Kerisauan Vega
Kerisauan Vega
"Tidak apa-apa, aku hanya perlu memanggil Petra untuk membantuku. Ia tinggal di Paris," jawab Marion sambil tertawa. Ia lalu bergerak mencari-cari kamera di atap gedung dan setelah menemukannya ia segera bicara ke arah kamera tersebut tanpa suara.
'Marie, semuanya sudah selesai. Kau tidak usah kuatir.' Marion mengedip ke arah kamera lalu berjalan menuju pintu untuk turun dari atap.
Nic menyadari bahwa Marie masih mengawasi mereka lewat kamera di atap gedung. Ia melambai ke arah kamera dan meniupkan ciuman. Mischa hanya memutar matanya melihat perbuatan Nicolae. Ia lalu berjalan mengikuti Nicolae dan Marion yang telah masuk kembali ke dalam hotel dengan tangan di dalam saku.
TOK
TOK
Marie yang mendengar pintu penthouse diketuk segera membuka pintu. Ketika ia melihat Nicolae berdiri di muka pintu, gadis itu segera menghambur dan melompat memeluknya. Nicolae sigap menangkap Marie dan tertawa. Ia sangat senang melihat antusiasme Marie.
"Heii.. aku kan sudah bilang aku tidak akan kenapa-kenapa?" kata Nicolae sambil tertawa kecil. Ia mengusap rambut Marie dan pelan-pelan menurunkan tubuh gadis itu. "Oh, ya.. perkenalkan ini Mischa. Kau sudah bertemu Marion."
Marie buru-buru mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Mischa. "Terima kasih atas bantuanmu. Maaf sudah merepotkan."
"Tidak sama sekali, kebetulan aku sedang luang," kata Mischa sambil mengangguk.
Marie lalu memeluk Marion dengan antusias. "Ahh... Marion, kau hebat sekali! Aku kagum kepadamu. Apa yang tadi kau berikan kepada Larkin?"
Marion hanya tertawa kecil. "Aku memberinya racun yang membuat penisnya tidak dapat berdiri sampai ia mati. Kalau ia sudah menebus perbuatannya kepada kalian, aku baru akan memberikan penawarnya."
"Oh.. kau memaksanya untuk mencabut posting tadi pagi?" tanya Marie memastikan. "Apakah dia akan bersedia?"
Marion mengerling pada dua pria di dekatnya sambil menjawab. "Entahlah.. bagaimana menurut kalian? Apakah ada lelaki yang rela kehilangan kejantanannya demi masalah sepele?"
Mereka semua sudah tahu jawabannya.
"Ahh.. aku mengerti," Marie mengangguk-angguk. "Kalau begitu, kita tunggu bagaimana Larkin akan memperbaiki kesalahannya tadi. Sebenarnya aku masih bisa menyangkal bahwa orang di foto itu adalah Goose. Lagipula aku sekarang juga tidak memakai identitas asli. Aku bisa dengan mudah membuat identitas baru. Tetapi aku tidak tahu bagaimana dengan Nic."
Nicolae mengangkat bahu. "Aku juga bisa menyangkal. Tetapi aku mau lihat kalau Larkin sungguh-sungguh mau menebus kesalahannya."
"Uhm.. baiklah. Bisakah kita tidak usah membahas dia lagi? Aku benar-benar tidak mau memikirkan orang itu. Aku akan bicara dengan Sanna setelah kita tiba di Italia, agar ia bisa bicara dengan Julian," kata Marie akhirnya.
"Kita bisa segera bersiap-siap. Pesawat kita akan berangkat pukul 3 sore ke Roma," kata Nicolae.
Mischa juga teringat ia harus pergi ke Bordeaux*. Ia menepuk bahu Nicolae dan minta diri.
"Aku berangkat sebentar lagi. Sampai jumpa," katanya.
"Aku juga. JM akan segera kembali dari pemotretan. Aku masih harus menyiapkan bahan-bahan pelajaran untuknya. Kau tahu, home-schooling itu tidak mudah... hahaha," kata Marion menimpali.
