The Alchemists: Cinta Abadi

Permintaan Aleksis **



Permintaan Aleksis **

Nicolae hanya bisa meneguk habis wine-nya dan tidak menjawab. Ia tidak akan berpura-pura di depan adiknya, bahwa ia sudah melupakan Aleksis.     

"Aku masih perlu waktu." Akhirnya hanya itu yang dikatakannya.     

Nicolae tidak suka sendirian. Itulah sebabnya ia akhir-akhir ini senang tinggal bersama ayahnya dan kini bersama si kembar. Kalau ia sedang menyendiri, ia akan sering memikirkan masa-masa empat tahun kebersamaannya dengan Aleksis, dan itu tidak baik.     

Ia ingat bahwa ia menunggu Aleksis untuk menerima lamarannya selama lebih dari tiga tahun. Nicolae terkadang membayangkan bagaimana jadinya bila saat itu ia sedikit lebih agresif dan meminta Aleksis untuk menerima cintanya. Mungkin mereka sekarang sudah menikah dan anak yang akan dilahirkan Aleksis sebentar lagi menjadi anaknya.     

Saat Alaric kembali dan Nicolae sudah terlanjur menikahi Aleksis, maka mau tidak mau pernikahan Alaric dan Aleksis akan menjadi batal karena 'kematiannya'.     

Ia ingat semua hal yang mereka lalui bersama. Petualangan-petualangan mereka bersama kedua anaknya, ke Karibia, ke Afrika, ke Asia, ke Islandia melihat aurora dan kemudian saat ia melamar Aleksis...     

Untuk bisa melupakan semua itu, Nicolae perlu waktu.     

Dulu ia mengatakan kepada Aleksis bahwa Aleksis dapat melanjutkan hidup bersama Nicolae tanpa harus melupakan kenangannya bersama Alaric. Alaric adalah cinta pertama Aleksis dan Nicolae berharap menjadi cinta terakhirnya.     

Tetapi kini, nasihat yang sama tak dapat dia lakukan. Bagaimana bisa ia melangkah maju dalam kehidupannya tanpa melupakan kenangannya bersama Aleksis? Aleksis masih ada dan hidup dan menikah dengan adiknya sendiri. Mereka akan selalu bertemu. Ia tentu harus melupakan itu semua, dan hal itu perlu waktu, perlu upaya keras, perlu kesabaran.     

Alaric sendiri merasa sedih saat mendengar kata-kata Nicolae. Ia tahu Nicolae masih perlu waktu, tetapi berapa lama? Ayah mereka sudah berkabung atas kematian ibu mereka selama lebih dari seratus tahun, dan hatinya masih belum pulih. Apakah Nicolae juga akan perlu waktu demikian lama untuk melanjutkan hidup?     

Alaric hanya dapat berharap suatu hari nanti Nicolae akan menemukan wanita yang baik, yang dapat menggantikan posisi Aleksis di hatinya.     

"Aku mengerti," katanya kemudian. "Aku hanya ingin kau tahu, aku berterima kasih, dan aku takkan pernah melupakan kebaikanmu kepada keluargaku."     

Nicolae mengangguk. Ia menatap Alaric dengan pandangan rumit. "Aku.. dan Aleksis belum berbuat apa-apa. Aku mencintainya, tetapi aku tidak terburu-buru, jadi aku tidak melakukan apa-apa..."     

Ia bermaksud mengatakan bahwa ia dan Aleksis belum pernah tidur bersama.     

Alaric tersenyum dan menepuk bahunya. "Aku tahu."     

Tidak ada rahasia antara dirinya dan Aleksis. Sejak mereka berkumpul kembali, Alaric dan Aleksis telah sepakat untuk saling terbuka dalam segala hal. Mereka sudah mengalami akibat dari saling menutupi identitas yang mereka lakukan hampir sebelas tahun lalu, dan akibatnya timbul berbagai masalah yang menyebabkan mereka akhirnya terpisah selama sepuluh tahun. Ssaat itu ia tidak tahu Aleksis adalah seorang alchemist, dan demikian juga sebaliknya.     

Alaric sudah mengetahui tentang hubungan Aleksis dan Nicolae selama empat tahun sebelum ia kembali, betapa Nicolae sangat menjaga dan melindungi Aleksis dan kedua anaknya seperti pada keluarganya sendiri. Ia juga mengetahui tentang lamaran di bawah aurora dan berbagai rencana yang ingin dilakukan Nicolae dan Aleksis sebelum kedatangannya.     

Ia sangat bersimpati kepada kakaknya dan sama sekali tidak ingin menambah beban Nicolae.     

Mereka melanjutkan minum dan berbincang-bincang beberapa lama sebelum akhirnya Alaric minta diri dan pulang ke rumahnya. Di mansion ia disambut istrinya yang ternyata masih belum tidur dan menunggu kehadirannya.     

"Hei, kenapa belum tidur?" tanya Alaric saat melihat Aleksis menyambutnya di pintu. "Ini sudah tengah malam."     

"Aku tidak bisa tidur," Aleksis mengaku. "Bagaimana anak-anak?"     

"Baik. Mereka tampak senang bisa tinggal bersama Papa Nic lagi," jawab Alaric sambil tersenyum.     

