Nyanyian yang Mempesona
Nyanyian yang Mempesona
Finland menoleh dan memperhatikan sikap suaminya, dan dalam hati ia bisa menduga Caspar sudah merencanakan ini bersama Aldebar secara diam-diam, lalu memberikannya sebagai kejutan kepada Alaric. Finland sungguh merasa terharu.
Saat membayangkan betapa sepuluh tahun lalu terjadi kesalahpahaman yang cukup besar antara Alaric dan Caspar sehingga mereka saling membenci, ia sempat merasa jerih. Untunglah kini, masing-masing telah berubah.
Ia terutama melihat perubahan yang sangat besar terjadi pada Alaric. Setelah menemukan istri dan kedua anaknya, bahkan ayah dan kakak kandungnya, pria itu menjadi pribadi yang tidak lagi membenci manusia.
Memang masih banyak hal yang tidak ia sukai dari cara kebanyakan manusia memperlakukan alam dan cara mereka bermasyarakat, tetapi ia sama sekali tidak lagi melakukan tindakan aktif untuk menyingkirkan manusia-manusia yang dianggapnya tidak layak mengisi bumi.
RMI juga membatalkan beberapa proyek yang secara langsung akan menyulitkan manusia biasa untuk berkompetisi dengan mesin, semua ini menunjukkan bahwa sepertinya Alaric sudah berubah menjadi lebih toleran dan sabar.
Inilah yang menjadi alasan Caspar kini menyukai Alaric dan bukan hanya memberikan restu kepada pria itu untuk hidup bersama anak perempuan satu-satunya, melainkan juga restu untuk suatu hari nanti Alaric menggantikan dirinya sebagai ketua klan, mengingat Nicolae sama sekali tidak berminat mengambil posisi itu.
Setelah Alaric menerima kotak berisi ramuan keabadian itu dan melepakan rangkulannya dari Aldebar, Aleksis memegang tangan Alaric dan meremasnya pelan. Mereka saling bertatapan dan tersenyum.
Aleksis mengerti keharuan yang dialami oleh suaminya itu dan ia ingin menunjukkan dukungannya. Ia juga sangat menyukai Mischa dan Takeshi sejak mereka bertemu sepuluh tahun yang lalu. Ia masih belum sempat bertemu Kai dan Rosalien, tetapi Aleksis yakin ia juga akan menyukai kedua anak angkat Alaric yang lain itu.
Alaric lalu menoleh ke arah Takeshi dan mengulurkan tangannya, memberi tanda agar Takeshi datang mendekat. "Kemarilah."
"Ada apa tuan?" tanya Takeshi dengan suara pelan. Ia sudah mendengar ucapan Aldebar tadi dan dadanya kini berdebar-debar karena ia bisa menduga Alaric memanggilnya untuk menyerahkan ramuan keabadian itu kepadanya. Ia berjalan mendekati Alaric dengan penuh hormat.
"Kau sudah mendengar sendiri kata-kata Paman Aldebar. Apakah kau menginginkan hadiah hidup abadi bersamaku?" tanya Alaric sambil menatap Takeshi sambil tersenyum hangat. Takeshi ingat ayah angkatnya dulu jarang sekali tersenyum. tetapi sekarang ia memang berubah dan terlihat semakin bahagia.
"Aku... ini hal yang sangat besar dan tidak terduga, Tuan." Takeshi mengaku. "Aku perlu memikirkannya."
Alaric mengerti. Tidak semua manusia menginginkan hidup abadi. Ia telah mendengar bahwa Finland membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum kemudian memutuskan untuk menerima ramuan keabadian tersebut. Itu sebabnya Aleksis dan London tidak terlahir sebagai alchemist murni, mereka harus meminum ramuan yang sama ketika mereka berdua masih kecil.
"Tentu saja, ambil waktu sebanyak yang kau butuhkan untuk berpikir. Aku mengundangmu bersama Mischa, Rosalien, dan Kai datang ke rumah kami bulan depan untuk merayakan hari ulang tahunku dan sekaligus memberikan hadiah ramuan keabadian ini untuk masing-masing kalian."
Alaric yang dulu selalu merasa sebatangkara, dan tidak mau dekat dengan siapa pun karena ia takut semua orang yang dekat dengannya akan mati dan meninggalkannya sendirian, kini memiliki keluarga besar dan kerabat yang memenuhi hatinya dengan kasih sayang.
Bahkan keempat anak angkatnya pun kini akan memiliki kesempatan untuk hidup abadi bersamanya, jika mereka inginkan. Ia kadang merasa perlu untuk mencubit dirinya sendiri dan memastikan bahwa hidupnya sekarang bukanlah mimpi.
Setelah pemberian hadiah dari Aldebar, pesta kembali dilanjutkan dengan suasana yang penuh kehangatan. Alaric dan Aleksis sudah memutuskan bahwa setelah anak-anaknya cukup besar untuk terbang, mereka akan pindah ke Yorkshire dan menetap di sana untuk waktu agak lama. Baru kembali ke Singapura jika musim dingin tiba, sehingga mereka tidak harus direpotkan oleh salju.
