Masa Lalu Fee
Masa Lalu Fee
"Tidak usah. Tadi petugas kebersihan sudah membereskan semuanya." Ren akhirnya mengangkat wajahnya dari bukunya dan menatap Fee. "Kau merasa tidak enak kalau tidak melakukan apa-apa?"
Fee mengangguk malu. "Benar, Tuan."
"Hmm..." Pria itu tampak berpikir sejenak. "Aku belum membutuhkanmu sekarang. Apa yang biasa kau lakukan untuk menyenangkan diri sendiri?"
Giliran Fee yang berpikir.
"Hmm.. aku senang mengurusi tanaman dan bernyanyi untuk mereka.." Akhirnya Fee menjawab. Ia kemudian tertawa malu. "Ahh.. itu konyol. Tolong jangan dianggap."
Ren menggeleng. "Tidak konyol. Di teras villa ini ada banyak tanaman yang cantik. Kau bisa merawat mereka. Nanti kalau kau sudah bosan kau bisa melakukan hal lain. Apa kau punya hobi?"
"Oh.. aku suka membaca, kadang-kadang juga merajut..." jawab Fee. "Tapi tentu saja aku di sini harus bekerja, tidak melakukan hobiku."
"Uhm... kau adalah pelayan pribadiku selama di resort. Kau hanya akan membantuku melakukan hal-hal yang kubutuhkan jika aku memintamu. Tetapi aku ini orang sibuk dan tidak selalu punya pekerjaan untukmu. Kuharap di saat kau tidak sedang kubutuhkan, kau tidak menggangguku dan bisa menyibukkan dirimu sendiri. Aku tidak keberatan kalau kau melakukan hobimu." kata Ren lagi. Ia lalu menoleh pada beberapa buku yang ada di sampingnya. "Kau bisa membaca salah satu bukuku kalau kau memang suka membaca..."
Ia membolak-balik beberapa judul dan mengerutkan keningnya. "Hmm.. maaf, rupanya aku hanya membawa buku berbahasa Prancis."
"Oh, aku bisa bahasa Prancis," kata Fee sambil lalu.
Kata-katanya membuat Ren terkesima. Ia tidak menduga gadis desa yang cantik ini mengerti bahasa Prancis. Bahasa sehari-hari yang dipakai di Moravia adalah bahasa Jerman dan sebagian orang mengerti bahasa Inggris tetapi ia sangat jarang menemukan orang yang bisa berbahasa Prancis.
"Kau bisa bahasa Prancis?" tanya pria itu keheranan. "Kau belajar di mana?"
Fee tercenung. Ia tidak ingat kapan dan di mana ia belajar bahasa Prancis. Ia hanya tahu bahwa ia bisa. Gadis itu terpaksa menggeleng. "Aku tidak ingat..."
Ren menjadi semakin keheranan. "Bagaimana bisa orang belajar bahasa asing tapi tidak ingat kapan belajarnya? Coba bacakan halaman pertama ini untukku. Aku ingin tahu apakah kau benar-benar mengerti bahasa Prancis."
Ia mengacungkan sebuah buku karangan Voltaire dalam bahasa Prancis dan menyerahkannya kepada Fee. Gadis itu menerimanya dengan ragu-ragu dan membacakan halaman pertama buku itu sesuai permintaan Ren.
Bahasa Prancis memiliki pelafalan yang unik dan hanya orang yang benar-benar mengerti bahasanya yang akan dapat membaca setiap kata dalam buku itu dengan baik.
Ren sangat terkejut mendengar tutur Fee saat ia membaca halaman pertama. Bukan saja gadis itu bisa membacanya dengan baik, tetapi bahasa Prancisnya terdengar sempurna tanpa aksen. Ia menatap gadis itu dengan pandangan kagum yang kentara.
"Bahasa Prancismu bagus sekali," komentarnya. "Apakah kau pernah tinggal di Prancis?"
Fee mengangkat bahu. "Uhm.. aku tidak ingat."
"Kenapa bisa tidak ingat?" tanya Ren keheranan.