"Terima kasih banyak. Nanti kukabari tentang undangan pernikahan," Nicolae mengangguk dan melepas kedua tamunya pergi.
Setelah menutup pintu, ia menggandeng pinggang Marie dan mengajaknya untuk berkemas. Ia biasanya hanya membawa satu tas kecil untuk bepergian, tetapi karena kali ini ia akan membawa Marie dan Summer, ia telah membeli satu koper kecil yang akan segera datang bersama beberapa pakaian dan perlengkapan untuk kedua perempuan yang dicintainya itu.
Pukul 12 siang kiriman yang ditunggu-tunggunya pun tibalah. Dengan sigap ia mengemas barang-barangnya yang sedikit itu ke dalam koper, sementara Marie meneliti pakaian untuknya yang dibelikan Nicolae tadi pagi.
"Astaga.. kau sangat mengenalku," gumam gadis itu dengan suara kagum. "Aku sangat menyukai semua pakaian yang kaupilihkan ini."
Nicolae hanya tersenyum mendengar kata-kata Marie. Ia tahu Marie akan menyukai pilihannya, karena ia merasa mereka memiliki selera yang sama.
"Aku senang kau menyukainya," jawab pemuda itu. "Nah, aku sudah beres mengemas semua barang-barangku. Hanya sedikit. Silakan masukkan semua yang ingin kau bawa ke dalam koper, nanti aku yang bawa sekalian."
Marie melihat sedikit barang Nicolae yang ada di dalam koper dan mendecakkan lidahnya. "Kau sangat praktis. Kupikir aku sudah paling praktis di dunia, ternyata barangmu lebih sedikit lagi."
Nicolae tersenyum dan menggeleng-geleng. "Kau seharusnya melihat ayahku. Kalau kami bepergian, ia tak pernah membawa apa-apa. Ia hanya membawa apa yang melekat di badannya. Ia lebih senang membeli pakaian di tempat tujuannya."
"Wahhh... kurasa kau dan ayahmu memiliki sangat banyak kemiripan," komentar Marie.
"Kau akan menyukai ayahku, dia sangat mengesankan," balas Nicolae bangga. Ia sangat menyayangi ayahnya dan jelas-jelas selalu mengaguminya.
Mereka bersiap-siap dan dalam waktu sebentar saja semua barang yang ingin mereka bawa telah siap di dalam satu koper kecil. Setelah makan siang, mereka lalu memutuskan untuk berangkat ke bandara.
***
Vega merengut sedari tadi. Ia tak mengerti mengapa Papa Nic sama sekali belum memberi kabar. Bukankah seharusnya kemarin sore ia tiba di Bordeaux? Tadinya Vega mengira Nicolae sudah tiba di kota itu dan akan menghubungi mereka di pagi hari, tetapi sampai makan siang tiba, ia tidak juga memberi kabar.
Ketika Vega mencoba menghubungi nomornya, ponsel Nicolae tidak aktif. Ia menjadi kuatir terjadi sesuatu dengan Nicolae, lalu memutuskan untuk menghubungi ayahnya untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Hallo, sayang," Suara Alaric yang hangat terdengar di ujung telepon. "Bagaimana Bordeaux? Kalian belajar apa saja di sana?"
"Kami menginap di sebuah chateau*. Di sini seru sekali," kata Vega dengan penuh semangat. "Tempatnya indah dan kami tadi berjalan-jalan ke kebun anggur."
"Wahh.. sepertinya seru. Jadi kalian belajar tentang perkebunan anggur dan wine?" tanya Alaric lagi.
"Iya, kotanya juga cukup menarik," kata Vega lagi. "Besok kami akan datang ke pabrik keju. Sangat banyak yang bisa dipelajari. Orang-orang di sini semuanya mengira aku dari Paris karena bahasa Prancisku bagus sekali."
"Ahaha.. kau memang berbakat bahasa," komentar Alaric. Ada nada bangga dalam suaranya.
