Tamu VVIP di Villa No. 4 (2)
Tamu VVIP di Villa No. 4 (2)
Setelah mendorong troli masuk ke dalam dan menyetel robot pembersih untuk membersihkan lantai dan mengepel, Fee masuk ke kamar tidur untuk memeriksa apakah sang penghuninya sudah meniduri ranjangnya atau belum.
"Astaga... orang macam apa ini yang tidak tidur dua malam berturut-turut?" gumam Fee keheranan. Di satu sisi ia senang karena pekerjaannya menjadi sedikit lebih mudah. Tadi di Villa no. 1, ia menghabiskan waktu hampir 15 menit hanya untuk merapikan kamar tidur yang berantakan dan kotor. Kamar di villa no. 4 ini sangat rapi, seperti tidak disentuh sama sekali.
Di sisi lain, Fee merasa kasihan kepada Tuan Friedrich. Ia tak dapat membayangkan bagaimana rasanya memiliki insomnia separah itu. Apakah beliau tidak pernah ke dokter untuk mengatasi penyakitnya?
Hmm... Fee yakin orang sekaya pria itu tentu sudah mencoba berbagai macam cara dan mencari bantuan medis terbaik. Namun, tetap saja ia tidak bisa tidur.
Sambil menggeleng-geleng kasihan, Fee lalu keluar kamar dan mengambil kantung kertas dari atas troli. Ia mengeluarkan seikat bunga lavender yang kemarin dipetiknya di padang rumput dari kantung kertas itu.
Fee tahu bahwa lavender memiliki khasiat mengusir nyamuk dan wanginya dapat membantu orang tidur lebih nyenyak. Kemarin saat ia melihat begitu banyak tanaman lavender di sepanjang jalan menuju pulang, ia seketika teringat pada Tuan Friedrich yang tidak bisa tidur dan memutuskan untuk mengambil sedikit.
Siapa tahu... sedikit wangi lavender alami di dalam kamar bisa membuat suasana tidur Tuan Friedrich menjadi lebih baik, pikirnya.
Fee mengambil sebuah vas porselen minimalis dari dapur dan mengisinya setengah dengan air lalu menata lavendernya dengan cantik. Setelah puas dengan hasilnya, ia lalu menaruh vas tersebut di meja kecil di samping tempat tidur. Dengan gembira ia mencium-cium wanginya dengan mata terpejam.
Ahh.. wanginya enak sekali!
Lavender adalah bunga kesayangan Fee. Ia tidak tahu kenapa ia sangat menyukai bunga ungu itu. Ia suka warnanya, juga wanginya. Itu juga salah satu penyebab ia sangat menyukai musim panas, karena ia dapat melihat bunga lavender di mana-mana.
Setelah puas dengan penempatan bunga lavendernya. Fee lalu mulai merapikan gorden dan membuka jendela besar dari lantai ke langit-langit untuk membuat udara di dalam kamar menjadi segar. Setelah itu ia merapikan kamar mandi.
Ia sangat fokus pada pekerjaannya sehingga tidak memperhatikan sekelilingnya. Untuk menghibur diri, Fee bersenandung kecil sambil membersihkan wastafel, merapikan tirai bathtub, menggosok toilet, dan memoles cermin. Rasa lelah dan pegal pada tangannya tidak lagi terasa saat ia bernyanyi.
Gadis itu memasang alarm untuk berbunyi pukul 10.40 agar ia memiliki jeda waktu sepuluh menit untuk menyelesaikan pekerjaannya dan keluar dari villa sebelum pukul 10.50 seperti yang dijadwalkan. Ia tidak mau mengambil risiko melakukan kesalahan bodoh di hari pertama ia bekerja sendirian.
Karena gadis itu sibuk dengan pekerjaannya sambil menyanyi di kamar mandi, ia tidak mendengar suara orang masuk ke dalam villa. Tuan Friedrich baru menyadari setelah ia tiba di tepi danau bahwa sinar matahari pagi ini sudah mulai terik dan ia harus menggunakan kaca mata hitam. Dengan terpaksa ia pun kembali ke villanya untuk mengambil kaca mata itu.
