L-London **
L-London **
Ya Tuhan! Jangan-jangan....
Ia berusaha memalingkan wajahnya agar tidak melihat wajah L yang secantik peri dan tubuhnya yang begitu indah...
Gadis itu bergerak sedikit dalam tidurnya dan gaunnya yang seksi tersingkap di bagian dada memamerkan separuh payudaranya. Seketika London terpaku di tempatnya tidak dapat bergerak.
Ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan dirinya, tetapi ia hanya seorang lelaki normal yang tidak dapat menahan pengaruh obat perangsang yang entah kapan dicampurkan ke minumannya.
London menyentuh wajah L lalu mengusap rambutnya yang tergerai halus di bahunya. Ia belum pernah melihat gadis secantik ini...
Tubuhnya seketika menegang ketika tiba-tiba sepasang mata hitam L membuka dan mengerjap-ngerjap, menatap langsung ke arahnya.
"Mmm....?" terdengar desahan pelan dari bibir merah muda gadis itu, yang kontan membuat London hampir gila. Ia tidak mengerti kenapa segala sesuatu tentang L bisa membuat otaknya menolak bekerja. L memegang tangan London yang sedang menyentuh rambutnya dan kemudian tersenyum. Maniiiisss sekali.
Gadis itu lalu menarik tangan London begitu tiba-tiba hingga tubuh pemuda itu jatuh ke atasnya dan sambil memejamkan mata ia mencium bibir London yang hanya bisa terpukau tak mampu berbuat apa-apa.
"Ugh..."
Pertahanan terakhir London akhirnya runtuh saat bibir L menyentuh bibirnya dan tubuh mereka menempel dengan begitu intim. Ia merasakan betapa halusnya kulit gadis itu dan betapa lembut tubuhnya, seperti marshmallow.
Akal sehatnya hilang, lalu secara spontan ia bangun dan menahan kepala L dengan tangan kirinya yang bebas lalu balas mencium bibir gadis itu dengan penuh gairah.
Ia belum pernah merasakan bibir yang demikian lembut dan manis. L yang juga di bawah pengaruh obat perangsang menyambut ciuman-ciuman London dengan antusiasme yang sama. Ia lalu mengalungkan kedua lengannya di leher pemuda itu. Bibirnya tak henti-hentinya mendesah pelan dan membuat London semakin menggila.
Pemuda itu terus melancarkan ciuman, hisapan, dan gigitan-gigitan lembut ke bibir L, kemudian turun hingga ke lehernya, ke bahunya... dan saat bibirnya semakin turun hingga ke dada L yang lunak di balik gaunnya, London menarik turun tali gaun gadis itu hingga menyingkapkan seluruh tubuh bagian atasnya yang sungguh sangat indah...
L sama sekali tidak menolak ketika London menarik lepas gaunnya dan hanya menyisakan pakaian dalam yang membuat tubuh seksinya terlihat semakin menggoda. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya sambil mengigit bibir bawahnya, tampak seksi sekali. Desahannya terdengar semakin panjang dan napasnya mulai memburu.
Tangan gadis itu kini bergerak nakal menelusuri bahu dan dada London yang bidang dan kukuh, tanpa ditutupi kemeja yang tadi sudah dilepasnya saat baru terbangun. Pelan-pelan tangan L turun hingga ke perut London yang keras dan terus merayap hingga ke bawah perutnya.
"Ahhh...." London menggigit bibirnya dan memejamkan mata menikmati tangan L yang membelai kejantanannya dan sesaat kemudian gadis itu bangun lalu dengan susah payah membuka ikat pinggang London dan berusaha melepaskan celananya. London membuka matanya dan menatap gadis itu dengan pandangan dipenuhi hasrat yang menggebu-gebu.
"Hmm.... biar aku bantu ya..." katanya sambil tersenyum. L jelas terlihat tidak ahli dalam kegiatan ini. Ia mencium L lagi dan kemudian dengan cekatan ia melepaskan sisa pakaian yang menutupi tubuh bagian bawahnya dan gadis itu.
London kemudian memposisikan tubuhnya di atas L dengan lebih baik agar tidak memberati tubuh mungilnya. Secara insting ia ingin melindungi tubuh L agar tidak kesakitan tertindih tubuhnya yang lebih besar.
London lalu mencumbu L dengan penuh gairah dan gadis itu membalasnya dengan antusiasme yang sama. Keduanya sama sekali tidak menggunakan akal sehat masing-masing, dan sepenuhnya dikendalikan oleh nafsu yang dipicu oleh obat perangsang yang sama-sama mereka minum tidak lama sebelumnya.
Tidak perlu waktu lama bagi keduanya untuk hanyut dalam permainan cinta berbahaya. Saat London pertama kali memasuki L, ia bisa melihat gadis itu mengernyit kesakitan, tetapi ia tak sanggup menghentikan tindakannya dan malah semakin buas menyerang L. Untunglah setelah beberapa saat wajah L terlihat memerah dan ekspresi kenikmatan mulai menghiasi wajahnya.
Mereka bergumul dan bercinta berkali-kali hingga tenaga keduanya habis dan akhirnya hanya dapat terbaring lemah sambil berpelukan di tempat tidur. Kesadaran London yang tinggal 20 persen sempat bepikir bahwa ia belum pernah sebahagia ini sebelumnya, sebelum akhirnya ia terlelap dalam tidur.