"Uhm.. aku tidak bisa mengingat masa laluku, Tuan. Aku hanya ingat masa tiga tahun terakhir..." jawab Fee pelan. Wajahnya seketika berubah menjadi sedih. "Uhmm.. empat tahun lalu aku dan orang tuaku mengalami kecelakaan saat sedang berlayar. Kedua orang tuaku meninggal dan aku koma selama enam bulan. Aku tidak bisa mengingat apa-apa sebelum kecelakaan itu."
Ren kini menyingkirkan bukunya dan memfokuskan perhatiannya sepenuhnya pada Fee. Ia sama sekali tidak mengira gadis ini memiliki masa lalu yang sangat menyedihkan.
"Lalu bagaimana kau bisa tinggal di desa ini?" tanyanya dengan penuh perhatian.
"Pihak polisi menghubungi kakek dan nenekku dan mereka membawaku pulang kemari." Fee menarik napas panjang, berusaha menahan diri agar tidak menangis saat mengingat pengalaman buruk itu. "Aku tinggal di desa ini sejak itu. Aku bersekolah di sini dan belajar hal-hal baru serta berteman dengan teman-teman sekolahku."
"Oh.. aku turut berduka tentang orang tuamu," kata Ren dengan nada penuh simpati. "Apakah kau tahu bahasa apa lagi yang kau kuasai?"
Fee mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Aku baru mengetahui bahwa aku bisa bahasa Prancis, Jerman, dan Inggris."
"Hmm.. menarik sekali. Ternyata kau tidak sesederhana keliatannya," kata Ren sambil mengangguk. Ia lalu melambai dan memberi tanda agar Fee mendekatinya. "Kemarilah. Karena kau memang bisa bahasa Prancis, silakan pilih bukuku yang ingin kau baca. Nanti kalau aku memerlukan bantuanmu, aku akan memanggilmu. Sekarang, kau boleh mengurus tanaman, membaca atau merajut."
Fee tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Tuan. Aku akan mengurusi tanaman di teras kalau begitu. Nanti kalau aku sudah selesai dan ingin membaca buku, aku akan meminjam buku Tuan."
Ia lalu membungkuk sedikit dan permisi keluar untuk mengurusi tanaman-tanaman cantik di teras villa. Ia memang menyukai tanaman.
Ahh... hatinya terasa begitu penuh oleh perasaan hangat. Ia tidak mengira hari pertamanya bekerja sebagai pelayan pribadi Ren ternyata sangat menyenangkan.
Suasana hati Fee yang cerah tampak begitu kentara saat ia mengambil penyiram tanaman dan menyirami bunga-bunga dan tanaman di pot. Setelah itu, ia membersihkan batang tanaman dari daun-daunan yang mengering dan menggunting batang yang tidak tumbuh dengan baik. Ia begitu senang, hingga tanpa sadar bibirnya kembali menyenandungkan lagu.
Ren yang tadi sedang khusyuk membaca kemudian mengangkat wajahnya ke arah asal suara nyanyian itu dan seulas senyum mulai tampak menghiasi wajahnya. Ia sangat menyukai nyanyian Fee yang kemarin bisa membuatnya tertidur dengan nyenyak. Gadis ini sungguh memiliki suara yang sangat indah!
Untuk sesaat, ia terpesona melihat betapa kini Fee tampak sangat cantik dengan gaun yang ditutupi mantel musim gugur. Gadis itu kini tampak jauh berbeda dibandingkan dengan penampilannya kemarin yang memakai seragam petugas kebersihan yang sangat jelek.
Diam-diam Ren membayangkan bagaimana rupa Fee jika diberikan gaun cantik seperti putri di istana. Gadis itu tentu akan terlihat seperti dewi kahyangan.
Tanpa sadar, ia telah mengamati gadis yang sedang asyik merawat tanaman itu selama sepuluh menit dan sama sekali melupakan bukunya.
