The Alchemists: Cinta Abadi

Ren



Ren

"Siapa namamu?" tanya pria itu tiba-tiba memecah keheningan. Fee mengerjap-kerjapkan matanya seolah tidak percaya ia barusan mendengar suara dari orang yang sedang duduk bersimpuh di depannya. Karena ia tidak juga menjawab, pria itu mengulangi pertanyaannya. "Siapa namamu?"     

Setelah mendengar pertanyaan itu untuk kedua kalinya, barulah Fee terhenyak dari lamunannya dan segera mengangguk. "Oh, namaku Fee Lynn-Miller."     

"Nama yang bagus, seperti orangnya," komentar pria itu. Ia lalu bangkit dan duduk di kursi di seberang Fee. Kakinya disilangkan dan sepasang tangannya terlipat di dada. Ia menatap Fee dalam-dalam dan melanjutkan bicaranya. "Kemarin adalah saat pertama aku bisa tidur pulas selama lebih dari enam jam. Kau tidak tahu betapa pentingnya itu bagiku. Jadi.. terima kasih atas perhatian yang kau curahkan dalam menata dan membersihkan kamarku."     

Fee hanya bisa mengangguk. Tidur cukup sangat penting bagi siapa saja, pikirnya.     

"Aku senang bisa membantu Tuan," kata Fee kemudian.     

"Karena itulah, aku ingin memintamu untuk mengurusiku selama aku di sini," Tuan Friedrich bicara lagi. Kali ini kata-katanya membuat Fee sangat terkejut.     

"A... apa tadi kata Tuan?" tanya gadis itu sambil mengerutkan keningnya keheranan.     

"Aku akan meminta kepada bosmu untuk mengganti butler yang selama ini mengurusiku di Villa no. 4. Aku lebih suka dengan pekerjaanmu." Tuan Friedrich menjelaskan. "Tetapi sebelumnya aku ingin meminta pendapatmu."     

"Eh?" Fee terhenyak mendengar pertanyaan orang di depannya. Tuan ini menginginkan Fee menjadi pelayan pribadinya selama di resort? Tetapi.. ia bertanya kepada Fee terlebih dulu, alih-alih langsung meminta kepada bosnya? Apa tidak salah?     

Fee benar-benar tidak mengerti. Ia selama ini mendengar bahwa Tuan Friedrich adalah orang yang ketus dan sewenang-wenang. Ia juga gampang marah, karena selalu kurang tidur.     

Tetapi, rasanya semua kesan negatif itu tidak ditemukan Fee sejak tadi ia berinteraksi dengannya. Mereka seperti orang yang berbeda.     

Apakah semua gosip itu salah? Atau jangan-jangan, sebenarnya ia memang baik, tetapi karena kurang tidur maka sikapnya selama ini menjadi menyebalkan....     

"Kalau kau setuju menjadi pelayan pribadiku, aku akan bicara dengan bosmu. Kau bisa mulai hari ini," kata pria itu lagi.     

Ah... menjadi pelayan orang ini tentu lebih baik daripada menjadi petugas kebersihan yang harus bekerja keras setiap hari membersihkan banyak ruangan, pikir Fee. Ia merasa terharu karena pria ini menawarinya posisi ini.     

"Aku setuju, Tuan..." kata Fee akhirnya. Wajahnya berseri-seri.      

"Bagus. Tunggu sebentar," Pria itu mengangkat teleponnya dan menelepon ke operator, minta bicara kepada seseorang.     

Fee hanya menatap pria itu bicara di telepon kepada manajer HRD dan menjelaskan keinginannya. Gadis itu merasa seperti bermimpi.     

Pelayan pribadi hanya disediakan untuk penghuni keempat villa di resort dan mereka tidak perlu memakai seragam jelek seperti yang sedang dikenakan Fee sekarang. Ahh.. ia merasa senang sekali!     

Sepuluh menit kemudian Pak Krause dan Ms Amanda tiba di villa no. 4 dan Tuan Friedrich mempersilakan mereka duduk. Mereka berdua saling pandang keheranan dan kemudian duduk di samping Fee.     

"Tuan tadi meminta agar Fee menjadi pelayan pribadi Tuan selama di sini?" tanya Pak Krause setelah duduk di sofa sesuai permintaan sang tamu.     

"Benar. Kenapa begitu susah memenuhi permintaanku?" tanya pria itu dengan wajah keruh.      

Fee baru melihat perubahan sikap Tuan Friedrich. Kali ini wajahnya sama sekali tidak tersenyum dan ramah seperti tadi ketika berbicara dengannya. Ia terlihat begitu dingin dan angkuh sehingga membuat Pak Krause dan Ms Amanda menjadi tidak nyaman.     

Sekarang Fee baru mengerti kenapa teman-temannya sesama staf mengatakan bahwa Tuan Friedrich sangat menakutkan dan sering marah-marah. Kalau wajahnya keruh begini, ia memang terlihat agak menyeramkan.     

Pak Krause menghela napas panjang. Ia ingiiiiin sekali mengabulkan permintaan tamunya ini dan mengalihkan Fee untuk bekerja sebagai pelayan pribadinya di villa, agar tidak lagi menjadi petugas kebersihan. Tetapi ia tahu Franka akan marah-marah dan memecatnya kalau mendengar hal itu. Ia sudah tua dan sangat sulit mencari pekerjaan baru.     

"Mohon maaf, Tuan... kami tidak bisa mengabulkannya karena..." Suara Pak Krause terdengar sangat lemah. "Ini perintah dari atasan kami. Bu Franka meminta secara khusus agar Fee dipindahkan menjadi petugas kebersihan. Sebenarnya sebelum ini Fee bekerja sebagai resepsionis. Tetapi dua hari lalu Bu Franka mengambil kebijakan baru untuk merotasi para karyawan baru..."     

