Bertemu Keluarga Schneider
Bertemu Keluarga Schneider
"Killian... Itu Tuan Rune Schneider..." Tangannya yang satu lagi menunjuk ke arah Rune.
London masih membeku di tempatnya tidak tahu harus berkata apa. Mulutnya membuka tetapi tidak ada suara yang keluar. Ia hanya dapat menatap adiknya dengan pandangan putus asa.
Habislah sudah...
Semuanya akan terbongkar hari ini juga.
L menarik tangan London dan berjalan mendekati Rune yang sama kagetnya melihat mereka.
"Selamat sore Tuan Schneider..." L menyapa Rune dengan ramah. "Kita pernah bertemu. Anda datang ke konser menyambut musim panas dan memberikan saya bunga."
Rune mengangkat kedua alisnya dan buru-buru tersenyum.
"Benar... kau masih ingat. Apa kabar? Apa kau tinggal di sekitar sini?" Ia mendekati mereka dan menyalami L yang tampak sangat gembira. L mengangguk dan menarik London untuk juga menyalami Rune.
"Iya, kami baru pindah. Perkenalkan ini calon suamiku."
Dada London terasa mengembang seperti balon gas helium yang siap dilepas terbang ke udara mendengar ia diperkenalkan sebagai calon suami L, tetapi seketika rasa gembiranya diganti perasaan kuatir. Sebentar lagi semuanya terbongkar. Balon heliumnya akan terhempas ke bumi dan habis diinjak-injak.
"Oh... hallo," Rune menyapa London dengan senyum dipaksakan.
Saat itu Caspar telah datang mendekat dan ikut menyapa mereka.
"Hallo... selamat datang," katanya sambil tersenyum ramah. Wajahnya yang tampan dan lesung pipinya terlihat mirip sekali dengan London dan untuk sesaat L tampak membelalakkan matanya.
"Tu... Tuan London Schneider?" tanya L dengan suara ragu. Ia menatap Rune dan Caspar bergantian dan segera menepuk keningnya. "Aku sangat senang bertemu Tuan. Aku pernah melihat Anda di di festival musim panas bersama Tuan Rune. Terima kasih atas semua bantuan Anda selama ini..."
L buru-buru menyalami Caspar dengan wajah berseri-seri.
"Eh...?" London terpana melihat sikap L yang mengira ayahnya adalah dirinya. Rune juga tampak mengerutkan kening keheranan.
Caspar membalas salam L dengan hangat dan menepuk bahunya."Senang berjumpa kembali denganmu, Nona L."
"Aku yang sangat senang," balas L. Ia lalu menarik London mendekati Caspar dan memaksanya menyalami Caspar. "Killian, ini Tuan London Schneider yang..."
Sesaat kemudian L tampak terpaku.
Ia baru menyadari kemiripan antara London dan Caspar. Sepasang matanya membulat besar sekali dan ia buru-buru berbisik ke telinga London.
"Ya ampunn... apa orang pernah bilang kau itu mirip sekali dengan Tuan London Schneider?" L tampak sangat bingung. "Kalian bisa dikira kakak beradik..."
London tidak tahu harus menjawab apa.
"Uhm... mungkin karena sangat sedikit orang yang pernah melihat keluarga Schneider secara langsung.. jadi mereka tidak tahu," bisik L lagi. "Astaga... ini kebetulan yang menakutkan..."
Caspar dan Rune saling pandang, tidak mengerti apa yang dibisikkan L kepada London. Akhirnya pemuda itu tersenyum canggung dan menyalami Caspar.
"Uhm.. senang bertemu Anda, Tuan. Namaku Killian Makela..." Ia lalu menoleh kepada L. "Sayang, tidak sopan kalau kita berbisik-bisik di depan orang lain."
"Eh.. iya, maafkan aku. Aku tadi hanya kaget, Killian sangat mirip dengan Tuan London Schneider..." L mengangguk dengan sopan.
Barulah Rune mengerti apa yang terjadi. Ia lalu mendeham dan menepuk bahu London sambil tertawa kecil. "Ahh... benar juga. Nona L punya penglihatan tajam. Killian memang mirip sekali dengan kakakku, London Schneider..."
Caspar juga mengerti dan langsung ikut serta dalam sandiwara kedua anaknya.
"Ahahaha.... benar, kami memang mirip. Heii... ini sungguh suatu kebetulan yang menyenangkan. Kalian mau minum teh bersama kami? Aku baru membuat kue yang enak sekali." Ia mengembangkan tangannya menyambut kedua tamu mendadak mereka agar mengikutinya ke kursi taman tempat ia sudah menaruh beberapa hidangan.
Dan dengan begitu saja... ketakutan London hilang tak berbekas.
L ternyata sama sekali tidak menghubungkan wajah London yang mirip dengan ayahnya. Gadis itu mengira kemiripan itu adalah suatu kebetulan belaka. Dengan gembira dan penuh terima kasih gadis itu mengikuti Caspar ke meja makan di taman dan melihat-lihat hidangan yang tersedia dengan antusias.
"Tuan yang memasak semua ini? Wow... luar biasa..." puji L sambil duduk di kursi. London mengikuti dan duduk di sebelahnya. Wajahnya terlihat sangat lega. Berkali-kali ia membalas cubitan Rune yang duduk di sebelahnya dan mencubitnya sambil menatapnya penuh arti.
"Aku dibantu istriku yang cantik..." tukas Caspar dengan gembira. Ia menoleh ke samping, tepat saat Finland datang membawa sebuah nampan berisi kue kering. "Sayang, kita kedatangan tamu."
"Hallo..." Langkah Finland seketika terhenti ketika melihat L dan London, dan matanya tampak bertanya-tanya. "Ka.. kalian ada di sini?"
