The Alchemists: Cinta Abadi

Liburan Ke Rumania



Liburan Ke Rumania

Ketika Fee tiba di rumah, Ren telah menunggunya. Gadis itu terkejut melihat suaminya telah ada di rumah. Setahunya jam seperti itu Ren masih berada di kantor.     

"Apa yang terjadi di kampus tadi? Kenapa kau membuang ponselmu?" tanya Ren begitu melihat Fee memasuki pintu.     

"Kau tahu dari mana aku membuang ponselku?" tanya Fee.     

"Aku bisa tahu dengan melacak ponselmu," jawab Ren. "Aku mencoba menghubungimu berkali-kali, tetapi kau tidak mengangkatnya. Aku terpaksa melacaknya."     

"Oh..." Fee menatap Ren dengan sepasang mata membulat. Ternyata ada begitu banyak hal tentang suaminya yang tidak ia ketahui, walaupun mereka telah setahun menikah. Ia tidak tahu Ren bisa mengirim anak buahnya untuk menganiaya dan mematahkan kaki Hendrik Milne...     

Dan kini ia juga bisa melacak keberadaan Fee dan mengirim Amelia dengan cepat untuk menolong Fee di kantor polisi.     

Ren mengambil sebuah ponsel dari meja di sebelahnya dan menyerahkannya kepada Fee.     

"Ini ponsel pengganti untukmu."     

Fee menerima ponsel itu dengan ragu-ragu. "Terima kasih."     

"Kenapa kau membuang ponselmu?" tanya Ren lagi. Ia dapat menduga alasannya, tetapi ia perlu mendengarnya dari mulut Fee sendiri.      

Gadis itu menarik napas panjang dan akhirnya mulai bercerita. "Aku tadi didatangi tiga gadis brengsek yang ada bersama Hendrik Milne ketika mereka makan di Kafe Magnolia dan mengangguku. Saat di kafe mereka sudah mengancamku dengan mengatakan bahwa Hendrik adalah anak walikota. Ketika Hendrik dianiaya, mereka menduga aku terlibat karena Hendrik mengenali Karl... Mereka menuduhku menjadi simpanan orang penting karena berani punya nyali mengganggu anak seorang walikota."     

Wajah Fee tampak kesal dan lelah, membuat Ren menjadi bersimpati. Ia meraih tangan Fee dan menariknya mendekat. "Maafkan aku, karena kau mengalami gangguan itu."     

"Mereka sudah memanggil polisi dan berusaha memukulku.. ketika aku hendak pergi, dua mobil polisi sudah tiba di kampus. Aku takut mereka menggeledahku dan menemukan kontakmu di ponselku," kata Fee dengan suara bergetar. "Kalau sampai mereka tahu siapa kau... reputasimu bisa tercemar. Karena itulah aku membuang ponselku agar kau tidak terlibat...."     

"Kau... melakukannya untuk... melindungiku?" tanya Ren dengan pandangan takjub. "Sayang, kau tidak perlu melindungiku. Aku bisa mengurus diriku sendiri."     

Fee mengerucutkan bibirnya. "Aku hanya melakukan apa yang dapat kulakukan... Dalam pikiranku saat itu hanyalah bagaimana agar reputasimu tidak tercemar."     

Ren tersenyum dan mengangguk. Untuk beberapa saat ia tidak dapat berkata apa-apa. Wajahnya tampak terharu saat ia menarik napas panjang.     

"Gadis bodoh... seharusnya kau memikirkan dirimu sendiri," gumamnya kemudian.     

"Bagaimana bisa aku memikirkan diriku sendiri?" tanya Fee. "Kau adalah suamiku, tentu saja aku harus memikirkan jangan sampai hal yang buruk menimpamu."     

Ren menatap Fee lama sekali dan akhirnya mengangguk. "Terima kasih."     

Ia menyentuh dagu Fee dan mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Fee dengan penuh perasaan.     

Di saat-saat seperti ini, terkadang Fee bertanya dalam hati apakah Ren sebenarnya mencintainya. Walaupun pria itu mengatakan bahwa ia adalah seorang yang aromantic, Fee sering merasa bahwa jauh di lubuk hatinya Ren sebenarnya mencintainya, karena Fee dapat merasakannya.     

"Mari kita lupakan tentang orang-orang tidak berguna itu..." bisik Ren mesra. "Kita fokus pada liburan kita besok. Aku akan membawamu menikmati tempat-tempat indah untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita."     

Saat Ren menciumnya, Fee seolah dapat melupakan kekesalannya akibat peristiwa yang terjadi tadi di kampus dan kantor polisi. Ia bahkan dapat memaafkan Ren yang mengirim Amelia untuk membantunya. Secara refleks Fee memeluk leher Ren dan membalas ciuman suaminya.     

"Mmm... aku setuju," kata Fee lembut. Ia menatap mata Ren dengan sungguh-sungguh. "Kita lupakan semua ini selama dua minggu ke depan. Aku sangat lelah..."     

Fee merasa lelah dengan hubungan mereka yang dirahasiakan dan lelah dengan kenyataan bahwa Ren masih selalu dekat dengan Amelia, walaupun dalam kapasitas pekerjaan. Ia merasa lelah karena cemburu dan harus selalu menghindar di balik layar, tanpa dapat mengambil bagian dalam kehidupan suaminya di muka umum. Ia juga lelah dengan perlakuan orang-orang yang seenaknya kepadanya hanya karena ia miskin dan berasal dari kampung.      

