The Alchemists: Cinta Abadi

Kesedihan Fee



Kesedihan Fee

Sebenarnya Fee merasa sedih karena ia tak dapat mendampingi Ren dalam tugas kenegaraannya. Setelah setahun menikah, barulah kali ini ia merasa posisinya sebagai istri rahasia menjadi sangat menyakitkan.     

Ia mengerti bahwa Ren merahasiakan pernikahan mereka karena ingin melindunginya dari kejaran publik dan tentunya kecaman keluarga kerajaan, tetapi bukan berarti Fee dapat bersikap baik-baik saja.     

"Aku ini bukan malaikat yang sempurna dan bisa bersikap seolah aku baik-baik saja ketika suamiku pergi dengan wanita lain menyambut tamu negara..." bisik Fee dengan suara pedih.     

"Fee, aku tidak pergi dengan wanita lain. Amelia itu sekretarisku sejak lama. Keluarganya juga memiliki posisi cukup penting di kerajaan ini. Yang aku lakukan ini adalah bagian dari pekerjaanku..." kata Ren dengan sabar. "Kau tahu aku tidak menyukai posisi ini, tetapi aku tidak bisa pergi begitu saja."     

Fee membuang muka. Ia mengerti Amelia memang sekretaris suaminya, tetapi ia sangat tidak suka saat mendengar cara Amelia berbicara di telepon tadi. Amelia bersikap seolah-olah ia dan Ren adalah pasangan tuan rumah yang menyambut para tamu negara.     

Bila ia bersikap seperti itu kepada Ren, bagaimana pula pendapat orang luar yang melihat mereka? Bukankah mereka pun akan menduga bahwa Ren dan Amelia sebenarnya adalah pasangan?     

"Aku tidak mau membicarakannya," kata Fee akhirnya. Ia melayangkan pandangannya keluar jendela. Ia takut jika mereka terus membahas tentang Amelia dan statusnya sebagai istri rahasia, ia akan menjadi emosional dan mengeluarkan kata-kata yang akan disesalinya.     

Ren memandangi wajah istrinya yang menoleh ke samping, sama sekali tidak mau memandangnya. Ekspresi wajah pria itu tampak rumit saat ia menatap bagian samping wajah Fee yang tampak memiliki garis-garis halus yang sempurna.     

Fee selalu tampak cantik, bagaimanapun ekspresinya, baik ketika ia tersenyum, sedih, bahkan marah seperti sekarang. Ia belum pernah melihat ada manusia yang demikian rupawan seperti gadis ini. Memang pantas ia dipanggil Fee, yang seperti peri.      

Fee mengigit bibirnya, berusaha menahan diri agar tidak menangis. Ia akan bersikap baik-baik saja hingga Ren pergi, barulah nanti ia akan menumpahkan kesedihannya.     

***     

Di kafe cantik yang terletak di pinggir kanal itu, tampak dua orang wanita cantik sedang duduk-duduk menikmati koktail dan sparkling wine. Cuaca musim panas seperti sekarang saat sempurna dinikmati dengan segelas minuman dingin, dan itulah yang sedang mereka lakukan sekarang.     

Sophia menyesap prosecconya dengan lambat-lambat. Wajahnya terlihat bosan. Berkali-kali ia mengetuk-ketukkan jarinya yang panjang dan indah di meja.     

Wanita di depannya mengenakan seragam pelayan kafe dan sedang menikmati mojito. Kebetulan sore ini tamu kafe mereka agak sepi sehingga keduanya bisa duduk beristirahat dan menikmati waktu untuk berbincang-bincang.     

"Sudah lima tahun lebih," komentar si pelayan sambil menatap Sophia lekat-lekat. "Apakah Tuan belum memberi tahu langkah selanjutnya?"     

Sophia hanya menarik napas panjang. Wajahnya tampak kesal, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. "Katanya belum waktunya. Aku belum pernah bertemu orang yang demikian sabar seperti dirinya."     

"Ini sudah sangat lama. Sesudah lima tahun, kemungkinan besar keluarga itu akan mengira anak perempuannya sudah mati dan mereka akan berhenti mencari. Lalu... mereka hanya akan berduka selama beberapa tahun dan kemudian melanjutkan hidup."     

"Kurasa memang itu yang diinginkannya. Ia ingin keluarga itu berduka dan melanjutkan hidup... lalu di saat mereka merasa sudah waktunya untuk bangkit dan melanjutkan hidup.. ia akan menghantam mereka," kata Sophia. "Setidaknya, itu dugaanku. Ia tidak mau memberitahuku apa yang sebenarnya ia rencanakan. Entahlah..."     

"Mengapa tidak? Apakah Tuan tidak memercayai Nona?"     

"Kurasa ia takut aku akan buka mulut di bawah paksaan kalau sampai aku mengetahui rencananya secara lengkap. Setahuku Lauriel punya ramuan yang disebutnya Veritaserum. Kalau mereka memaksaku meminum ramuan itu, mereka dapat memaksaku bicara. Kalau sampai itu terjadi, dan aku mengetahui banyak rahasianya, Lauriel akan dapat mengejarnya," kata Sophia menjelaskan. "Jadi, ia memberitahuku sesedikit mungkin untuk melindungi dirinya."     

