The Alchemists: Cinta Abadi

Melampiaskan Rindu **



Melampiaskan Rindu **

Lauriel tampak sangat elegan. Walaupun pakaiannya sederhana, ia terlihat seperti seorang bangsawan. Rambut pirangnya yang panjang dibiarkan acak-acakan, tidak seperti Nicolae yang berpakaian cuek tetapi selalu mengikat rambutnya dengan rapi, namun demikian secara keseluruhan, Lauriel tampak demikian mengesankan.     

"Selamat siang, Paman.. aku senang bertemu denganmu," kata Marie kemudian, ketika ia akhirnya menemukan suaranya. Walaupun di Paris sudah pukul 10 malam, tetapi ia melihat suasana di tempat Lauriel masih siang.     

"Panggil saja aku Ayah," kata Lauriel dengan ramah. Pandangannya kemudian beralih pada Summer yang berdiri menatapnya dengan ekspresi penuh pertanyaan. Lauriel lalu bangkit dan menghampiri Summer. Wajahnya seketika berubah menjadi seperti malaikat. "Nikita Summer Sorin Medici... Kakek sangat merindukanmu."     

Summer terkesima melihat seorang pemuda tampan menghampirinya dan tersenyum sangat manis kepadanya. Wajah Lauriel mirip dengan Nicolae, sehingga ia segera merasakan kedekatan di antara mereka. Apalagi wajah pria itu tampak sangat ramah, mengingatkan Summer akan malaikat yang dilihatnya di buku-buku.     

"Hallo..." Summer menyapa Lauriel dengan malu-malu. Wajahnya yang cantik dan terlihat sangat imut membuat Lauriel tampak sumringah.     

"Ahh.. pandai sekali," komentar Lauriel. Ia lalu menoleh ke arah Nicolae. "Kalian harus segera ke Grosetto. Ayah ingin bertemu kalian secepatnya dan memeluk Summer."     

Nicolae mengangguk senang. "Tentu saja. Ayah sekarang di mana?"     

"Sedang di Asia. Tetapi aku bisa ke Italia besok. Kalian kapan mau ke sana?" tanya Lauriel.     

"Oh... Aku bisa membawa Marie dan Summer ke Grosetto besok." Nicolae menoleh ke arah Marie. "Kau mau ke rumahku kan? Aku ingin menunjukkan rumah keluargaku kepadamu."     

Marie mengangguk. Tentu saja ia mau. Marie tidak memiliki ikatan apa pun di dunia ini. Ia dengan senang hati mengikuti Nicolae kemana pun pria itu membawanya. Nanti setelah keadaan tenang, ia akan menghubungi Sanna dan berpamitan kepada sahabatnya.     

"Aku senang mendengarnya," kata Lauriel.      

Ia mengajak Marie bercakap-cakap untuk menunjukkan bahwa ia merestui hubungan Nicolae dengann gadis itu. Marie masih sulit percaya pada penglihatannya sendiri bahwa ayah kandung Nicolae, pria yang ia cintai itu ternyata masih terlihat muda, bahkan seperti seumuran dengan Nicolae sendiri.     

Sungguh mengejutkan!     

Ketika Summer tampak sudah sangat mengantuk, akhirnya mereka mengakhiri hubungan dan mengucapkan salam kepada Lauriel. Mereka semua sepakat untuk secepatnya bertemu di Grosetto.     

Mengingat ia berjanji untuk bertualang bersama Terry di musim panas ini, Nicolae terpaksa menghubungi sahabatnya dan menceritakan apa yang terjadi lewat telepon. Terry sama sekali tidak keberatan dan malah sangat gembira mendengar kabar baik yang disampaikan Nicolae.     

"Astaga... aku sangat senang mendengarnya," cetus Terry berkali-kali. "Aku akan mampir ke Grosetto minggu depan untuk menjenguk kalian."     

"Terima kasih," kata Nicolae. Ia merasa lega karena sahabatnya sangat pengertian.     