Ketika ia tiba di depan pintu villanya, pria itu berdiri tertegun dan kedua telinganya tampak menegak seolah berusaha mendengarkan lebih baik. Ia mengerutkan keningnya, mengira ia salah dengar, tetapi setelah mendengarkan baik-baik, ia sadar bahwa telinganya memang menangkap suara seorang wanita bernyanyi.
Suara itu merdu sekali. Lagu yang dinyanyikannya hanyalah lagu biasa saja. Lagu orang desa tentang bunga-bunga yang bermekaran di musim panas. Namun, suara yang mengalunkannya... terdengar sangat mempesona. Pria itu menjadi penasaran siapa gerangan yang menyanyi di dalam vilanya.
Bukankah sekarang seharusnya petugas kebersihan datang membersihkan tempat ini? Ia hanya sekali bertemu orang yang membersihkan kediamannya dan seingatnya wanita itu tidak pernah menyanyi, apalagi lagu gembira seperti ini. Wajah wanita itu malah tampak begitu ketakutan ketika melihatnya, seolah melihat hantu.
Apakah ini petugas kebersihan baru? Ia membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam. Hidungnya segera mencium wangi lavender yang memenuhi udara, berpadu dengan segarnya angin yang berhembus dari luar.
Ia berjalan dengan kedua tangan di saku menuju arah datangnya wangi lavender tersebut dan kemudian berdiri terkesima di ambang pintu kamarnya.
Ia sudah melihat vas besar dengan rangkaian bunga lavender yang ditata apik di samping tempat tidur yang hampir tak pernah dibaringinya itu.
Tanpa sadar ia memejamkan mata dan menghirup wangi udara segar yang berbaur dengan wangi lavender dalam kadar yang pas. Tidak berlebihan, tetapi cukup membuat syaraf-syarafnya merasa relax.
Kerutan di keningnya pelan-pelan mengendur saat ia merasakan suasana hatinya menjadi lebih baik. Ia berjalan ke arah vas bunga itu dan mengambil setangkai lavender. Ia lalu duduk di tempat tidur dan mengamati bunga ungu yang ada di tangannya. Seulas senyum pelan-pelan terukir di bibirnya.
Ini pasti petugas kebersihan baru, pikirnya. Yang ini berbeda dari sebelumnya. Wanita itu menyempatkan diri menaruh bunga lavender di kamar ini lalu membuka semua jendela dan mengangin-anginkan ruangannya supaya menjadi segar.
Yang sebelum-sebelumnya, ketika melihat kamar ini tidak disentuh, mereka tampak sama sekali tidak melakukan apa pun. Mereka tentu senang tidak harus membereskan kamar tidur dan membiarkannya begitu saja. Mereka bahkan tidak peduli untuk mengangin-anginkan kamar ini dengan membuka semua jendela dan pintunya.
Mungkin karena mereka diharuskan bisa menyelesaikan semua pekerjaan di sini dalam waktu kurang dari satu jam, sehingga mereka berusaha menghemat waktu sebisa mungkin dan tidak melakukan hal-hal yang dianggap tidak perlu.
Baru hari ini Tuan Friedrich merasa senang melihat villanya dibersihkan. Semuanya tampak segar dan menyenangkan. Bahkan, sentuhan kecil dengan menambahkan bunga lavender di vas seperti ini ternyata bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.
Ia akhirnya memutuskan untuk menunggu hingga si petugas kebersihan selesai bekerja dan memberikan pujiannya secara langsung. Tiba-tiba ia tidak lagi merasa ingin untuk pergi ke tepi danau dan bekerja di sana. Suasana kamarnya pagi ini terasa segar dan sangat menyenangkan.
