuda itu belum pernah makan di luar bersama.
Ada sedikit kerinduan pada dirinya untuk menikmati makan malam mewah dan dilayani seperti dulu. Kalau mengandalkan uangnya sendiri, Hannah tidak akan mampu membayarnya.
[Kau mau pulang ke rumah bersamaku? Hari ini aku tidak sibuk.]
Hannah tersenyum saat membaca SMS dari Friedrich. Ya, pemuda itu memang sangat sibuk dan mereka hampir tak pernah pulang bersama selama sebulan Hannah bekerja di Atlas X. Mereka hanya berangkat bersama, dengan Hannah turun satu blok dari kantor.
Biasanya Friedrich masih memiliki pekerjaan untuk dibereskan atau ia bertemu Sam Atlas dan pimpinan lainnya, atau mengikuti conference call dengan partner dari benua lain. Ia sungguh sibuk dan Hannah tidak ingin menganggunya.
Karena itu, ketika Friedrich menawarkan kepada Hannah untuk pulang bersama, gadis itu merasa senang sekali. Itu artinya Friedrich hari ini tidak sesibuk biasanya.
[Aku mau! Terima kasih.]
[Baiklah. Tunggu aku di taman seperti biasa.]
[Baik.]
Wajah Hannah seketika menjadi cerah dan tanpa sadar ia bersenandung kecil sambil mencuci piring di bak cuci. Sikap riangnya menarik perhatian Memi yang menduga Hannah gembira karena akhirnya tiba waktu gajian.
"Kau mau beli apa dengan gajimu?" tanya wanita separuh baya itu dengan gembira. Sepertinya kebahagiaan Hannah menular kepadanya.
"Eh.. gajian?" Hannah baru ingat bahwa hari ini ia akan menerima gaji. Seketika kegembiraannya berganti dengan rasa sedih.
Ah... itu artinya ia harus segera keluar dari rumah Friedrich. Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk mandiri dan mencari kamar sewaan untuk tinggal.
Hmm.. mungkin memang ada baiknya malam ini ia ikut Friedrich makan di luar merayakan ulang tahunnya. Ini bisa menjadi makan malam perpisahan untuk mereka.
Hannah benar-benar terasa berat dan tidak rela. Seandainya ia bisa tetap tinggal bersama Friedrich dan Karl.. ia akan senang sekali.
Sayangnya.. ia bukan siapa-siapa bagi Friedrich. Ia hanya gadis yang ditolongnya. Seandainya Friedrich memiliki perasaan cinta kepadanya... Hannah bisa tetap tinggal bersamanya sebagai kekasihnya.
Sayangnya, hingga sekarang, tanda-tanda bahwa perasaan Hannah berbalas dan Friedrich juga menyukainya, sama sekali tidak ada.
"Kenapa kau tampak sedih? Di mana-mana orang yang baru menerima gaji akan kelihatan sangat gembira. Tetapi kau tidak begitu," tegur Memi.
Hannah hanya tersenyum kecut dan tidak menjawab.
***
"Kau sudah menunggu lama?" tanya Friedrich ketika supirnya membukakan pintu bagi Hannah dan mempersilakan gadis itu masuk ke bangku belakang bersama Friedrich.
"Tidak, aku baru sampai. Terima kasih kau sudah menjemputku," kata Hannah.
"Tidak masalah. Aku memang sengaja pulang cepat hari ini," kata Friedrich. Ia memberi tanda dan supirnya segera melajukan mobil pulang ke rumah.
Hannah dan Friedrich mandi dan berganti pakaian bagus untuk makan malam istimewa. Keduanya telah siap berangkat untuk janji makan malam pukul delapan dan menunggu Karl turun dari kamarnya untuk bergabung dengan mereka.
Remaja itu turun dari lantai dua dengan wajah berpura-pura meringis kesakitan. "Aku tidak bisa ikut makan malam bersama kalian... hiks. Perutku sakit. Sepertinya tadi aku kebanyakan makan yogurt. Kakak makan berdua saja dengan Kak Hannah, ya?"
Hannah tertegun melihat akting Karl yang sangat buruk, sementara Friedrich tampak batuk-batuk mendengar perkataan adiknya.
Keduanya tahu bahwa Karl sengaja berpura-pura sakit agar ia dapat membiarkan Friedrich dan Hannah makan malam berdua saja.
Makan malam di restoran mewah berdua saja tanpa Karl akan terlihat seperti.. kencan, kan?