Saat semua orang sibuk kembali berbincang-bincang dan minum wine, London melihat jamnya dan setelah memastikan bahwa di Jerman tidak terlalu pagi, ia memutuskan untuk menghubungi L untuk menanyakan kabarnya.
[Hallo, L. Apa kabar? Kau sehat?] tanyanya.
Ia tahu L sekarang sedang tinggal di suite Hotel St. Laurent atas biaya perusahaan karena Jan berhasil membuat manajer gedung apartemen mereka mengeluarkan surat pembersihan hama, sehingga mau tidak mau L terpaksa keluar dari apartemen mereka sementara seisi gedung diisolasi untuk disterilkan dari hama.
Brilliant Mind Media menyediakan suite di hotel termahal di Berlin selama dua minggu untuk L dengan keamanan dan kerahasiaan terjamin. Gadis itu bisa tinggal dengan tenang tanpa London, dan pria itu juga tidak harus pusing memikirkan keadaan L di Berlin sepeninggalnya.
Tadinya London memang ingin L tinggal di penthouse-nya, tetapi ia sadar bahwa Jan akan kesulitan untuk memindahkan L ke sana tanpa membongkar identitas dirinya. Karena itu ia menerima Jan memindahkan L ke suite saja, itu sudah cukup baik karena semuanya terjamin di hotel dan letaknya juga cukup dekat dari penthouse itu sendiri.
[Aku baik. Masih tinggal di suite karena apartemen kita sedang disterilkan dari hama. Tidak baik untuk bayi.]
Balasan L masuk sepuluh menit kemudian dan membuat London senang sekali. Ia lalu memutuskan untuk menelepon L agar dapat mendengar suaranya.
"Heii... aku senang mendengar kau baik-baik saja. Aku akan pulang beberapa hari lagi." London bergerak masuk ke perpustakaan untuk mencari privasi saat ia bicara dengan L.
"Hmm..." L hanya menjawab dengan gumaman tidak jelas.
"Ah... tapi aku sangat merindukan Lily. Apakah aku bisa melihatnya? Kau bisa menyalakan Virconnect di sana? Aku ingin melihat Lily." London buru-buru menambahkan. "Kalau kau tidak keberatan."
"Hmm..."
"Baiklah. Kirim nomor akun virconnect di Suite itu, biar aku yang menghubungimu. Aku juga ingin melihat seperti apa suite tempatmu tinggal sekarang," kata London bersemangat.
Sepuluh detik kemudian ia menerima kontak Virconnect dari L dan dengan penuh semangat ia segera menghubungi gadis itu lewat Virconnect. Ia memang ingin tahu seperti apa suite yang disediakan Jan bagi ibu calon anaknya. Kalau tidak memuaskan, London akan punya alasan memarahi Jan.
Ah, ia juga ingin sekali melihat L dan berada di dekatnya, walaupun hanya secara virtual.
Lima menit kemudian panggilan Virconnectmya tersambung dan ia melihat L sedang duduk di depan sebuah piano di ruang tamu besar yang indah dan dihiasi jendela besar dari lantai hingga langit-langit dengan gorden berwarna cerah.
"Ahh.... tempatnya bagus sekali," puji London. "Kau suka tinggal di sana?"
L mengangguk. "Aku suka pianonya. Aku bisa sering berlatih menyanyi di sini."
"Oh... kau sedang berlatih lagu apa?" tanya London sambil berjalan mendekat dan mengamati piano itu. "Lagu baru?"
L mengangkat wajah mengamatinya lalu mengangguk.
"Benar. Aku baru menciptakannya. Aku bisa menyanyikannya untukmu." L memencet beberapa tuts lalu setelah pemanasan sebentar ia mulai memainkan piano dengan trampil, dan bibirnya mulai melantunkan sebuah lagu yang sangat indah.
Suaranya yang jernih dan penuh penghayatan terdengar sepuluh kali lebih indah dari biasanya. London berdiri terkesima dengan sepasang mata membulat, mendengarkan nyanyian L dengan tubuh terpaku. L membuatnya seolah tersihir dengan suara dan lagunya yang demikian memukau.
London tidak menyadari pintu perpustakaan dibuka dan satu persatu kepala melongok ke dalam karena penasaran mendengar asal suara nyanyian yang tiba-tiba membuat semua orang di taman menjadi terpesona.
Finland, Caspar, Lauriel, Terry dan Rune mengamati London yang tampak berdiri tertegun sambil mendengarkan nyanyian seorang gadis sangat cantik yang sedang duduk memainkan piano. Mereka dapat menebak siapa gadis itu dari sikap London terhadapnya dan dari perutnya yang sudah membesar.
Inikah gadis yang disukai anak laki-laki pertama keluarga Schneider ini?