Telepon yang Mengagetkan
Telepon yang Mengagetkan
"Ada apa? Kenapa wajahmu begitu?" tanya Terry yang sedang bersantai di pinggir kolam renang.
"Kemana London dan anak-anak?" tanya Nicolae cepat. Pandangannya mengarah ke segala sudut penthouse tetapi tak dapat menemukan mereka.
"Tadi katanya mereka mau keluar untuk beli es krim," jawab Rune santai. Ia memicingkan mata melihat Nicolae yang tampak rapi. "Astaga, kau kesambet apa? Tumben bajunya rapi."
Nicolae hanya memutar matanya dan duduk di sofa sambil membuka ponselnya dan menghubungi London.
"Kalian di mana? Bilang anak-anak aku tidak akan marah karena kalian mengintip, tapi mereka harus membelikanku es krim juga. Aku tunggu." Ia lalu menutup panggilan sebelum London bisa membalas ucapannya.
Nicolae duduk di sofa sambil memijit keningnya, memikirkan apa yang baru saja terjadi di acara makan siang naas tadi. Ia bergidik membayangkan masih harus menjalani dua kencan lagi dengan wanita yang mungkin akan lebih menyebalkan.
Sebenarnya kalau dipikir lagi Marie tidak salah-salah amat. Ia hanya mengambil sikap berhati-hati. Tentu ia tak ingin terjadi hal buruk kepada sahabatnya. Nicolae juga akan begitu kalau ia punya teman yang akan kencan buta dengan seseorang.
Hmph.. baiklah. Mari kita lihat apakah Marie akan datang atau tidak ke dermaga 4, pikirnya.
Setengah jam kemudian London dan kedua keponakannya pulang ke penthouse. Mereka bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan memberikan es krim untuk semua pria yang sedang menunggu di penthouse.
"Hmm... kudengar tadi kau kencan makan siang dengan gadis cantik. Bagaimana?" tanya Terry sambil menikmati es krimnya. Ia mengedip kepada dua ponakannya dan memberi tanda bahwa ia memuji kecakapan mereka dalam mencarikan jodoh bagi ayahnya.
"Tanyakan saja langsung kepada adikmu. Dia juga ada di sana tadi," omel Nicolae sambil melirik London yang pura-pura tidak mendengar ucapannya. Ia menolak menjelaskan lebih jauh.
Nicolae lalu membuka tabletnya dan meneliti profilnya di dating website kemudian buru-buru mengutak-atik isinya. Fotonya diganti dengan foto terbaru. Ia juga mengedit profilnya. Ia tak mau dianggap menipu untuk kedua kalinya jika ia sampai bertemu wanita kedua.
Nicolae kemudian masuk ke inbox dan memberi tahu dua wanita berikutnya bahwa ia dikerjai keluarganya untuk membuat akun di dating website dan bahwa ia sebenarnya tidak mencari kekasih, tetapi untuk menghargai mereka, ia akan tetap datang ke acara kencan yang sudah dijanjikan.
Notifikasi di inbox tiba-tiba berbunyi dan ia membaca pesan dari Sanna yang minta maaf mewakili Marie atas kesalahpahaman yang tadi terjadi dan mendoakan agar Nicolae mendapatkan kebahagiaannya.
[Terima kasih] Nicolae hanya membalas singkat. [Bilang Marie, aku masih menunggu dia untuk membuktikan sendiri apakah aku akan menculiknya atau tidak.]
Pukul 2 siang ia lalu memberi tanda kepada Altair dan Vega untuk membereskan barang mereka dan bersiap untuk berangkat ke kapal bersamanya.
"Kalian mau kemana?" tanya Terry, London, dan Rune bersamaan ketika mendengar perintah Nicolae kepada Altair dan Vega.
"Kami mau berlayar," jawab Nicolae singkat. "Kenapa?"
"Aku mau ikut. Sudah lama aku tidak memancing," tukas Terry. Ia segera melompat ke arah kamarnya dan keluar dengan tas lima menit kemudian, dan dengan tidak tahu malu mengundang dirinya sendiri ke acara liburan Nicolae dan kedua anaknya.
"Kami tidak ada kesibukan hari ini. Kami juga mau ikut," Rune menambahkan.
"Baiklah," balas Nicolae. Ia hanya bisa mengalah.
Akhirnya rencana berlayar Nicolae dan si kembar ditunggangi oleh paman-paman mereka yang dengan semangat langsung berganti pakaian santai dan berangkat bersama mereka.
Tiga jam kemudian, empat orang dewasa dan dua anak kecil itu sudah asyik menikmati pemandangan matahari terbenam yang sangat indah dari atas geladak kapal yang dikemudikan ke tengah lautan.