"Aku akan menebus semuanya selama dua minggu ke depan," kata Ren. Ia menyentuhkan hidungnya ke hidung Fee dan memejamkan matanya. "Terima kasih karena kau lebih memikirkan untuk melindungiku daripada dirimu sendiri."     

Ia lalu memeluk Fee erat sekali.     

***     

Ren dan Fee berangkat ke Rumania untuk liburan merayakan hari jadi pernikahan mereka yang pertama. Ren menepati janjinya untuk memanjakan Fee dan menebus semua pengorbanan gadis itu selama setahun ini. Mereka tinggal di Bucharest selama tiga hari dan berjalan-jalan menelusuri kota cantik yang masih melestarikan arsitektur bangunan-bangunan dari abad pertengahan itu.     

Setelah itu, Ren membawa Fee road trip melintasi The Transfăgărășan di selatan Carphatian yang dianggap sebagai jalan raya paling mendebarkan di dunia. Bentuknya yang seperti banyak huruf S besar dan melintasi wilayah berbukit-bukit memang sangat mendebarkan untuk dilalui.     

Itu merupakan pengalaman pertama Fee naik mobil dengan Ren sendiri yang menyetiri mereka. Biasanya ia selalu memiliki supir untuk mengantar mereka ke mana-mana, tetapi khusus untuk liburan mereka kali ini, ia hanya meminta supir dan pengawalnya mengikuti mereka dari belakang.     

"Aku ingin menghabiskan waktu privasi hanya kita berdua saja," kata Ren, saat menjelaskan keputusannya.      

"Aku sangat menyukai ini," kata Fee dengan gembira. Ia sangat bahagia menghabiskan waktu demikian banyak bersama suaminya, 24 jam sehari selama dua minggu itu, ia bahkan bersenandung di sepanjang perjalanan ketika Ren mengemudi, karena Fee merasa sangat senang.     

Mereka lalu menghabiskan waktu tiga hari di Transylvania dan mengagumi kota tua yang terkenal dengan cerita drakula. Tidak lupa mengunjungi Kastil Bran yang dianggap merupakan inspirasi untuk kastil di dalam novel Bram Stoker's Dracula.     

"Sebenarnya tokoh Dracula itu bukan manusia vampir yang mengigit manusia dan meminum darahnya," Ren menjelaskan saat mereka berjalan-jalan sambil berpegangan tangan di pusat kota tua Transylvania. "Orang yang dikenal sebagai dracula dalam banyak cerita rakyat adalah Pangeran Vlad Dracul. Ia dikirim ke Turki sewaktu kecil bersama adiknya sebagai sandera agar ayahnya tunduk pada Kaisar Ottoman. Di Turki ia dididik untuk menjadi raja boneka setelah nanti ia dewasa dan menggantikan ayahnya. Tetapi ternyata mereka gagal memengaruhinya. Setelah Vlad kembali ke Transylvania, ia justru memberontak terhadap Turki dan membunuh utusan mereka."     

"Oh, jadi... drakula itu diambil dari nama orang ya?" tanya Fee tertarik. "Aku baru tahu."     

"Benar. Ketika raja Turki mengirim pasukan untuk menangkap Vlad, ia menyiapkan jebakan bagi mereka. Prajurit musuh yang berhasil ditangkap akan disulakan olehnya. Ia akan menyiksa mereka dengan menusuk mereka dari dubur hingga tembus ke mulut mereka dengan tombak dan menancapkan tombak-tombak itu hingga ribuan jumlahnya di sepanjang jalan menuju istananya, sehingga pasukan musuh menjadi ngeri. Orang yang disiksa dengan cara disulakan akan mati secara perlahan-lahan hingga berhari-hari kemudian. Hal itu cukup ampuh untuk membuat pasukan musuh ketakutan dan tidak berani menyerang. Vlad kemudian dikenal sebagai Vlad The Impaler (Vlad Si Penyula). Kekejamannya membuat ia terkenal hingga sekarang."     

Fee menelan ludah. Sungguh kelam sejarah Transylvania yang sedang mereka kunjungi ini. Walaupun kotanya sangat cantik, di baliknya tersimpan cerita yang sangat mengerikan.     

"Aku mengerti kenapa Vlad melakukannya," komentar Fee sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ia hanya melakukan apa yang dia tahu demi mempertahankan dirinya dan kerajaannya dari serangan musuh. Orang bilang, 'all is fair in love and war'. Manusia dapat menghalalkan segala cara dalam perang dan cinta."     

"Itu benar. Kalau Vlad tidak berlaku kejam, maka negaranya akan kembali dijajah Turki. Prajurit Turki juga tidak kalah kejamnya terhadap pasukan musuh. Di dunia ini... yang namanya perang itu pasti keji," kata Ren membenarkan.     

"Aku sangat membenci perang," gumam Fee. Ia ingat ayahnya sangat membenci perang karena manusia bisa berbuat demikian keji kepada sesamanya.     

Sebentar.. bukankah sudah sangat lama tidak ada perang di dunia ini? Perang mana yang dibenci ayahku? Fee termenung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.