The Alchemists: Cinta Abadi

Anak Siapa Ini?



Anak Siapa Ini?

Nicolae dapat segera menemukan asal keributan itu dengan pendengarannya yang tajam. Kakinya menjejak tanpa suara ke salah satu kapal bercat hitam yang terparkir di pinggir sungai. Di atas geladak tidak terlihat siapa-siapa. Ia mendengar suara seorang perempuan dewasa mengomel-ngomel dalam bahasa Polandia dan seorang lelaki membalasnya, berasal dari dalam kabin.     

Nicolae hanya mengerti sedikit dan ia berusaha menebak-nebak apa yang terjadi sebenarnya dan siapa mereka. Apakah kedua orang ini memukul anak mereka karena mereka menganggapnya nakal?     

Apa pun yang terjadi, ia tidak dapat membiarkan seorang anak dipukul oleh orang dewasa seperti itu. Dengan mengendap-endap ia berjalan masuk ke dalam kapal dan memperhatikan situasi di dalam.     

Begitu matanya menangkap pemandangan yang ada di dalam kabin, dada Nicolae seketika dipenuhi kemarahan. Ia melihat seorang perempuan berumur 30-an dengan wajah bengis sedang mengikat seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun yang meronta-ronta tetapi sudah tidak dapat menjerit. Mulutnya telah diplester dengan duct tape.     

Lelaki berambut awut-awutan yang duduk di sudut kabin sambil merokok pipa hanya mengomel panjang pendek tentang bayaran yang tidak kunjung datang.     

Saat itu juga Nicolae menyadari bahwa anak kecil itu adalah korban penculikan dan dua orang brengsek yang ada di kapal ini sedang menunggu perintah selanjutnya dari orang yang menyuruh mereka, sebelum keduanya mendapatkan bayaran.     

Ia merasa tidak perlu bersembunyi-sembunyi lagi dan segera masuk lewat pintu dengan langkah panjang. "Hei... lepaskan anak itu!"     

Suaranya yang menggelegar karena marah, mengejutkan semua orang yang ada di dalam kabin. Laki-laki yang merokok pipa segera mengambil pistol yang ada di atas meja di samping kursinya, tetapi Nicolae lebih cepat.     

Dengan satu kali tendangan, penjahat itu telah jatuh tersungkur di lantai dan pistolnya melayang keluar jendela kapal. Erangan kesakitan segera terdengar dari mulut laki-laki itu. Rekannya yang perempuan sangat kaget dan belum sempat berbuat apa-apa ketika Nicolae mencengkram lehernya dan dengan sepasang mata berapi-api ia bertanya dengan kasar.     

"Siapa kalian dan mengapa kalian menculik anak ini?!!"     

Mata perempuan itu membeliak kaget. Ia menggapai-gapai hendak mengambil pisau yang tadi digunakannya memotong duct tape untuk menutup mulut bocah perempuan di kursi tetapi tangannya segera dipuntir Nicolae ke belakang punggungnya. Jerit kesakitan yang menghunjam langit segera terdengar dari kapal itu.     

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaah.... sakiiit!!!" jerit perempuan itu dalam bahasa Polandia. ia berusaha meronta, tetapi tangan Nicolae sangat kuat menahan tangannya.     

"Jawab pertanyaanku!"     

Perempuan itu berusaha mencakar tangan Nicolae yang sedang mencengkram lehernya dan ia menjerit panjang berkali-kali. Nicolae yang hendak mengikat si perempuan dan memaksa mendapatkan keterangan dari rekannya segera menghentikan tindakannya ketika melihat anak perempuan itu tiba-tiba terguling dari kursi.     

"Hei..." Dengan sigap ia melempar perempuan itu ke sudut dan bergerak cepat menangkap tubuh bocah itu sebelum ia sempat membentur lantai.      

Nicolae segera memeriksa kondisi tubuh anak perempuan itu dan menarik napas panjang. Ada bekas tamparan tangan di pipinya dan pakaiannya terlihat kotor. Kedua tangannya terikat dan di mulutnya ada duct tape yang dipasang untuk mencegahnya agar tidak membuat suara.     

Dari sudut mana pun kelihatannya, jelas sekali anak ini diperlakukan dengan sangat buruk oleh para penculiknya. Seketika hati Nicolae merasa sakit melihat keadaan anak kecil itu. Tanpa dapat dicegah ia segera teringat pada calon anaknya yang tidak pernah terlahir ke dunia karena meninggal bersama ibunya enam tahun yang lalu.     

"Kasihan sekali kau, Nak..." gumam Nicolae. Ia segera mengambil pisau yang tadi ingin diambil si penjahat perempuan untuk melawannya dan melepaskan ikatan anak itu lalu dengan sangat hati-hati melepaskan duct tape dari mulutnya.     

Ketika duct tape menempel di kulit, lemnya yang sangat kuat akan sulit dilepas tanpa menyakiti kulit, apalagi ini adalah seorang anak kecil, karena itulah ia bertindak sangat hati-hati. Setelah bocah itu bebas dari ikatan dan plester duct tape, Nicolae segera menggendongnya. Ia menyempatkan diri  mengambil ponselnya dan memfoto wajah kedua penjahat itu.     