***
London yang pertama bangun ketika ponselnya berbunyi dari nakas di samping tempat tidur. Tubuhnya terasa segar tetapi perlu waktu sepuluh detik sebelum ia menyadari apa yang telah terjadi. Dengan kepala dipenuhi horor ia seketika bangun saat menyadari dirinya tidak berpakaian bersama L di tempat tidur.
Ia buru-buru mengambil selimut dari lantai dan menutupkannya ke tubuh gadis itu, lalu mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.
Ya Tuhan... kenapa hal ini bisa terjadi??
Ia buru-buru mematikan ponselnya dan menatap L yang mengerutkan keningnya dan pelan-pelan membuka mata.
"Aaaaaaaaaaaaaahhhhh!!!!!!" Jeritan gadis itu membelah keheningan dan membuat London shock. L duduk di tempat tidur dengan wajah dipenuhi kengerian saat ia menyadari apa yang terjadi. Selimut yang menutupi tubuhnya ditariknya semakin rapat menutupi hingga ke bahunya.
Sebelum L menjerit, London sempat berpikir bahwa ia sudah dijebak untuk tidur bersama L karena gadis itu mengetahui rahasianya, bahwa ia adalah London Schneider, putra pemilik Schneider Group yang kaya raya, bahwa L ingin menjebak London agar menikahinya. Tetapi kini melihat betapa gadis itu tampak shock dan ngeri... London sadar bahwa L juga korban seperti dirinya dan ia menjadi kasihan kepada gadis itu.
Ia buru-buru memakai pakaiannya dan menghampiri L, duduk di tepi tempat tidur.
"Ada yang menjebak kita..." katanya pelan. Nada suara London dipenuhi rasa bersalah.
Ugh... ia tidak tahu bagaimana ia bisa begitu ceroboh sehingga dapat dijebak seperti ini. Kalau ia tidak berhasil dijebak, tentu L tidak akan menjadi korban. Ia berusaha mengulurkan tangannya untuk menenangkan L.
"Jangan sentuh aku!!" jerit gadis itu. Matanya dipenuhi air mata dan bibirnya mengkerut dengan ekspresi benci. London menjadi semakin merasa bersalah.
"Aku berjanji akan mencari orang yang bertanggung jawab dan menghukumnya dengan pantas," kata London berusaha membujuk L. Gadis itu menatapnya tajam berusaha menilai apakah London memang sama-sama dijebak atau pemuda itu berbohong kepadanya.
Akhirnya, L sadar London juga dijebak sama seperti dirinya. Gadis itu menggigit bibirnya kuat-kuat hingga mengeluarkan darah dan tangisnya pun pecah. London ingin sekali menenangkannya, menarik L ke dalam dekapannya dan menyeka air matanya, tetapi ia sadar gadis itu pasti sekarang sangat membencinya. Karenanya ia hanya termangu di tempatnya.
"L... maafkan aku, aku tidak menjaga diriku dengan baik sehingga terjadi hal seperti itu..." kata London pelan.
L menangis tersedu-sedu, tidak menghiraukan London selama setengah jam. Setelah air matanya hampir habis, gadis itu tampak berusaha keras menguatkan dirinya dan menghapus sendiri air mata yang membasahi wajah dan rambutnya. Sesaat kemudian hanya tetes demi tetes air mata saja yang terlihat menuruni pipinya. Suara isaknya sudah hilang. L tampak berusaha keras menahan tangis.
"Jangan lihat sini..." desisnya kemudian kepada London. Pemuda itu mengerti L ingin mengenakan pakaiannya, maka ia segera berbalik dan memusatkan perhatiannya pada tembok di arah berlawanan.
Dua menit kemudian ia merasakan L menuruni tempat tidur dan berjalan menuju pintu. London buru-buru berbalik dan menghampiri gadis itu.
"Kau mau kemana?" tanyanya cemas.
"Pergi dari sini," jawab gadis itu pendek.
"Biarkan aku mengantarmu..." kata London dengan penuh kesungguhan. "Aku minta maaf... telah... telah melakukan itu kepadamu... Seharusnya aku lebih baik menjaga diriku..."
Dalam hati London ingin segera memanggil para pengawalnya dan memarahi mereka karena bisa lengah dan membuatnya dijebak seperti ini.
L menatap London lama sekali dan kemudian menghela napas. Air matanya masih menetesi pipinya, dan entah kenapa pemandangan itu membuat hati London terasa sangat sakit.
"Aku tidak mau bertemu denganmu lagi. Jangan ikuti aku. Tidak usah mengingat-ingat apa yang sudah terjadi hari ini. Kalau bukan kau, pasti Stephan sudah menggunakan orang lain. Seharusnya aku tahu dia akan berbuat sebusuk ini..." kata L dengan suara getir.
"A... apa? Stephan?" Seketika dada London dipenuhi kemurkaan dan wajahnya tampak sangat marah, hingga L bahkan menjadi takut melihatnya. Gadis itu mundur dua langkah dan harus berpegangan pada tembok. London yang menyadari ia membuat L takut buru-buru mengganti ekspresinya agar terlihat netral. "Jangan takut kepadaku... aku tidak akan menyakitimu. Malah aku akan memastikan Stephan membayar perbuatannya kepada kita."
L menggelengkan kepalanya, "Aku mau melupakan semua ini... biarkan aku pergi."
Ia berjalan maju dan membuka pintu.
"L..." London berusaha mengikutinya, tetapi suara L yang tajam menghentikan langkahnya.
"Aku tidak mau melihatmu lagi. Jangan. Ikuti. Aku."
Gadis itu buru-buru berlari keluar dan membanting pintu di belakangnya.
London hanya dapat berdiri tertegun di tempatnya.