The Alchemists: Cinta Abadi

Makan Malam Dengan Mischa



Makan Malam Dengan Mischa

Vega tersenyum simpul saat mendengar Mischa mengatakan bahwa ia adalah anak yang baik dan kemudian mengacak rambutnya. Ia lalu meneruskan makannya sambil senyum-senyum sendiri dan membuat Mischa mengerutkan kening.     

Ia tidak tahu kenapa anak remaja di depannya ini bersikap demikian aneh. Lagi-lagi ia menjadi  curiga bahwa Vega menyukainya. Astaga...     

Ia tidak dapat mengerti apa yang dilihat gadis itu darinya. Walaupun usia Mischa seolah terhenti di usia 30-an, tetap saja umurnya dua kal lipat Vega. Mengapa Vega tidak bisa menganggapnya seperti paman saja?     

"Sebenarnya, aku dan saudara-saudaraku tidak keberatan kalau Kak Mischa dan yang lain-lain sering berkunjung ke rumah kami dan masih menganggap ayah sebagai ayah kalian," kata Vega setelah berpikir sejenak. "Aku tidak mau memonopoli ayah, kok. Aku sekarang mengerti, pasti kalian merasa kehilangan setelah ia kembali pada ibu dan kami anak-anak kandungnya."     

Mischa hanya tersenyum mendengarnya. Ia merasakan ada ketulusan dalam nada suara Vega. Sekarang gadis itu mengerti apa yang ia rasakan, setelah ayah angkatnya juga kembali pada istri dan anak kandungnya, sehingga ia pun dapat lebih bersimpati kepada Mischa dan saudara-saudaranya.     

"Baiklah," kata Mischa sambil menyesap wine-nya.     

"Kakak  berjanji?" tanya Vega.     

"Kenapa harus berjanji. Apakah kau tidak bisa memercayai kata-kataku?" tanya Mischa keheranan.     

"Yah.. aku hanya ingin memastikan," kata Vega sambil mengangkat bahu.     

"Baiklah, aku berjanji," kata Mischa akhirnya. Ia akhirnya yakin bahwa gadis remaja di depannya ini memang sedikit terobsesi padanya. Dalam hati ia merasa bahwa hal itu cukup lucu. Tentu ini yang dinamakan cinta monyet.     

Sama seperti murid-murid TK yang mengaku jatuh cinta kepada gurunya, pasti inilah yang sedang dirasakan Vega. Cinta monyet.     

Ia tak sabar menunggu gadis itu dewasa dan menggodanya dengan pengalaman ini. Ia yakin nanti Vega pasti malu sendiri kalau mengingat-ingat kelakuannya semasa remaja yang demikian agresif terhadap Mischa.     

Karena pria itu tidak menganggap serius perasaan Vega kepadanya, Mischa tetap bersikap santai dan sepanjang makan malam ia mengajak Vega mengobrol tentang macam-macam hal. Dengan antusias, Vega menceritakan tentang pengalaman seru apa saja yang ia dan teman-temannya lakukan selama di Paris dan di Bordeaux.     

Mischa mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia menyadari bahwa keputusan Alaric dan Aleksis untuk membiarkan anak-anaknya menjalani kehidupan normal adalah tepat.     

Vega terlihat bahagia dengan kehidupannya sebagai remaja yang bertualang dan menghabiskan waktu bersama teman-teman seusianya yang berasal dari kalangan biasa.     

"Kak Mischa, coba ceritakan bagaimana Kakak dulu bertemu ayahku.." kata Vega tiba-tiba. "Aku tahu kau telah tinggal bersama ayah sejak kau berumur 7 tahun. Benar, kan? Mengapa kau bisa memutuskan untuk ikut dengannya?"     

Mischa telah sangat lama menyimpan kenangan buruk masa kecilnya. Selama puluhan tahun ini ia tidak mau mengingat-ingat apa yang terjadi ketika ia masih tinggal bersama orang tua kandungnya yang menjadi pencandu narkoba dan sering menghajarnya habis-habisan.     

Alaric kebetulan melihatnya terkapar di jalanan setelah dihajar ibunya yang sedang mabuk dan menolongnya. Bertahun-tahun kemudian, Mischa mengerti mengapa saat itu Alaric menolongnya. Ayah angkatnya itu melihat dirinya sendiri pada sosok Mischa.     

Sewaktu kecil, Alaric juga tinggal di jalanan dan harus menghadapi begitu banyak hajaran dan siksaan dari orang-orang jahat yang ditemuinya. Ia tumbuh menjadi seorang laki-laki yang tangguh untuk membela dirinya sendiri, dan dingin terhadap kebanyakan orang. Tetapi hatinya selalu lembut terhadap anak-anak yang bernasib malang.     