***
Ketika Fee selesai dengan tanaman di teras, ia masuk ke dapur dan membuatkan minuman hangat lagi untuk Ren. Kali ini Ren meminta teh. Dengan sigap gadis itu membuat satu poci teh dan membawanya di nampan beserta dua buah cangkir. Ren telah mengajaknya minum teh bersama.
"Tuan.. kalau aku boleh bertanya, sejak kapan Tuan mengalami susah tidur?" tanya Fee sambil menuangkan teh ke cangkir. "Apakah tuan sudah berkonsultasi ke dokter tentang kondisi Tuan? Maafkan aku jika Tuan menganggap pertanyaanku lancang. Aku hanya ingin mengerti kondisi Tuan agar aku dapat melayani Tuan dengan lebih baik."
Ren menaruh bukunya dan melipat kedua tangannya di dada, berusaha mengingat-ingat. Ia sama sekali tidak keberatan menjawab pertanyaan Fee.
"Hmm.. sudah lama sekali. Aku tidak ingat lagi.." kata Ren akhirnya. "Aku sudah mengunjungi banyak dokter dan jawabannya selalu sama. Ini diakibatkan masalah psikologis."
Fee tercenung mendengarnya. Ia sudah menduga penyebab insomnnia Ren adalah masalah psikologis, tetapi ia tidak dapat membayangkan orang seperti pria ini memiliki masalah. Bagaimana bisa? Ia adalah seorang pangeran!
Selain itu, Fee juga tahu reputasi Ren di luar sana. Ren merupakan seorang manusia genius yang sangat pandai dan menguasai banyak bahasa. Ia adalah seorang professor fisika yang sangat dihormati dan sempat memimpin salah satu divisi penting di SpaceLab sebelum dipanggil untuk pulang ke Moravia dan menjadi putra mahkota setelah sepupunya, cucu laki-laki pertama Raja Moravia, meninggal dunia karena sakit.
Selain itu semua, Ren juga sangat tampan dan menarik. Tak ada satu pun orang yang dapat menyangkal pesonanya. Jadi... bagaimana bisa orang seperti ini memiliki masalah psikologis?
Ataukah.. jangan-jangan ia tidak bisa tidur karena ia terlalu banyak berpikir? Mungkin begitu... pikir Fee.
"Aku mendengar Tuan tidak suka kembali ke Moravia," kata Fee kemudian. "Apakah Tuan sangat suka bekerja di SpaceLab?"
"Kau tahu dari mana aku tidak suka kembali ke Moravia?" tanya Ren sambil lalu. Ia mengambil cangkir dan menyesap tehnya. Setelah menurunkan cangkirnya, ia menatap Fee sambil tersenyum geli. "Sepertinya kau tahu banyak tentang diriku..."
Fee tersenyum canggung. "Eh.. bukan begitu. Uhm.. semalam aku memang sengaja mencari tahu tentang Tuan di internet agar aku dapat lebih mengenal Tuan dan mengerti bagaimana aku bisa bekerja dengan baik sebagai pelayan pribadi Tuan."
"Hmm.. begitu ya?" tanya Ren. "Tapi kau tahu kan, tidak semua yang ada di internet itu bisa dipercaya? Aku berharap kalau ada yang ingin kau ketahui tentangku, kau akan bertanya langsung kepadaku dan tidak berusaha mencari informasi dari sumber lain yang tidak dapat dipastikan kebenarannya."
Fee tertegun mendengar kata-kata Ren. Ia akhirnya mengangguk dengan wajah bersemu merah. "Baik, Tuan. Aku mengerti."
Ren menyesap tehnya lagi dan tampak berpikir.
"Aku tidak keberatan pulang ke Moravia... tetapi..." Ia menghentikan kalimatnya dan tampak berusaha memilih kata-kata yang tepat. "Entahlah.. kurasa aku hanya terlalu banyak berpikir."
Fee sudah menduganya. Mungkin orang genius seperti pria ini tidak dapat tidur karena ia merupakan seorang pemikir berat. Dalam hati gadis ini menjadi semakin kagum. Ia tidak pernah bertemu orang yang demikian sempurna seperti Ren.