The Alchemists: Cinta Abadi

Penolong Misterius



Penolong Misterius

"Lepaskan aku!!" Fee berusaha menendang dan menggigit tangan Hendrik yang mencengkram dan menarik tubuhnya untuk masuk ke mobil. Dalam hati Fee merasa menyesal karena ia tidak menuruti nasihat Ren untuk tidak pergi sendirian.     

Ia tidak menduga akan bertemu orang jahat di tengah Kota Tua yang ramai seperti ini dan tidak ada orang yang berani menolongnya. Oh... mengapa nasibnya buruk sekali?     

Ia merasa sangat sedih karena ponselnya dibuang oleh Hendrik sebelum ia sempat menghubungi suaminya. Kalau sampai Ren tahu bahwa Hendrik mengganggu Fee, ia yakin suaminya itu tidak akan mengampuni Hendrik...     

Tetapi bagaimana kalau Hendrik menangkapnya dan membawanya ke tempat tersembunyi dan Ren tidak dapat menemukannya?     

Ahh.. aku akan mati di tempat tersembunyi di makam tanpa nama... tangis Fee dalam hati.     

"Brengsek kau! Kau berani menggigitku..!" bentak Hendrik yang kesakitan akibat tangannya digigit Fee dengan sekuat tenaga. Ia mengangkat tangannya hendak menampar Fee.     

Namun, tiba-tiba sebuah tangan yang kuat telah menahan tangannya.     

"Lepaskan gadis ini." Terdengar suara seorang pria yang agak serak dan bernada dingin, memerintahkan Hendrik untuk melepaskan Fee.     

Baik Hendrik dan Fee sama-sama menoleh ke arah asal suara. Masing-masing dengan ekspresi berbeda. Hendrik tampak sangat marah, sementara Fee tampak lega dan penuh terima kasih.     

Air matanya berderaian saat menyadari, dari puluhan laki-laki yang berkerumun di Kota Tua ini, tidak ada satu pun yang berani menolongnya, kecuali pria yang baru datang ini. Ia merasa sangat berterima kasih dan terharu.     

"Kau berani kepadaku? Kau tidak tahu siapa aku...!" Hendrik melepaskan tangannya dari Fee dan hendak meninju lelaki yang barusan menahannya, tetapi belum sempat ia melakukan niatnya, pria tampan berambut ikal keemasan telah meninju wajahnya dengan sekuat tenaga.     

Hendrik terlempar hingga tiga meter ke belakang. Wajahnya segera berlumuran darah. Gadis-gadis yang ada di sekitar mereka serentak menjerit ketakutan.     

"Hei... orang brengsek! Kau berani memukul bos kami?!" Seru kedua lelaki besar yang datang bersama Hendrik.      

Tanpa dikomando keduanya segera bergabung dan berusaha mengeroyok lelaki yang baru datang. Mereka memukul, menendang, dan menyikut, tetapi tidak sekali pun serangan mereka mengenai sasarannya.     

Pria itu terlalu lincah dan jauh lebih kuat dari mereka. Dengan ringan ia menghindari pukulan dan tendangan, lalu membalas dengan lebih gencar. Dalam waktu tidak terlalu lama kedua lawannya sudah tergeletak di tanah dengan berlumuran darah.     

Selama perkelahian itu terjadi, Fee hanya berdiri terpaku di tempatnya. Sepasang matanya terbelalak menatap orang itu bisa dengan mudah menghajar Hendrik dan kedua pengawalnya yang tadi tampak begitu mengintimidasi.     

"Kau tidak apa-apa?" Pria itu menepuk-nepuk kedua tangannya untuk membersihkannya dari debu dan berjalan menghampiri Fee.     

Terdengar seruan-seruan tertahan dari para gadis yang terpesona pada ketampanan dan kemachoan pria penolong ini. Tetapi ia tampak sama sekali tidak peduli. Pandangannya hanya tertuju pada Fee yang gemetar ketakutan.     

"Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang,"      

Fee menekap bibirnya dan menatap pria itu dan ketiga penyerangnya bergantian. Dalam waktu sepuluh menit saja situasinya telah menjadi demikian kacau. Tubuhnya masih gemetar karena shock akibat tadi diganggu Hendrik. Ia tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi kalau seandainya laki-laki di depannya ini tidak menolongnya.     

"Te.. terima kasih..." bisik Fee dengan suara hampir tidak terdengar. Ia melayangkan pandangan berusaha mencari ponselnya. Dengan langkah gemetar ia berjalan mengambil ponselnya dan buru-buru memeriksanya. Ternyata layarnya pecah. Ia tak dapat menggunakannya untuk menghubungi Ren.     

"Siapa namamu?" tanya pria itu lagi. Ia bersimpuh dan menyentuh bahu Fee.      

Fee mengangkat wajahnya dan menatap pria itu dengan wajah berderaian air mata. "Namaku Fee.."     