"Franka? Siapa itu?" tanya Tuan Friedrich dengan nada suara kesal yang sama sekali tidak disembunyikannya.     

"Uhm... Bu Franka adalah anak bungsu pemilik resort ini..." Pak Krause menjelaskan dengan takut-takut. Ia tidak mau membuat tamu VVIP mereka kesal, tetapi ia benar-benar tak dapat memenuhi permintaannya. Maka dari itu, ia terpaksa memberitahukan alasan sebenarnya.     

Sementara itu, Fee menekap bibirnya karena shock saat mendengar penjelasan Pak Krause. Ia sama sekali tidak menduga bahwa ia dipindahkan semata-mata karena Franka tidak menyukainya.      

Tuan Friedrich melengos kesal saat mendengar kata-kata Pak Krause. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya di pegangan kursinya dan mengerutkan kening. Wajahnya yang muda kali ini tampak lebih tua karena ekspresinya yang gelap.     

"Resort ini adalah bagian dari Grup Hotel Keller yang berpusat di Swiss, kan?" tanyanya kemudian sambil menatap Pak Krause dengan kening berkerut.     

Pak Krause mengangguk. "Benar, Tuan. Nona Franka Keller adalah putri bungsu pemilik grup."     

"Hmm..." Tuan Friedrich lalu mengambil ponselnya dan membuat panggilan telepon. Wajahnya tampak beku saat ia bicara dengan nada suara datar di teleponnya. "Karl, tolong kau hubungi pemilik Keller Group dan katakan kepadanya untuk segera menarik pulang anak perempuannya dari resort yang biasa kudatangi. Kalau tidak, aku akan memastikan izin operasional semua hotelnya di Moravia akan dibatalkan."     

Pak Krause, Ms Amanda dan Fee semuanya mendesah tertahan dan saling pandang keheranan. Mereka tidak mengira Tuan Friedrich akan melakukan hal seperti itu.     

Dan barusan tadi.. ia mengatakan bahwa ia akan memastikan izin operasional semua hotel Grup Keller di negeri ini akan dibatalkan?     

Apakah ia baru saja mengakui identitasnya?     

Mereka bertiga hanya dapat menelan ludah.     

"Pa.. pangeran..." Pak Krause akhirnya tidak dapat menahan diri lagi. Ia berdiri dan membungkuk sedikit di hadapan Tuan Friedrich. "Terima kasih."     

Melihat tindakan Pak Krause, Ms Amanda dan Fee secara spontan ikut berdiri dan membungkuk juga. Kalau pria ini sudah mengakui identitasnya secara tidak langsung seperti tadi, maka mereka harus menunjukkan rasa hormat mereka kepada Pangeran Renald Friedrich Hanenberg of Moravia, cucu laki-laki satu-satunya raja kerajaan Moravia.     

Walaupun ia adalah calon penerus takhta, Pangeran Renald sangat jarang muncul di media. Kalaupun ia sesekali muncul, penampilannya tampak berbeda karena ia selalu menunjukkan ekspresi masam dan ketus.     

Karena itulah, desas-desus yang beredar di resort yang mengatakan bahwa tamu VVIP mereka selama ini adalah sang pangeran tidak dapat dikonfirmasi.     

Namun kini, ia sendiri yang membuka identitasnya.     

"Kabari aku sore ini kalau permintaanku masih tidak bisa dipenuhi. Aku akan pergi dari resort ini dan memastikan Grup Keller mengerti bahwa aku tidak main-main." Pria itu sama sekali tidak mengacuhkan ketiga orang yang memberi hormat kepadanya dan melambaikan tangannya menyuruh mereka pergi. "Kalian bisa pergi sekarang."     

"Uhm... dapurnya masih berantakan, Tuan," kata Fee dengan suara pelan. "Biarkan aku membereskannya dulu."     

Pria itu menatap Fee agak lama dan kemudian mengangguk. "Kau boleh tinggal."     

Pak Krause dan Ms Amanda saling pandang. Mereka mengangguk hormat dan kemudian permisi keluar. Mereka berjalan cepat kembali ke kantor dengan dada berdebar-debar.     

Keduanya tidak sabar menunggu kabar dari kantor pusat tentang penarikan kembali Franka ke Swiss setelah dua hari saja di Salzsee.     

Mereka benar-benar berharap Franka akan pergi dan digantikan oleh direktur lain yang memang benar-benar profesional.     

Oh... sungguh mereka beruntung karena Pangeran ternyata menyukai Fee dan menginginkannya menjadi pelayan pribadinya di resort. Kalau tidak, mungkin mereka masih harus menanggung derita bekerja di bawah Franka selama bertahun-tahun.     

***     

Sementara itu, Fee buru-buru kembali ke dapur dan membereskan pecahan poci porselen tadi. Ia ingin segera selesai membersihkan villa ini agar ia dapat duduk dan menenangkan diri. Dadanya masih berdebar-debar akibat shock mendengar semua informasi yang diterimanya hari ini.     

Ia tidak mengira Franka demikian tidak menyukainya hingga sengaja memindahkannya ke bagian kebersihan. Ia juga shock karena mengetahui identitas sebenarnya tamu VVIP mereka.     

"Hati-hati. Nanti kau terluka lagi."     

Fee terkejut mendengar suara pria itu di belakangnya. Tetapi kali ini ia lebih sigap dan tidak menjatuhkan apa pun. Dengan rikuh ia mengangguk.     

"Terima kasih, Pangeran. Aku akan berhati-hati..." katanya.     

"Ishh...." Pria itu mengernyitkan keningnya mendengar kata-kata Fee. "Jangan panggil aku seperti itu. Rasanya kuno sekali. Namaku Ren."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.