The Alchemists: Cinta Abadi

Pertemuan di Atap



Pertemuan di Atap

[Aku tunggu di puncak gedung]     

Nicolae mengirim SMS kepada Larkin agar pria itu menemuinya di tempat yang cukup luas namun tetap privasi. Dari lantai 40, orang bisa langsung naik ke atap. Di sana ada helipad dan taman kecil. Nicolae meminta Marie agar tetap berdiam di penthouse dan tidak menampakkan diri walau bagaimanapun ia merasa terpancing.     

"Mischa, mereka datang. Aku menunggu mereka di puncak gedung," kata Nicolae saat ia masuk ke dalam lift.     

"Aku segera ke sana," kata Mischa singkat. Ia lalu mengambil dua buah pistol kesayangannya dan menyisipkannya di pinggang. Ia keluar dari suitenya dan segera bergerak ke lift. Ketika pintu lift membuka, tampak dua orang gadis cantik yang menatapnya dengan penuh kekaguman. Keduanya lalu berbisik-bisik sambil mengerling ke arahnya.     

Tanpa sadar keduanya merapikan rambut dan pakaian mereka, berharap  pria berbaju serba hitam itu akan memperhatikan mereka.     

Sayangnya Mischa sama sekali tidak peduli. Ia masuk ke dalam lift dan memencet tombol lantai 40. Sambil menunggu lift menuju lantai yang dia inginkan, pria itu menggulung lengan jasnya dan berdiri tegak bagaikan patung.     

Ada nuansa melankolis dalam sosoknya yang membuat kedua gadis itu semakin terpesona. Dalam hati mereka berharap lift akan bergerak sangat pelan atau waktu akan berhenti sehingga mereka dapat berlama-lama menikmati keindahan di depan mereka.     

Sayangnya lift segera tiba di lantai 35, tempat tujuan mereka. Kedua gadis itu dengan berat hati melangkah keluar. Saat salah seorang menoleh ke belakang untuk melihat pria tampan itu sekali lagi sebelum pintu lift menutup, ia mendesah kaget dan hampir jatuh terhuyung kalau ia tidak ditahan oleh temannya.     

Ia barusan melihat Mischa mencabut pistol dari balik jasnya dan dengan wajah dingin menatap ke atas.     

"Orang tadi... dia... dia membawa pistol," bisik gadis itu ketakutan. Wajahnya segera dialiri keringat dingin. Ia belum pernah berada dekat orang yang membawa senjata, sehingga pengalaman hari ini membuatnya shock.     

"Orang itu mau ke lantai 40..." kata temannya dengan cemas. "Apakah kita harus melaporkannya kepada keamanan hotel?"     

"Sebaiknya begitu. Agar mereka bisa bersiap-siap."     

Keduanya kembali ke arah lift dan menunggu hingga lift membuka dan segera turun ke lobi. Dengan tergopoh-gopoh mereka berlari menuju resepsionis dan melaporkan bahwa mereka melihat seorang lelaki bersenjata naik ke lantai 40.     

Marion yang baru tiba dari luar sempat mendengar laporan kedua gadis itu dengan telinganya yang sangat tajam. Keningnya mengerut dan ia segera menelpon Nicolae.     

"Hei.. aku mendengar ada orang bersenjata menuju lantai 40. Apakah kalian dalam bahaya?" tanyanya. Nicolae menceritakan singkat tentang Larkin dan meminta Marion agar tidak cemas.     

"Hmm... Mischa bersamamu, tentu aku tidak cemas. Tetapi aku kuatir nama baik hotel  ini akan terpengaruh." Ia berpikir cepat dan kemudian berjalan ke arah resepsionis. "Aku akan mengurus ini."     

"Tolong kirim orang untuk memeriksa ke atas," kata salah seorang gadis itu kepada resepsionis dengan ekspresi cemas.     

"Ahem.. permisi, selamat siang," Marion menghampiri mereka dan tersenyum ramah. Ia memberi tanda kepada petugas resepsionis agar membiarkannya menangani masalah ini. Mereka mengenalnya sebagai kerabat pemilik hotel dan balas tersenyum, mempersilakan Marion mengambil alih.     

"Anda siapa?" tanya seorang gadis itu keheranan.     

"Perkenalkan, nama saya Marion Van Sant, aku kepala keamanan hotel ini. Anda tadi melihat anak buah saya mengawasi situasi di atap, jadi tidak perlu cemas," kata Marion dengan wajah riang dan setengah tertawa. Sikapnya yang demikian santai membuat kedua gadis itu saling pandang.     

Ahh.. ternyata mereka salah duga. Sebenarnya salah seorang dari  mereka merasa curiga karena Marion mengaku sebagai kepala keamanan hotel, padahal ia adalah seorang wanita dan sangat cantik. Masakah wanita ini merupakan kepala keamanan?     

Marion melihat mereka agak ragu, kemudian memberi tanda agar mereka mengikutinya. Setelah mereka berada di  tempat yang agak sepi di dekat lift, ia mengeluarkan sebuah pistol dari tas tangannya dan menunjukkannya kepada mereka.     

"Sekarang Anda percaya perkataan saya?" Ia tertawa lagi. "Yang Anda lihat di lift tadi anak buah saya yang paling cuek, namanya Mischa. Dia sering tidak mempedulikan tamu kalau sedang terlalu serius. Nanti saya akan menegurnya. Kami senantiasa berpatroli untuk memastikan keamanan dan keselamatan semua tamu hotel kami."     