"Selamat sore, Nyonya Schneider. Kami baru pindah ke daerah sini, dan tadi anjing kami yang nakal berlari hingga kemari." L buru-buru bangkit dari kursinya dan menghampiri Finland. Ia lalu mengambil nampan itu dari tangan nyonya rumah. "Sini aku bantu..."
"Eh.. iya, terima kasih.. " jawab Finland dengan suara canggung. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"
L menatap Finland agak lama dan kemudian menggeleng, "Hmm... aku tidak ingat. Mungkin Nyonya pernah melihatku di televisi. Aku ini penyanyi..."
Finland menepuk keningnya dan tertawa pelan, "Ah... ya pasti itu. Aku merasa seolah pernah melihatmu di mana. Mungkin memang di televisi. Kau sangat terkenal, kan?"
"Ah... tidak begitu, aku masih artis pendatang baru," jawab L sambil tersenyum. Ia menatap Finland lagi dan menelengkan kepalanya sambil mengingat-ingat sesuatu. "Uhm... tapi sekarang kalau diingat-ingat lagi, aku memang seperti pernah melihat orang yang mirip Anda. Killian, bukankah Nyonya Schneider mirip dengan temanmu? Siapa itu namanya?"
"Hmm... masa sih? Sepertinya tidak mirip..." kata London pura-pura. "Mungkin rambutnya mirip... tapi selain itu, rasanya tidak kok."
"Hmm... begitu ya?" L mengangguk-angguk. "Berarti kita belum pernah bertemu. Maafkan kami menerobos tiba-tiba seperti ini.. Karena Yves sangat nakal..."
Ia menepuk-nepuk kepala Yves yang duduk di pangkuannya.
"Yves?" Finland tampak sangat tertarik. "Siapa itu?"
"Oh... ini nama anjing kami. Aku penggemar berat Billie Yves, jadi aku memberi anjing kami nama Yves..."
Sepasang mata Finland tampak berbinar-binar. "Kau juga penggemarnya?"
Dalam hati ia langsung menyukai gadis ini. Menurutnya London tidak salah memilih istri. Siapa pun orangnya yang menggemari Billie Yves, pasti orang baik, pikir Finland dengan hati senang.
"Nyonya juga? Wahh.. ini kebetulan yang sangat menyenangkan. Aku sangat menyukai lagunya dari album pertama. Menurutku itu sungguh luar biasa. Saat aku kesepian di panti asuhan, aku sering mendengarkan lagunya..." kata L dengan antusias.
"Kau... pernah tinggal di panti asuhan?" Seketika Finland dipenuhi rasa iba mendengar kata-kata L. Ia menatap L dengan pandangan keibuan dan tanpa diduga gadis itu, Finland memeluknya erat sekali. "Aku ikut sedih mendengarnya... Aku harap sekarang kehidupanmu sudah baik-baik saja..."
L yang tidak menduga akan dipeluk oleh istri seorang pria paling kaya dan berkuasa di dunia itu merasa sangat tersentuh. Wajahnya berubah menjadi sendu dan untuk pertama kalinya London melihat ekspresi L yang demikian rapuh.
L sudah sangat lama tidak merasakan kasih sayang ibunya sejak keluarganya dibunuh 11 tahun lalu, dan pelukan keibuan dari Finland yang tiba-tiba membuat pertahanannya runtuh. Tanpa sadar L mulai menangis terisak-isak.
"Terima kasih... Nyonya.. Aku sekarang baik-baik saja..." bisiknya pelan.
"Ahh... aku senang mendengarnya." Finland melepaskan pelukannya dan menarik L untuk kembali duduk, kali ini di sampingnya. "Kalau ada apa-apa, kalian datang saja kemari. Rumah kami terbuka untuk kalian."
"Terima kasih... Tuan Schneider sudah sangat banyak membantuku, dari fasilitas rumah sakit, dan berbagai fasilitas lainnya selama aku melahirkan," L mengangguk ke arah Caspar dengan penuh terima kasih. Ia menghapus air matanya buru-buru. Ia tidak ingin membuat suasana di meja makan menjadi sedih. "Aku belum sempat berterima kasih secara langsung. Baru sempat mengirimkan bunga lewat Killian."
London buru-buru mengangguk membenarkan. "Iya, minggu lalu aku sudah memberikan bunga ucapan terima kasih ke kantor Tuan Schneider."
"Ah, iya.. terima kasih untuk bunganya," jawab Caspar sambil tersenyum. "Ayo silakan coba kue buatanku dan istriku. Semoga kalian suka..."
Dengan penuh terima kasih L menerima sepotong kue dari Caspar dan memakannya. Ia berkali-kali memuji masakan pria itu dan membuat Caspar sangat senang. Finland banyak mengobrol dengan L tentang musik dan L merasa sangat kagum saat mendengar bahwa Nyonya Schneider pernah bertemu langsung dengan Billie Yves yang legendaris.
"Iya, Billie adalah teman lama keluarga kami. Mungkin suatu hari nanti aku bisa memperkenalkanmu kepadanya..." jawab Finland senang.
"Ahh... ya Tuhan... itu mimpi yang menjadi nyata bagiku.. kalau sampai aku bisa bertemu Billie Yves... wow... Beliau sudah lima tahun mengundurkan diri dari dunia musik. Dia sangat luar biasa..." cetus L.
Dalam hati London memikirkan taktik baru untuk membuka identitasnya kepada L. Mungkin ia akan datang membawa Billie Yves saat ia mengaku dosa kepada L... Ia yakin L tidak mungkin bisa marah di depan idolanya.
Ha... baiklah. Aku akan segera bicara kepada Bibi Billie, pikirnya senang.