"Selamat ya, aku mendoakan kalian selalu berbahagia," kata Terry sebelum mengakhiri panggilan telepon.     

Setelah Nicolae menyimpan ponselnya, ia lalu menyusul ke kamar Summer untuk menemani Marie menidurkan anak mereka. Ia melihat gadis itu duduk di tepi pembaringan sambil membacakan sebuah cerita dari buku dongeng.     

Pemandangan itu membuatnya sangat terharu dan dadanya dipenuhi kehangatan.     

Ahh... ia kini telah memiliki keluarganya sendiri. Dari sikap dan perlakuan Marie terhadap Summer, Nicolae dapat melihat betapa Marie adalah wanita yang keibuan. Summer memiliki hidup yang sangat bahagia.     

Hal ini membuat Nicolae teringat pada sosok Nyonya Lu yang telah melahirkan Marie dan mendidiknya menjadi seorang wanita yang tabah dan mengagumkan. Ia senang karena ia pernah mengenal sosok ibu mertuanya sebelum meninggal.      

Ia dapat melihat sifat-sifat Marie menuruni ibunya yang sangat mengagumkan. Dalam hati ia berterima kasih kepada Nyonya Lu.     

Nicolae berjalan pelan-pelan menghampiri tempat tidur dan duduk di samping Marie.     

"Sssh... dia sudah tidur," bisiknya kepada gadis itu.     

Marie yang sedang berkonsentrasi membacakan cerita, mengangkat wajahnya dan menyadari bahwa Nicolae benar. Summer telah tertidur pulas dengan bibir sedikit terbuka. Raut wajahnya tampak lucu sekali.     

"Ahh.. benar juga," kata Marie. Ia juga melihat Koi telah tertidur di pojokan dengan nyenyak.     

"Sekarang kita juga harus beristirahat," kata Nicolae. Ia bangkit berdiri dan menggandeng Marie untuk keluar dari kamar Summer dan masuk ke kamarnya.     

Sedari tadi ia masuk ke penthouse ini, Marie belum pernah masuk ke dalam kamar master tempat Nicolae menginap. Kini saat ia melangkah masuk ke dalamnya, gadis itu tampak terkesima.     

Sungguh kamar yang sangat indah! pikir gadis itu.     

Perabotannya tampak sangat antik dan elegan. Bahkan tiang tempat tidur yang kukuh itu seakan dihiasi dengan ukiran emas. Ia merasa seolah masuk ke dalam sebuah kamar di istana raja.     

Nicolae yang melihat ekspresi Marie menyadari bahwa gadis itu sangat mengagumi kamarnya.     

"Kau suka kamar yang seperti ini?" bisiknya dengan suara mesra. "Kamarku di Grosetto mirip desainnya dengan kamar ini. Aku yakin kau akan menyukainya."     

Kastil keluarga Medici di Grosetto sudah berumur ratusan tahun dan memiliki desain klasik serta perabotan antik yang sangat anggun dan indah, mirip seperti penthouse ini. Namun demikian, semua fasilitas modern telah ditambahkan ke dalamnya sehingga kastil itu menjadi sangat nyaman ditinggali.     

"Benarkah?" tanya Marie dengan ekspresi terpesona. "Aku memang sangat suka desain di sini."     

"Kau pasti akan suka. Besok kau bisa melihatnya sendiri."      

Melihat Marie ada di dekatnya membuat Nicolae tidak dapat lagi menahan diri untuk tidak menciumnya, dan ia memang tidak mau menahannya. Nicolae belum pernah merasakan hal ini terhadap siapa pun. Saat ini, ia hanya selalu ingin bersama Marie, mengggenggam tangannya, memeluk tubuhnya, mencium bibirnya, bercinta dengannya.     

"Ahh..." Marie mendesah kaget ketika Nicolae tiba-tiba menarik tubuhnya ke pelukan pria itu dan mencium bibirnya dengan mesra.     