Barulah kedua gadis itu mengangguk-angguk tanda mengerti dan raut kelegaan mulai tampak di wajah keduanya. Syukurlah.. berarti tidak ada apa-apa. Hanya pemeriksaan keamanan biasa.     

Setelah memastikan kedua gadis ini tidak mempermasalahkan lagi hal tadi, Marion segera berjalan cepat menuju lift. Setelah memencet tombol lantai 40, ia kembali menelepon Nicolae.      

Tetapi kali ini panggilannya tidak diangkat. Marion menatap ponselnya dengan kening berkerut.     

"Hmm... apakah di sana sudah mulai?" gumamnya. Ia lalu menyimpan ponselnya dan menunggu lift membawanya ke lantai 40.     

TOK TOK     

Marie kaget setengah mati ketika mendengar bunyi ketukan di pintu. Ia baru bernapas lega ketika mendengar suara Marion dari luar. Buru-buru ia menaruh tabletnya dan membukakan pintu untuk Marion.     

"Aku mau memeriksa keadaan kalian," kata Marion. "Kalian baik-baik saja?"     

"Kami baik. Nic ke atap menuggu Larkin. Di sana ada seorang pria lain bersamanya," kata Marie sambil menunjukkan beberapa layar kamera di tabletnya. Marion meneliti tablet Marie dan mengangguk.     

"Oh, baguslah. Mereka baru mulai. Aku akan menyusul ke sana." Ia berjalan ke teras penthouse dan menatap ke arah atap yang terlihat di sebelah kanan. Ia segera mengeluarkan pistol dari  tasnya dan melemparkan tas itu ke sofa. Sebelum memanjat dengan lincah ke atas atap, ia memberi tanda agar Marie diam di tempat. "Jangan kuatir, kami akan baik-baik saja."     

Marie tercengang melihat apa yang terjadi. Ia sama sekali tidak mengira Marion yang tampak begitu cantik dan santai ternyata biasa memegang senjata. Dalam waktu singkat gadis itu telah menghilang di atas tembok dan tidak terlihat lagi.     

Marie buru-buru mengambil tabletnya dan mengamati apa yang terjadi di atap.      

***      

"Kemana Marielle? Apa yang kau lakukan kepadanya?" tanya Larkin dengan sikap arogan menatap Nicolae yang berdiri santai bersandar pada tembok. Rambutnya yang panjang diikat rapi dengan pita merah seperti biasa. Sikapnya yang terlalu santai membuat Larkin agak kesal. "Kenapa kau memegang ponselnya?"     

Ada lima orang lelaki yang tampak berbahaya di belakang Larkin. Semuanya berdiri dengan melipat tangan di dada. Mereka semua memandang Nicolae dengan senyuman mengejek. Rupanya laki-laki ini cari mati, pikir mereka, hingga berani-beraninya mencari masalah dengan bos mereka.     

"Larkin, aku ingin menemuimu baik-baik dan bicara sebagai sesama lelaki," kata Nicolae dengan tenang. "Aku ingin kau berhenti mengganggu Marielle. Kalau kau mau berurusan dengannya, kau harus melewati aku dulu. Aku tahu kau yang menyebarkan berita tentang kami di Darknet."     

Larkin hanya mendengus dan tertawa menghina mendengar kata-kata Nicolae. "Memangnya kenapa? Aku tadinya ingin melindungi Marielle dan menyimpan rahasianya. Tetapi ia tidak tahu terima kasih dan malah pergi denganmu. Aku tidak akan segan lagi."     

"Ia memberitahumu rahasianya karena ia mengira kau membantunya mencari Summer, dan hal itu jelas tidak berhasil kau lakukan. Artinya ia tidak berutang apa  pun kepadamu. Kau tidak berhak membuka rahasianya kepada siapa pun," Nicolae masih berusaha menahan emosinya agar tetap tenang. "Aku mendengar bahwa kau adalah sahabat dari suami Sanna. Karena itu aku hanya memperingatkanmu saja. Untuk sekarang ini. Kalau sampai kau mencoba melakukan hal lain... aku tidak akan berbaik hati lagi."     

"Ha. Kau pikir kau siapa?" tanya Larkin dengan ekspresi mencemooh. "Aku tidak akan membiarkanmu membawa Marielle. Ia tidak cocok bersama laki-laki sepertimu yang meninggalkannya selama bertahun-tahun. Aku sudah cukup bersabar selama ini.. menunggunya untuk menerimaku. Aku tak akan melepaskannya kepada laki-laki rendah sepertimu!"     

"Ah.. Paman terlalu baik," komentar Mischa yang muncul tiba-tiba dari balik pintu. Ia sedari tadi berdiam di sana dan mendengarkan. Ia berniat akan bertindak jika Nicolae dalam bahaya, tetapi semakin lama pembicaraan di antara mereka membuatnya menjadi tidak sabar, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk memunculkan diri.     

Semua orang yang ada di atap serempak menoleh ke arah asal suara, kecuali Nicolae. Ketika mereka melihat seorang lelaki tampan datang dengan wajah kesal, lima anak buah Larkin segera mengeluarkan senjata masing-masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.