"Fee.. kau sekarang sudah aman. Tidak usah takut lagi. Aku sudah menghajar ketiga orang itu. Kau aman." Pria itu berkali-kali meyakinkan Fee bahwa situasi sudah aman baginya, agar gadis itu tidak gemetar lagi.     

Mereka bertatapan dan untuk sesaat saling terpaku. Pria itu mengerutkan keningnya. Ia belum pernah melihat gadis secantik ini dalam hidupnya, padahal ia cukup sering bertemu dengan orang-orang dari kalangan Alchemist yang memiliki penampilan rupawan dan sempurna. Namun, tidak ada yang dapat mendekati kecantikan wanita biasa di depannya ini.     

"Terima kasih..." Fee mengangguk lemah.     

"Kau masih shock. Mari kuantar pulang..." Pria itu mengulurkan tangannya dan hendak memegang tangan Fee untuk membantunya berdiri ketika tiba-tiba tangannya ditepis oleh seseorang.     

"Biar aku yang membawa istriku pulang."     

Fee dan lelaki itu sama-sama menoleh ke arah asal suara. Fee yang gemetaran karena shock seketika menjerit lega. Ia bangun dan menghambur ke pelukan Ren yang baru tiba dengan napas terengah-engah.     

"Ren... Aku takut. Orang yang kemarin itu hendak menculikku untuk mencarimu..." tangis gadis itu. Ia membenamkan kepalanya di dada Ren dan menangis di sana.     

Ren mengusap-usap rambut Fee dan berusaha menenangkannya. "Sshh.. maaf aku datang terlambat."     

"Aku tidak pergi sendirian ke tempat sepi atau apa.. tetapi mereka menggangguku di tempat keramaian... Tidak ada orang yang mau menolongku. Aku takut sekali..." tangis Fee tersedu-sedu. Ia tak dapat membayangkan apa jadinya nasibnya jika orang asing itu tidak menolongnya.     

Ren menatap pria yang menolong Fee lekat-lekat dan mengangguk ke arahnya. "Terima kasih atas bantuanmu. Sekarang aku akan membawa istriku pulang."     

Pria itu menatap Ren dengan ekspresi keheranan. "Kau suaminya?"     

"Benar. Apa kau bermasalah dengan itu?" tanya Ren dengan nada suara dingin. Ia menatap pria di depannya dengan pandangan mata tajam.     

"Apakah itu benar?" Pria itu menyentuh bahu Fee dan berusaha mengonfirmasi.     

Fee menoleh dan menatap pria itu. Ia lalu mengangguk.     

"Benar.. ini suamiku. Terima kasih kau sudah menolongku. Tidak ada satu pun orang di sini yang mau menolongku kecuali kau..." Fee membungkukkan tubuhnya sedikit ke arah pria itu.     

"Mm.. tidak perlu berterima kasih. Aku hanya sekadar lewat." Pria itu merapikan bajunya yang agak kusut karena tadi berkelahi dengan dua anak buah Hendrik. Ia lalu mengangguk ke arah Ren. "Jaga istrimu baik-baik."     

Kemudian ia berbalik pergi, diikuti pandangan begitu banyak wanita di situ yang terpesona kepadanya. Pria itu sama sekali tidak menoleh ke belakang.     

"Kau.. kau di sini...?" Tiba-tiba terdengar lenguhan Hendrik yang berusaha bangkit dari tanah. Wajahnya tampak marah. Ia menghampiri Ren dan Fee dengan tersaruk-saruk. "Brengsek.. kau muncul juga. Awas kau..."     

Ia tampak sangat kesal melihat dua anak buahnya terkapar tak berdaya di tanah. Dengan marah ia menendang mereka. "Dasar tidak becus! Melawan satu orang saja kalian tidak bisa..."     

Ia mengambil ponselnya hendak menelepon bala bantuan, tetapi Ren telah menghantam hidungnya dengan sekuat tenaga.     

"Laki-laki hina..!" Ia melepaskan Fee dan segera menarik kerah pakaian Hendrik dan mengancamnya. "Kau berani mengganggu istriku? Kau memang cari mati!"     

Ia mendorong tubuh Hendrik hingga terjatuh ke tanah dengan keras dan mengangguk ke arah Karl yang baru tiba. Tanpa basa-basi, Karl langsung menghajar Hendrik dengan pukulan-pukulan dan berbagai tendangan yang membuat lelaki itu menjerit kesakitan tanpa henti.     

Setelah memastikan Hendrik terkapar tanpa dapat bergerak dengan wajah dipenuhi darah dan beberapa tulang rusuk yang patah, barulah Karl berhenti.     

Ren telah menggendong Fee menjauh dari situ di saat perhatian semua orang teralihkan oleh Karl yang menghajar Hendrik.     

"Jangan pernah pergi sendirian lagi.." bisik Ren. "Aku sangat takut terjadi apa-apa denganmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.