"Aku akan mencari kalian. Tunggu hukuman untuk kalian," katanya dengan bahasa Polandia patah-patah. Ekspresinya tampak sangat menakutkan ketika dua orang itu mengangkat wajah mereka untuk melihatnya sambil mengaduh-aduh.     

Nicolae menyambar sebuah selimut dari kasur dan menutupkannya kepada tubuh anak itu. Ia lalu bergegas keluar dari kapal sambil menggendong si bocah dan berjalan dengan langkah-langkah cepat naik ke jalan di atas sungai. Dengan cepat ia mendapatkan taksi dan meminta diantar ke Hotel Nobel.     

Anak perempuan di gendongannya masih pingsan dan entah kenapa jantung Nicolae berdebar-debar keras sekali. Ia memeriksa denyut nadi anak itu dan menyadari bahwa kondisinya sangat lemah.     

Sebagai seorang dokter, ia merasa akan dapat memeriksa anak ini dengan lebih baik setelah tiba di penthouse. Ia berkali-kali menyuruh supir taksi untuk mempercepat laju kendaraannya.     

"Baik, Tuan. Kita sudah mau sampai, kok..." kata supir taksi dengan sabar. "Anak tuan sakit,  ya? Saya sudah menyetir dengan melebihi batas kecepatan, lho."     

"Terima kasih,"  kata Nicolae pendek.     

Lima menit kemudian mereka tiba di halaman Hotel Nobel dan Nicolae segera keluar setelah mengucapkan terima kasih kepada sang supir taksi. Tak lupa ia memberikan tip yang sangat besar, yang membuat supir taksi itu tertegun dan untuk sesaat tidak dapat berkata apa-apa.     

Manajer on-duty menyapa Nicolae dengan ramah tetapi pemuda itu tidak punya waktu untuk berbasa-basi. Ia hanya mengangguk sedikit dan segera menuju ke lift untuk naik ke lantai tertinggi. Setibanya di penthouse, ia segera membaringkan anak itu di salah satu kamar yang ada di sana dan bergegas mencari alat-alat P3K untuk memeriksa kondisinya.      

"Anak ini demam tinggi," pikir Nicolae. Ia segera mengambil air hangat di baskom dan membasuh wajah dan tubuh bocah itu agar ia dapat melihat apakah ada luka luar di tubuhnya saat ia berada di tangan para penculik itu.     

Untunglah, selain bekas tamparan di pipinya dan luka lecet di tangan dan kaki, tidak ada luka berarti pada tubuh anak itu. Nicolae ingat si  kembar beberapa kali tinggal di penthouse ini saat mereka kecil dulu. Mungkin ia masih dapat menemukan baju Vega sewaktu masih seumuran anak ini...     

Ia membongkar beberapa lemari dan menemukan pakaian yang dicarinya. Ah... untunglah pakaian-pakaian Vega sewaktu ia lebih kecil masih ada di sini. Walaupun ukurannya masih kebesaran untuk anak itu, setidaknya kini ia dapat mengenakan pakaian bersih.     

Nicolae lalu menutupi tubuh anak itu dengan selimut tebal hingga ke lehernya dan merapikan rambutnya. Sekarang ia hanya bisa menunggu demamnya turun dan mengobservasi. Kemungkinan anak ini menjadi lemah karena ia belum makan dan mengalami stress.     

Pemuda itu lalu duduk di tempat tidur dan memperhatikan anak itu. Siapa gerangan anak ini dan mengapa ia bisa berada di tangan orang jahat? Di mana orang tuanya?     

Nicolae mengambil foto anak itu dengan ponselnya. Ia akan mencoba mencari database di Prancis, siapa tahu ia dapat menemukan identitas anak ini dan siapa keluarganya. Nanti setelah anak itu sadar, ia juga akan dapat menanyakan langsung kepadanya siapa namanya dan orang tuanya.     

Ketika Nicolae berdiri hendak mengambil tabletnya untuk mencari tahu siapa anak itu, pandangan matanya seketika terpaku pada wajah anak perempuan dalam layar ponselnya. Entah kenapa ia merasa wajah anak ini cukup akrab. Di mana kira-kira ia pernah melihatnya?     

Ia mengerutkan keningnya berusaha mengingat-ingat, tetapi hingga lima menit ia tidak juga berhasil. Anak perempuan itu memang masih sangat muda, Nicolae menebak usianya mungkin sekitar lima tahunan, karena di usia itulah Altair dan Vega pertama kali bertemu dengannya.     

Anak ini sedikit mengingatkannya akan Vega kecil. Wajahnya sangat imut menggemaskan dengan pipi yang sedikit berbintik-bintik. Rambutnya cokelat terang tergerai halus hingga ke bahunya. Bibirnya tampak memiliki bentuk khas seperti hati dan memiliki ukuran penuh.     

Anak ini akan menjadi sangat cantik ketika ia dewasa, pikir Nicolae. Ah.. tentu ayah dan ibunya kuatir setengah mati...     

Ia merapikan rambut anak itu lagi dan kemudian bergegas mengambil tabletnya dari kamarnya. Ia lalu duduk kembali di tepi pembaringan anak itu dan mulai bekerja.     

Ia akan mencari tahu siapa anak ini, sambil mengawasinya. Jika anak itu siuman, Nicolae ingin ada di sampingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.