Setelah kekagetannya hilang, Marie pun merespons ciuman itu. Nicolae benar-benar merindukan bibir merah alami ini dan dengan agresif melumat bibirnya seolah tidak ada hari esok. Tangannya pun bergerak lincah menjelajahi pinggang gadis itu dan kemudian naik ke payudaranya.     

Marie secara alami mengalungkan kedua lengannya ke leher Nicolae dan menikmati semua perlakuan pria itu pada tubuhnya, dan sesekali mengeluarkan desahan seksi yang terdengar sangat merdu di telinga Nicolae.     

Keduanya lalu saling berpagutan dan saling meraba dengan penuh cinta. Lima menit kemudian tubuh keduanya sudah berpindah ke tempat tidur dan bergumul di sana.     

Tidak ada yang tahu siapa yang memulai duluan, tetapi dengan cekatan tangan keduanya telah saling melucuti pakaian masing-masing. Tidak lama kemudian Nicolae dan Marie telah saling mengagumi tubuh polos orang yang mereka cintai, dan kembali berciuman dengan panas.     

Nicolae lalu mengambil posisi di atas dan menindih Marie di tempat tidur, dan mencumbunya dengan penuh cinta. Ia sangat menyukai aroma tubuh gadis itu. Ia juga sangat menyukai setiap lekuk tubuh Marie yang indah. Semuanya pada porsi yang sempurna. Nicolae tak pernah merasa puas menciumi dan meraba tubuh indah gadis itu.     

Dengan wajah berbinar-binar Nicolae lalu menelusuri setiap inci permukaan kulit Marie dengan bibir, lidah, dan jari-jarinya dan setiap lenguhan dan desahan seksi wanitanya membuat Nicolae semakin bersemangat dan kreatif. Ia sangat suka mendengar suara seksi itu di telinganya, sehingga dengan cepat ia mempelajari area-area sensitif Marie dan memuaskannya dengan tanpa henti.     

Usahanya tidak sia-sia, karena Marie tak henti-hentinya mendesah dan mengejangkan tubuhnya, karena tak dapat menahan arus kenikmatan yang melanda tubuhnya dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.     

Setelah orgasme kesekian kalinya, Marie tampak sudah sangat siap menerima kejantanan Nicolae untuk memasukinya dan memberinya kenikmatan berbeda. Pria itu lalu membuka kedua kaki Marie dan melesakkan kejantanannya ke liang kewanitaan Marie yang begitu hangat dan sudah sangat basah.     

Suara desahan panjang Marie mengiringi masuknya kejantanan Nicolae sepenuhnya hingga ke mulut rahim Marie. Seketika tubuh Marie terasa sangat penuh dan tubuhnya kembali mengejang dengan lenguhan seksi yang membuat napsu primitif sang pria naik hingga ke kepala.     

Secara alami ia segera memompa dengan gerakan teratur, memberi kenikmatan tiada tara bagi sang pria dan sang wanita yang ada di bawahnya. Keduanya begitu saling menginginkan dan merindukan, hingga seolah tidak pernah ada kata puas.     

Setelah Marie dan Nicolae mencapai puncak bersama, hanya perlu waktu beberapa menit untuk pasangan kekasih ini memulai kembali dengan lebih bergairah. Keduanya terus saling berkejaran di surga, dan melupakan sekeliling mereka. Tidak ada yang merasa terburu-buru karena malam masih panjang dan mereka dapat melakukannya sebanyak yang mereka inginkan.     

Malam itu Nicolae dan Marie melampiaskan rasa rindu yang demikian mendalam terhadap satu sama lain. Ketika akhirnya mereka menghentikan kegiatan bercinta mereka yang demikian intens, keduanya telah diliputi rasa bahagia yang tiada terperi.     

Waktu telah menunjukkan pukul 2 pagi. Marie lalu tidur sambil memeluk tubuh Nicolae yang mengambil posisi bagaikan seorang malaikat yang melindungi gadis itu dalam dekapan sayapnya.     

Keduanya tidur dengan wajah tersenyum dan hati dipenuhi kehangatan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.