Seandainya tidak ada rasa sungkan antara Nicolae dan Aleksis, tentu akan sangat gampang meminta Nicolae tinggal dekat mereka supaya anak-anak bisa membagi waktu mereka antara kedua keluarganya. Sayangnya hal itu tidak dapat terjadi.     

"Hmm... baguslah. Aku senang mendengar mereka senang." Aleksis menunjuk perutnya. "Sebentar lagi kita akan disibukkan oleh anak yang ini, sehingga kau tidak akan terlalu sedih kalau Altair dan Vega bersama Nico."     

Alaric mengangguk. Ia mencium perut Aleksis dengan penuh kasih sayang dan kemudian memeluk istrinya. "Aku sudah tidak sabar!"     

Ia lalu menggandeng Aleksis ke kamar mereka untuk tidur. Setelah mengobrol sebentar, keduanya lalu berbaring dan bersiap untuk tidur.     

"Uhm... aku tidak bisa tidur," keluh Aleksis setelah beberapa menit mencoba memejamkan matanya. Ia lalu berbalik menghadap suaminya yang hampir saja terlelap. Alaric membuka sebelah matanya dan mengerutkan keningnya.     

"Mau kupijat atau apa? Kau merasa tidak enak badan?"     

"Uhmm... " Aleksis tiba-tiba tersenyum nakal. "Dokter bilang berhubungan intim di akhir kehamilan akan membantu mempercepat kelahiran. Kau kan sudah tidak sabar ingin aku melahirkan?"     

Alaric seketika batuk-batuk mendengar ucapan Aleksis yang blak-blakan. Ia memang merasakan libido istrinya selama beberapa bulan terakhir kehamilannya meningkat cukup tinggi.     

Tentu sebagai laki-laki ia sangat senang melayani istrinya, namun sebagai ayah yang baru pertama kali menghadapi kehamilan Aleksis dan kelahiran anaknya, ia merasa kuatir bila akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada janin yang sedang berkembang di perut Aleksis jika mereka berhubungan badan di saat Aleksis sudah hampir melahirkan.     

"Uhm... kita sudah melakukannya hampir setiap hari," Alaric masih batuk-batuk, berusaha menekan tawanya mendengar saran Aleksis. "Dokter bilang kau akan melahirkan dalam beberapa hari ke depan.. apa ini tidak masalah?"     

"Kau mau aku cepat melahirkan atau tidak?" tanya Aleksis bersikeras. Bibirnya mulai mengerucut sebal karena permintaannya tak dipenuhi. Alaric yang gemas melihat tingkah istrinya langsung mengecup bibir itu dan melumatnya dengan antusias.     

"Mau... tentu saja aku mau..." bisiknya ke telinga Aleksis sebelum menggigit telinganya dengan lembut. Ciumannya beralih ke leher Aleksis dan menuruni punggungnya. Pelan-pelan ia lalu menurunkan gaun tidur Aleksis hingga menampakkan tubuh bagian atasnya yang mulus dan seksi. Karena kehamilannya, payudara istrinya telah membesar lebih dari biasanya dan membuatnya tampak semakin indah.     

Dengan hati-hati ia lalu mengecup dan menghisap sepasang payudara itu bergantian sambil tangannya membelai seluruh tubuh Aleksis lalu melepaskan gaun tidur istrinya dan pakaiannya sendiri. Bibirnya turun dan menciumi perut buncit istrinya lalu turun ke bawah perut dan bermain-main di liang kewanitaan Aleksis dan membuat istrinya mengerang sukacita.      

Setelah puas bermain-main Alaric lalu memasuki Aleksis dari samping agar tidak menyakiti perutnya yang sudah demikian besar.     

"Ahh.. ahh... aku mencintaimu..." desis Aleksis tanpa henti. Alaric hanya tersenyum tipis dan menciumnya sambil terus memompa pelan-pelan agar mereka berdua mencapai puncak bersama dengan ritme yang lambat. Mereka tidak terburu-buru dan menikmati proses ini dengan sepenuh hati.     

"Aku juga mencintaimu, dan anak kita," bisik Alaric setelah mereka sama-sama mengalami orgasme dan menghentikan kegiatan rutin yang tidak pernah terasa membosankan ini. Ia membantu Aleksis membersihkan diri kemudian mereka kembali mencoba tidur. Kali ini Aleksis dapat memejamkan mata dengan cepat dan wajahnya tersenyum. Alaric hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya.     

Beberapa hari lagi, setelah anak mereka lahir, tentu mereka tidak dapat lagi bercinta selama hampir dua bulan hingga masa nifas selesai, maka ia dapat mengerti mengapa Aleksis sepertinya ingin mengkompensasi sebelum masa itu tiba.     

Ia juga tahu bahwa dengan kehadiran bayi di rumah mereka berarti akan ada dinamika hidup mereka yang berubah. Ia mendengar bahwa bayi akan tidur sesukanya dan bangun sesukanya. Mereka mungkin akan kehilangan banyak jam tidur yang berharga. Tetapi ia sama sekali tidak keberatan.     

Malah ia tidak sabar menantikan tibanya saat-saat itu. Ia masih merasa sangat sedih karena kehilangan masa sepuluh tahun bersama Altair dan Vega. Ia tidak mau melewatkan yang berikutnya sama sekali.     

Anaknya yang akan lahir, akan menikmati curahan kasih sayang dan perhatian seratus persen dari ayahnya, Alaric Rhionen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.