Fee masih bersenandung di kamar mandi sambil membereskan sikat-sikatnya. Ia lalu mengambil handuk segar dari troli dan menatanya di rak handuk dengan rapi. Setelah memastikan semuanya bersih dan wangi, ia lalu keluar menuju dapur dan mengisi ulang kopi, teh, susu, buah-buahan dan wine di kulkas. Robot pembersih telah selesai mengepel ruang tamu dan dapur.
Tepat pukul 10.40 alarmnya berbunyi dan Fee buru-buru mematikannya. Ia hanya punya waktu sepuluh menit untuk memoles pekerjaan si robot dan menutup semua jendela besar di kamar tidur dan meninggalkan villa ini sebelum penghuninya kembali.
Fee berdecak sendiri saat memeriksa setiap sudut ruangan dari debu dan menarik napas lega setelah memastikan bahwa semuanya sudah bersih. Ia lalu masuk ke dalam kamar tidur untuk menutup semua jendela agar ia dapat menyelesaikan pekerjaannya dan keluar dari villa ini.
Begitu ia masuk ke dalam kamar, langkah kaki gadis itu seketika terhenti. Wajahnya tampak terkejut melihat seseorang duduk di ranjang dengan punggung bersandar ke sandaran tempat tidur. Posisinya tampak relax sekali dan sepasang matanya terpejam.
Gadis itu berjalan pelan dengan tanpa suara, mendekati orang itu untuk mencari tahu apakah orang itu sedang duduk biasa atau tertidur.
Apakah ini sang tamu VVIP? Ia bertanya-tanya dalam hati.
Setelah ia berada setengah meter dari pria itu, Fee menyadari bahwa orang ini memang sedang tertidur. Dadanya naik turun dengan napas yang teratur dan wajahnya tampak damai sekali. Untuk sesaat Fee terpukau melihat wajah orang itu.
Ia belum pernah melihat pria setampan ini di desanya. Bahkan saat ia dan teman-temannya pergi ke ibukota untuk merayakan kelulusan, mereka tidak melihat lelaki yang sedikit pun mendekati ketampanan pria yang sedang tidur damai di depannya ini.
Fee mendengar bahwa pria ini sudah berumur 30 tahun, tetapi mengapa wajahnya tampak begini muda? Sekilas pandang, ia seperti pemuda yang baru lepas dari masa remajanya.
Kulitnya terlihat lebih pucat dari kebanyakan orang dan membuat warna merah pada bibirnya yang tipis menjadi semakin kentara. Rambutnya ikal kecokelatan dengan potongan yang sangat rapi. Pakaiannya terlihat formal dan berkelas, mungkin untuk mengkompensasi wajahnya yang terlihat lebih muda dari umurnya.
Fee menatap pria itu dengan pandangan kagum selama beberapa menit.
Benarkah ini Tuan Friedrich? Kalau iya, reputasinya tidak sesuai penampilannya. Tadinya Fee mengira pria itu akan memiliki wajah keruh dan berekspresi sadis, apalagi mengingat ia selalu kurang tidur dan sering marah-marah.
Astaga... tetapi benarkah ini tamu yang sama? Kalau ini memang Tuan Friedrich, mengapa ia justru ada di sini sekarang dan tidur di sini? Bukankah seharusnya ia sedang ada di tepi danau?
Fee hendak menelepon ke kantor departemen kebersihan dan melaporkan masalah yang sedang dihadapinya ketika ia melihat di ujung tangan sang pria ada kunci elektronik villa.
Ahh... tidak mungkin ini penyusup. Ia membawa kuncinya sendiri.
Berarti... kalau begitu..
Ini memang... Tuan Friedrich?
Fee tidak tahu bahwa sang tamu VVIP sangat menyukai pekerjannya dan tadi memutuskan untuk menungguinya selesai membersihkan villa agar dapat mengucapkan terima kasih secara pribadi.
Namun, ternyata saat Tuan Friedrich tengah duduk bersantai di tempat tidur sambil menunggu Fee, kepalanya tiba-tiba dilanda kantuk dan tanpa sadar ia pun jatuh tertidur.