"Tuan sudah lama tidak ke sini, ya..." keluh si pelayan dengan suara sedih. "Kurasa ia semakin hari semakin sibuk."     

Kali ini Sophia tidak menjawab. Ia pun merindukan lelaki itu, tetapi ia tak dapat mengambil inisiatif untuk mendatanginya. Ia telah berjanji akan melakukan perannya dan menjauhkan pria itu dari endusan orang-orang Alaric, Lauriel, dan Caspar.     

Kalian punya waktu untuk bersama selama-lamanya, Sophia... tunggu semua urusan ini selesai. Tunggu semua dendammu terbalaskan. Gadis cantik itu berusaha menghibur diri.     

***     

Fee menangis diam-diam di kamarnya setelah Ren berangkat ke istana untuk menghadiri acara jamuan kenegaraan bersama Amelia yang tadi membuat Fee cemburu. Ia tak mau Linda dan staf mereka yang lainnya mengetahui ia sedang merasa sedih. Di depan mereka, ia masih terus menampilkan sikap baik-baik saja.     

Dengan wajah penuh senyum ia memberi tahu Linda bahwa ia sedang puasa makan malam untuk program detoksifikasi dan meminta stafnya itu untuk tidak memanggilnya untuk makan malam. Demikianlah Fee dapat menangis sepuasnya di dalam kamar tanpa diganggu siapa pun.     

Fee benar-benar merasa sedih. Ia tidak tahu apakah ia akan dapat menahan perasaannya selama empat tahun ke depan. Baru satu tahun saja, rasanya sudah demikian menyakitkan. Lalu.. bagaimana jika Ren tidak berhasil mengundurkan diri dari statusnya sebagai penerus takhta? Bagaimana jika sepupunya tidak berhasil melahirkan anak lelaki?     

Ia hanya ia bisa kembali menangis. Dalam hatinya Fee memikirkan berbagai kemungkinan terburuk. Jika Ren harus tetap mengemban jabatannya dan kemudian naik takhta sebagai raja, ada kemungkinan ia terpaksa akan menceraikan Fee diam-diam dan menikah dengan wanita yang sesuai dengannya, entah dari wanita kalangan atas lainnya, atau putri bangsawan dari negara Eropa lainnya.     

Sangat kecil kemungkinannya ia akan mempertahankan Fee sebagai istrinya karena bukan saja gadis itu berasal dari kampung dan miskin, tetapi juga ia akan terpaksa membuka rahasia bahwa ia telah menikah diam-diam beberapa tahun sebelumnya. Hal itu akan menjadi skandal yang sangat besar.     

Fee tahu bahwa keluarga Kerajaan Moravia sangat membenci skandal. Raja sebelumnya juga dipaksa untuk turun takhta karena skandal, dan kedudukannya dialihkan kepada adiknya, yaitu kakek Ren sekarang.     

Semua ini membuat Fee semakin bersedih. Tanpa terasa ia telah menangis berjam-jam dalam kesendirian. Linda yang telah dipesankan untuk tidak memanggilnya untuk makan malam membiarkan saja sang nyonya menghabiskan waktu di kamar terus-menerus.     

Fee menangis sampai kelelahan dan akhirnya tertidur di ranjangnya dengan mata basah.      

***     

Ren pulang dari acara jamuan saat jam menunjukkan pukul 11 malam. Ia terkejut melihat Fee berbaring di tempat tidur dengan bantal yang basah. Pria itu hanya dapat berdiri di tempatnya dan memperhatikan Fee dengan pandangan rumit.     

Beberapa lama kemudian ia lalu menghela napas dan beranjak keluar. Malam itu Ren tidak tidur di kamar mereka. Ia menghabiskan waktunya semalaman di ruang kerjanya dengan membaca dan minum wine. Ia sama sekali tidak dapat tidur.     

Ketika Fee bangun tidur keesokan paginya, ia merasa keheranan karena tidak menemukan Ren di sampingnya.     

Apakah Ren tidak pulang semalaman? Ia bertanya-tanya.     

Dengan mengenakan jubah tidur, Fee berjalan keluar mencari suaminya di ruang kerja. Benar saja, ia menemukan pria itu sedang duduk di kursinya sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya. Fee berjalan menghampiri Ren dan berhenti di dekatnya.     

"Kau pulang jam berapa tadi malam?" tanya Fee.     

"Jam 11 malam," jawab Ren. Ia menutup laptopnya dan menatap Fee yang sedang berdiri terdiam di sampingnya. "Aku tidak bisa tidur dan tidak ingin mengganggumu. Karena itu aku ke sini."     

"Kau... tidak bisa tidur?" Fee menekap bibirnya saat mendengar kata-kata Ren. Selama mereka menikah, Ren sudah tidak pernah mengalami kesulitan tidur. Mengapa kini tiba-tiba ia kembali tidak bisa tidur?     

Apakah Fee sudah tidak berguna baginya? Pemikiran itu tiba-tiba membuat Fee sangat terpukul.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.