"Ayah.. apakah Ayah tahu kabar Papa Nic? Kenapa Papa Nic belum menghubungi kami? Seharusnya dia tiba di Bordeaux kemarin sore," tanya Vega kemudian. "Aku kuatir terjadi sesuatu dengannya."
"Hmm.. mungkin Nicolae sibuk. Kemarin memang terjadi hal besar di Paris," kata Alaric. Ia memutuskan untuk membiarkan Nicolae sendiri yang menceritakan kepada Altair dan Vega apa yang terjadi. Ia sengaja menahan berita tentang Marie dan Summer dari Vega karena tak mau merusak kejutan Nicolae. Biarlah Nic yang membagikannya...
"Oh ya? Peristiwa besar apa? Apakah terjadi hal yang buruk?" tanya Vega dengan suara cemas. "Kenapa Ayah tidak mau menceritakan apa yang terjadi pada Papa Nic???"
"Ahem.. bukan, sama sekali bukan hal buruk. Mungkin Nic sangat sibuk sehingga tidak sempat memberi kabar. Yang jelas Ayah mengirim seseorang untuk mengawasi kalian. Nanti kalau bertemu, kalian harus bersikap sopan kepadanya," kata Alaric lagi. "Kau tidak usah kuatir tentang Papa Nic. Dia baik-baik saja."
"Kalau dia baik-baik saja, kenapa aku tidak bisa meneleponnya? Apa yang terjadi sebenarnya?" Vega masih berkeras.
"Mungkin mereka sedang di pesawat. Kemarin aku mendengar NIcolae akan pergi ke Grosetto. Kakek juga akan kesana," jawab Alaric. "Pokoknya tunggu saja hingga ia mendarat. Nanti sore pasti Nic akan menghubungi kalian."
Semua keterangan Alaric malah membuat Vega menjadi semakin penasaran. Ia tidak menduga Nicolae telah berangkat ke Grosetto. Mengapa tiba-tiba sekali?
Bukankah Papa Nic seharusnya mengawasi mereka hingga hari terakhir di Prancis? Apa kira-kira yang lebih penting baginya dibandingkan Altair dan Vega, kedua anak kesayangannya?
Ugh... apakah...
Firasat Vega tiba-tiba mengatakan bahwa Nicolae bertemu seorang wanita dan hal itulah yang membuatnya pergi dari Paris.
Apakah Papa Nic berkencan lagi dan kali ini menemukan wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta?
Tiba-tiba Vega merasa dadanya dipenuhi rasa cemburu. Mengapa Nicolae bisa begitu saja melupakan mereka setelah bertemu wanita baru? Ia dan Altair selalu mendukung Papa Nic untuk jatuh cinta lagi dan menemukan wanita untuk menambatkan hatinya.
Mereka bahkan mendorongnya untuk berkencan dengan wanita-wanita yang disodorkan Paman Terry ataupun mereka carikan dari dating website, tetapi mereka selalu berpesan agar Papa Nic jangan sampai melupakan mereka...
Kalau memang benar Papa Nic menemukan wanita seperti itu dan sekarang sama sekali tidak mempedulikan mereka lagi... Vega sungguh merasa sangat kecewa.
Gadis itu membanting ponselnya dan menghentakkan kaki dengan kesal.
Sebenarnya tadi pagi setelah sarapan Nicolae sudah berniat untuk menghubungi Altair dan Vega untuk mengabari situasinya, tetapi peristiwa dengan Larkin mengalihkan perhatiannya. Ia baru ingat untuk menghubungi Vega setelah berada di udara.
"Ah... aku akan menelepon mereka setelah mendarat di Roma," pikirnya.
.
.
1] Bordeaux adalah sebuah kota di Prancis yang terkenal akan wine-nya. Ini adalah kota kecil yang memiliki banyak vineyard (perkebunan anggur) dan memiliki wine yang khas dan terkenal akan kualitasnya.
2] Chateau adalah kastil di Prancis yang dihuni oleh bangsawan atau orang kaya. Chateau di pedesaan banyak yang dihuni oleh bangsawan yang memiliki perkebunan anggur dan memproduksi wine.