Alaric merawat Mischa dengan penuh perhatian dan kemudian membawanya untuk mencari orang tuanya. Saat mereka bertemu, dengan darah dingin Alaric membunuh ayah dan ibu Mischa. Saat itulah Mischa memutuskan untuk ikut dengannya, karena ia merasa hanya Alaric yang peduli kepadanya.     

Mischa adalah anak angkat pertama Alaric dan kemudian ikut dengannya kemana pun ia pergi, dan pelan-pelan belajar banyak ilmu bela diri dan cara menjadi pembunuh yang lihai. Mereka bersama selama puluhan tahun, hingga Mischa menjadi dewasa dan mulai menjalani hidupnya sendiri.     

Ketika Alaric mengalami musibah dan dinyatakan 'meninggal', Mischa tetap berusaha meneruskan apa yang menjadi cita-cita dan idealisme Alaric, bersama saudara-saudara angkatnya, karena mereka menganggap mereka berutang budi kepada Alaric dan bertekad untuk membalasnya.     

Merekalah satu-satunya alasan Rhionen Industries tidak menjadi hancur setelah kematian Alaric Rhionen. Ketika Alaric bangun dari koma dan mengambil identitas Elios Linden, semua cita-citanya telah berjalan dan ia dapat kembali melanjutkan idealismenya.     

Hingga... akhirnya ia dipersatukan kembali dengan Aleksis, wanita yang ia cintai, dan anak-anak mereka. Sekarang hidup mereka telah berubah dan semua perubahan itu ikut memengaruhi kehidupan Mischa dan saudara-saudara angkatnya.     

"Kenapa tidak menjawab?" tanya Vega lagi. Ia memperhatikan Mischa selama beberapa menit, berharap menunggu jawaban tentang bagaimana pria itu pertama kali bertemu dengan ayahnya.     

Namun, rupanya Mischa hanya tampak merenung dan mengingat masa lalu, tetapi tidak mau menjawab.     

"Hmm.. aku tidak bisa menjawab karena pengalaman itu cukup pribadi," kata Mischa. "Bukan hal yang menyenangkan untuk diceritakan."     

"Ah.." Vega mendesah kecewa. Ia sangat tertarik ingin mendengar cerita tentang masa lalu Mischa, tetapi ternyata pria itu tidak mau membagikannya. "Apakah Kakak sama sekali tidak pernah menceritakannya kepada siapa pun? Kalau itu pengalaman buruk, setidaknya Kakak harus membagikannya dengan seseorang, agar perasaan Kakak menjadi lega."     

Mischa mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Vega. Hal itu membuatnya teringat pada peristiwa dua bulan yang lalu, saat ia akhirnya menceritakan tentang masa lalunya kepada Lisa, satu-satunya wanita yang pernah ia cintai dengan sepenuh hati dan telah menjadi kekasihnya selama delapan tahun.     

Karena ia ingin menikahi Lisa, ia pun akhirnya memutuskan untuk membuka semua rahasianya kepada gadis itu. Ia memulai dengan menceritakan tentang masa kecilnya yang suram, kemudian masa lalunya sebagai pembunuh, sebelum ia menjadi salah satu direktur di Rhionen Meier Industries.     

Kalau semua berjalan dengan baik, barulah ia akan menyampaikan rahasia terakhir... tentang statusnya sebagai seorang alchemist.     

Ia sama sekali tidak menduga.. Lisa malah menganggapnya sebagai monster yang telah menipunya selama bertahun-tahun. Gadis itu merasa terpukul dan kemudian memutuskan hubungan.. setelah delapan tahun menjalin kasih.     

Apa pun yang Mischa lakukan untuk mengubah hatinya tidak ada yang berhasil. Lisa tetap ingin berpisah. Kunjungan Mischa ke Paris yang lalu juga merupakan langkah terakhirnya untuk meyakinkan Lisa agar menerimanya..     

Tetapi semua sia-sia saja.     

Wajah Mischa pelan-pelan diliputi kedukaan, dan Vega segera menyadari bahwa ia telah melanggar area privasi yang sangat sensitif. Ia tidak menyangka, laki-laki seperti Mischa bisa terlihat demikian sedih.     

"Uhm... maafkan aku," kata gadis itu pelan. "Aku tidak bermaksud membuat Kakak sedih."     

Mischa mengangkat wajahnya dan menatap Vega lekat-lekat. "Kadang-kadang, lebih baik hidup dalam kebohongan tetapi kau bahagia, daripada hidup dalam kejujuran tetapi menderita."     

"Eh... itu tidak benar," kata Vega. "Itu pandangan yang sangat salah. Kebenaran kadang menyakitkan. Tetapi lebih baik hidup menderita oleh kebenaran, daripada hidup bahagia dalam kebohongan."     

Mischa menggeleng dan membuang muka. "Kau masih kecil. Aku berharap kau tidak akan pernah mengalami ini, Vega, tetapi, kalau kalau kau sudah dewasa.. kau akan mengerti apa yang kurasakan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.