Altair dan Vega dengan senang hati menunggui pancingan sementara paman-paman mereka mengobrol sambil menikmati wine.
Sampai malam semakin larut, Nicolae tidak melihat ada balasan lagi dari Sanna tentang Marie, apakah Marie akan datang ke dermaga 4 atau tidak. Nicolae akhirnya hanya bisa mengangkat bahu dan mengambil kesimpulan bahwa Marie tidak mau datang.
***
Keesokan paginya saat mereka semua masih terlelap tidur bertumpukan di dua kabin yang ada di kapal, terdengar bunyi dering panggilan ke empat ponsel sekaligus yang membuat mereka semua terbangun paksa dengan hanya separuh nyawa terkumpul.
"Astaga.. ribut sekali.. Siapa sih yang menelepon pagi begini?" omel Terry sambil menyambar ponselnya di meja kecil samping tempat tidur. Ia hendak mengomeli penelepon kurang ajar tersebut ketika melihat nama peneleponnya adalah Finland Schneider.
Ada apa Ibu menelepon sepagi ini? pikirnya keheranan.
London mengusap-usap matanya dan mengamati nama penelepon di layar ponselnya: Caspar Schneider.
Rune yang tidur di sebelahnya mengomel sambil mengambil ponselnya yang bertuliskan panggilan masuk dari Alaric Medici.
Sementara Nicolae yang tidur sambil memeluk Altair segera terduduk di tempat tidur dan dengan setengah sadar mengambil ponselnya. Ia membuka sebelah matanya dan melihat bahwa ayahnyalah yang sedang menelepon. Begitu ia menerima panggilan tersebut, suara Lauriel Medici yang antusias terdengar dari ujung telepon.
"Kalian di mana?? Cepat ke sini. Aleksis sudah mau melahirkan!!!"
"Wow!!!!" Tanpa sadar Nicolae menjerit kaget. Ia sampai harus meminta maaf karena sudah mengejutkan Altair dan Vega. "Astaga... kita harus segera pulang. Rupanya mama kalian akan segera melahirkan..."
Ia buru-buru melompat turun dari tempat tidur dan membasuh wajah seadanya. Saat ia pergi ke ruang kemudi, Nicolae menemukan bahwa London sudah ada di sana dan bersiap membawa kapal kembali ke dermaga.
"Kau sudah tahu apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara gugup. London mengangguk dengan sama gugupnya.
"Kita harus segera pulang. Sial... tiba-tiba sekali. Seharusnya anaknya lahir beberapa hari lagi..." omel Nicolae. Ia gugup tetapi sekaligus gembira. Ia sangat bahagia untuk adiknya yang akan segera menjadi ayah kembali, dan kali ini akan dapat menikmati proses kelahiran dan menjadi ayah bagi anaknya semenjak bayi.
Terry dan Rune juga tampak sama bersemangatnya dengan NIcolae. Rune jelas terlihat paling bahagia, karena alat penerjemah tangisan bayinya sudah rampung dan ia ingin sekali mengujinya pada keponakan terbarunya.
Perjalanan kembali ke darat terasa begitu lambat dan keempat calon paman itu berdebar-debar di sepanjang jalan. Semua berharap keponakan mereka jangan dulu lahir hingga mereka tiba di mansion Bukit Timah.
Aleksis telah memilih proses melahirkan di dalam air dengan prosedur water birth di rumah sehingga mereka semua segera menuju ke mansion keluarganya begitu tiba di darat.
"Jangan ke mansion. Aleksis sudah dibawa ke rumah sakit," Lauriel menelepon lagi ketika mereka sudah dalam perjalanan.
"Lho.. bukannya waktu itu mau melahirkan di rumah? Kenapa tiba-tiba ke rumah sakit?" tanya Nicolae bingung.
"Iya, tadinya begitu, tetapi barusan dokternya memeriksa dan menyarankan sebaiknya pindah untuk melahirkan ke rumah sakit. Ia menilai water birth tidak tepat untuk kondisi Aleksis sekarang."
"Kondisi apa?" tanya Nicolae. Lauriel tidak menjawab. Terdengar jeritan Aleksis yang melengking memekakkan telinga dari ujung telepon dan kemudian panggilan terputus.
Hmm... pikiran Nicolae segera bekerja. Sebagai seorang dokter ia bisa menduga-duga kenapa Aleksis tidak jadi melakukan prosedur water birth di saat terakhir dan harus pindah ke rumah sakit.
"Astaga..." ia hanya dapat menepuk keningnya sendiri dan menatap kedua keponakannya yang memandangnya dengan pandangan bertanya-tanya. Ia mendeham lalu menjelaskan, "Sepertinya kalian akan punya adik kembar."