The Alchemists: Cinta Abadi

Kesabaran Fee Diuji



Kesabaran Fee Diuji

"Hai, Fee.. bagaimana liburanmu?" tanya Suzette yang melihat Fee datang ke kampus pagi itu. "Oh... kau membuatku ingin menikah."     

Fee hanya tersipu mendengar ucapan teman sekelasnya itu. "Liburannya sangat menyenangkan. Suamiku berhasil melepaskan diri sebentar dari kesibukannya."     

"Ahh.. menggemaskan sekali. Aku ingin tahu seperti apa suamimu itu, kenapa kau tidak pernah memperkenalkannya kepada kami?" Miriam ikut bertanya.     

Fee hanya bisa menggeleng. "Maaf, dia sibuk, jadi tidak bisa bersosialisasi."     

"Lho.. kau kan bisa menunjukkan fotonya kepada kami..." kata Suzette. "Ayolah.. kami berjanji tidak akan iri terus kalau kau menunjukkannya kepada kami."     

"Benar. Kalau kau tidak memberi tahu kami yang mana suamimu, siapa tahu nanti aku dan Suzette bertemu dengannya dan jatuh cinta. Itu kan bisa jadi masalah."     

Fee hanya tertawa mendengar kegigihan mereka. Ia tahu Ren tidak bisa jatuh cinta.     

"Maaf, ya... aku tidak bisa."     

"Duh.. misterius sekali," kata Miriam. Ia dan Suzette saling pandang.     

"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Carla yang yang menghampiri mereka. Ketiga gadis itu mengangkat wajah dan menyapa Carla, salah seorang mahasiswa di kelas mereka yang dikenal cukup populer.     

"Fee ini baru pulang liburan dengan suaminya. Kami penasaran seperti apa wajah suaminya itu, karena Fee tidak pernah mau menunjukkannya," kata Suzette.     

"Oh.. kau sudah menikah, Fee?" tanya Carla dengan ekspresi senang. Fee adalah gadis tercantik di kampus dan banyak pria yang menyukainya. Tetapi kalau memang Fee sudah punya suami, tentu para pria itu terpaksa harus mundur. Inilah yang membuat Carla senang.     

Fee mengangguk. "Maaf, tapi suamiku tidak suka keramaian. Dan dia orangnya sangat privasi. Aku tidak bisa menunjukkannya."     

Suzette dan Miriam yang lebih sering ngobrol dengan Fee sebenarnya diam-diam menduga bahwa Fee menikah dengan orang yang jelek atau sudah tua. Laki-laki kaya yang sanggup membiayai hidupnya. Karena malu, maka Fee sengaja tidak pernah menunjukkan siapa suaminya. Namun, mereka hanya menyimpan sendiri dugaan ini dan tidak pernah mendesak Fee.     

"Kau tahu, Fee... aku pernah mendengar dari Cindy, kekasih Hendrik Milne yang kemarin itu sempat heboh karena dia dianiaya orang tidak dikenal. Mereka menuduhmu sebagai simpanan orang berpengaruh... Ia masih mengatakan kemana-mana bahwa kau yang menjadi dalang penyerangan Hendrik," kata Carla. "Tapi kalau ternyata... kau sudah menikah. Itu lain cerita. Sebaiknya kau bawa saja suamimu ke kampus untuk menjemputmu dan mengenyahkan semua gosip."     

Fee hanya memutar matanya. Ia pernah mendengar gosip tentang dirinya yang dikatakan sebagai gadis peliharaan Om-Om dari Suzette beberapa waktu yang lalu, tetapi ia tidak mempedulikannya.     

Mengapa gosip murahan itu masih juga beredar?     

"Aku bukan peliharaan Om-Om. Suamiku orang baik-baik," kata gadis itu sambil membereskan bukunya dan beranjak keluar kelas. "Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan gosip. Aku harus bekerja."     

Fee meninggalkan mereka dengan dada bergemuruh. Ia tidak mau berlama-lama di sana dan mendengarkan gosip yang hanya akan membuatnya sakit hati.     

Apa pun yang terjadi, ia tidak akan dapat membantah gosip jahat seperti itu karena ia tidak mau membuat Ren terlibat. Karena itulah ia berusaha mengeraskan hati dan tidak mempedulikan omongan orang lain. Kalau sampai ia terpancing emosi dan nama Ren keluar.. reputasi suaminya akan rusak.     

Ia masih harus bersabar. Empat tahun lagi...     

"Fee, kami tidak bermaksud menggosipkanmu. Itu hanya omongan orang di luar," kata Suzette buru-buru. "Kami tidak percaya dengan gosip murahan itu."     

Fee mengusap matanya yang basah sambil berjalan dengan langkah-langkah cepat ke taman di seberang kampus. John telah menunggunya di sana untuk mengantarnya ke Kafe Magnolia.     

Ini adalah hari pertama Fee datang ke Kafe Magnolia sebagai pemilik baru. Ren telah menelepon Stevan dan memberitahunya bahwa istrinya akan datang ke sana dan meminta agar Stevan membantu Fee untuk mengatur semuanya.     

Fee sudah mempelajari semua pembukuan Kafe Magnolia dan ia merasa bahwa ia perlu mengambil beberapa kebijakan untuk meningkatkan penjualan. Ia ingin membuktikan kepada Ren bahwa ia sanggup mengurusi perusahaan kecil seperti Kafe Magnolia.     

"Selamat siang, Fee. Kau datang lebih awal hari ini," komentar Ella yang melihatnya masuk lewat pintu depan.      

"Ah, iya.. aku ada keperluan," kata Fee. Ia memandang bekas teman kerjanya itu dengan senyum dikulum.     

Ah, Ella pasti belum tahu bahwa hari ini Fee akan datang sebagai pemilik kafe.     

"Oh, kau tahu tidak, istri pemilik kafe ini katanya akan datang untuk berkunjung. Dia mau mulai mengurusi kafe ini," kata Ella dengan suara berbisik. "Aku baru tahu dari Stevan, ternyata Kafe Magnolia sudah dibeli sejak bulan April lalu, berarti sudah tujuh bulan lamanya, tetapi kita baru diberi tahu sekarang. Pemilik lama masih berpura-pura mengurusi kafe ini melalui Stevan. Entah kenapa. Baru dua minggu yang lalu, ia memberi tahu kami bahwa sebenarnya Kafe Magnolia sudah lama dijual. Dan tiba-tiba saja istri si pemilik baru mau datang dan mengatur-ngatur di kafe kita. Duh.. semoga orangnya tidak menyebalkan. Biasanya istri orang kaya kan menyebalkan..."     

"Eh...?" Fee menatap Elle keheranan. "Kau pikir begitu?"     

Ia mengerutkan keningnya. Ia mengira Ren baru membeli Kafe Magnolia sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka. Ia tidak menduga sebenarnya kafe itu sudah dibeli lebih lama. Bulan April... bukankah itu ketika Fee baru mulai bekerja di Kafe Magnolia ini?     

Apakah Ren membelinya ketika Fee memutuskan untuk bekerja di sini?     

Ahh.. sekarang semuanya menjadi masuk akal.     

Fee akhirnya mengerti kenapa ia diterima bekerja dengan sangat mudah, dan mengapa ia selalu dapat memperoleh shift yang ia inginkan. Kalau dipikir-pikir, Fee bisa mendapatkan shift kerja part time di jam yang orang lain biasanya tidak dapatkan.     

"Aku mesti menelepon dulu.." Fee permisi kepada Ella lalu berjalan keluar kafe dan menelepon Ren.     

TUT     

TUT     

"Ada apa, Fee?" Setelah tiga deringan, telepon Fee diangkat dan herannya yang menerima memiliki suara perempuan.     

"Amelia?" tanya Fee keheranan. "Mengapa kau yang mengangkat telepon suamiku?"     

"Ren sedang sibuk. Kau bisa bicara denganku," tukas Amelia dengan nada suara tidak ramah.     

Di latar belakang, Fee dapat mendengar bunyi orang-orang sedang makan siang.      

Apakah Ren sedang menghadiri acara jamuan dengan tamu negara?     

"Tidak ada yang penting. Aku tidak mau bicara denganmu."     

"Bagus. Tidak usah mengganggu Ren. Dia sedang sibuk."     

Amelia lalu menutup telepon. Fee benar-benar merasa kesal, tetapi ia tak dapat berbuat apa-apa. Ia tahu Amelia adalah sekretaris Ren. Jadi wajar saja jika ia menyimpan ponsel Ren saat pria itu sedang sibuk. Tetapi Fee benar-benar tidak menyukai Amelia.     

Oh... ia tidak sabar menunggu empat tahun lagi, saat Ren dapat mundur dari jabatannya dan juga melepaskan diri dari Amelia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.