Begitu Banyak Kejutan
Begitu Banyak Kejutan
Marie mengangguk. "Siapa yang tidak mengenal grup perusahaan itu? Mereka bisa dibilang adalah penguasa dunia."
"Adikku adalah pemiliknya. Kedua anak itu ingin hidup sebagai orang biasa, karena itulah mereka tinggal bersamaku dan masuk sekolah umum. Namun demikian, ayah mereka selalu mengawasi dan menjaga Altair dan Vega dari jauh. Kehadiranku di sini sebenarnya hanya untuk membantu mengawasi mereka, mewakili orang tuanya," kata Nicolae menjelaskan. "Kami para pria dari keluarga Medici selalu menjaga wanita dan anak-anak kami."
Marie terpana mendengar kata-kata Nicolae. Ia tidak mengira pria itu dan anak-anaknya sama sekali bukan orang biasa. Sungguh ada begitu banyak kejutan besar yang diterimanya dalam satu hari...
"Adikmu... adalah Elios Linden?" tanyanya keheranan.
"Benar," jawab Nicolae. "Kami memanggilnya Alaric."
Marie tidak dapat mempercayai pendengarannya sendiri.
Nicolae ternyata bukanlah orang biasa, melainkan Wolf sang hacker legendaris yang telah mengundurkan diri beberapa tahun lalu. Dan si kembar yang selama ini dikira Marie sebagai anak kandung Nicolae sebenarnya adalah keponakannya.. Ternyata Marie salah menduga.
Ia juga sangat terkejut ketika mengetahui bahwa Altair dan Vega adalah anak-anak kandung Elios Linden yang sangat terkenal itu. Walaupun sangat jarang ada foto Elios beredar di media, namun banyak orang yang mengetahui ciri fisiknya karena penampilannya yang unik. Ia tampan, memiliki rambut berwarna platinum dan sepasang mata ungu.
Saat Marie mengingat-ingat penampilan Altair dan Vega sewaktu kecil dulu, ia menyadari bahwa kedua anak itu secara fisik memang mirip dengan Nicolae, tetapi rambut mereka mengikuti Elios Linden yang berwarna unik.
Marie menekap bibirnya saat menyadari Summer memiliki warna mata keunguan yang sempat membuatnya bingung bertahun-tahun. Ia tidak merasa memiliki keturunan dalam keluarganya yang bermata ungu, dan Nicolae juga tidak memiliki mata berwarna ungu. Sekarang semuanya menjadi masuk akal. Summer mendapatkan warna matanya dari garis keluarga Nicolae.
"Kau tak henti-hentinya membuatku terkejut," kata Marie sambil menggeleng-geleng. "Entah apa lagi yang belum kau ceritakan kepadaku yang bisa membuatku lebih terkejut dari ini..."
Marion dan Nicolae saling bertukar pandang. Gadis itu mengerutkan keningnya dan bertanya tanpa suara apakah Nicolae sudah memberi tahu Marie bahwa dirinya adalah seorang alchemist yang hidup abadi. Nicolae menggeleng.
Melihat jawaban Nicolae, Marion hanya bisa tertawa kecil.
"Uhm.. kurasa kau akan benar-benar terkejut nanti," kata Marion dengan nada riang. Ia lalu mendorong bahu Nicolae dan Marie keluar. "Ayo, kalau kalian mau mengambil barang-barang, aku akan menjaga anak kalian di sini. Rasanya kalian perlu bicara berdua saja."
Nicolae mengangguk dan tersenyum. Ia berterima kasih karena Marion sangat pengertian. Ia membuka pintu ke kamar Summer dan berpamitan kepada bocah itu sebelum pergi.
"Sayang... Mama dan Papa akan pergi sebentar. Kau tinggal di sini bersama Bibi Marion, ya?" tanya Nicolae.
Marion sudah masuk ke dalam kamar dan duduk di samping Summer. "Benar. Bibi akan bersamamu di sini. Kita bisa bermain berdua sambil menunggu Kak JM kembali. Sesudah itu kita bisa makan es krim bersama di restoran."
Wajah Summer seketika berubah menjadi cerah. "Aku mau. Apakah Mama juga akan pergi?"
"Benar, Sayang. Mama ada urusan sebentar. Kau bermain di sini, ya?" Marie mencium pipi Summer dan mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Summer mengangguk dengan penuh semangat. "Baiklah. Aku suka Bibi Marion."
"Bagus. Nanti Papa akan memberimu hadiah." Nicolae ikut mencium Summer dan kemudian beranjak pergi sambil menggandeng Marie.
Keduanya berjalan masuk ke dalam lift dan turun ke lobi. Tidak ada yang bicara. Masing-masing masih meresapi kenyataan bahwa mereka telah saling menemukan.. Dan, oh.. ada begitu banyak rahasia yang harus mereka bagikan kepada satu sama lain.
Saat pintu lift terbuka, Nicolae menggenggam tangan Marie, dan sesaat gadis itu tampak kaget. Ia masih belum biasa diperlakukan seperti ini. Wajahnya kembali merona merah tersipu-sipu. Nicolae membawanya menemui concierge dan meminta dipinjamkan mobil agar lebih mudah membawa barang-barang Marie dan Summer yang ingin diambil gadis itu dari rumahnya.
"Apakah Tuan memerlukan supir sekalian?" tanya sang petugas concierge dengan penuh hormat.
Nicolae menggeleng. "Tidak usah. Kalian bisa memberiku mobil driverless, tetapi aku yang akan mengemudikannya sendiri jika perlu."
"Baiklah. Silakan ikut saya, Tuan." Petugas itu mengangkat tangannya dan mempersilakan Nicolae mengikutinya. Nicolae masih menggenggam tangan Marie dan menggandengnya berjalan keluar mengikuti langkah sang petugas.
Di depan lobi sudah menunggu sebuah mobil mewah berwarna hitam. Nicolae mengucap terima kasih kepada petugas hotel lalu membukakan pintu penumpang dan mempersilakan Marie masuk ke dalam. Setelah Marie duduk manis di kursinya, pemuda itu lalu masuk ke kursi pengemudi dan membawa mobilnya pergi.
"Kau beri tahu aku alamatnya, kita akan mengarah ke sana," kata Nicolae. Marie menyebutkan sebuah alamat di Arr. 5 dan Nicolae segera memasukkannya ke tujuan peta mobil.
"Bagaimana kabar Sanna?" tanya Nicolae di perjalanan.
Marie mengangkat bahu. "Dia baik-baik saja. Sekarang sudah bahagia dengan suaminya, Julian. Mereka tinggal di pinggiran kota Paris, di sebuah rumah besar. Kadang-kadang aku dan Summer menginap di sana."
"Oh.. aku senang mendengar dia bahagia." Nicolae mengangguk-angguk. "Oh, ya... sebentar."
Mengingat Sanna dan kencannya yang dulu dikacaukan oleh dua anaknya dan London, Nicolae jadi ingat bahwa ia seharusnya berangkat ke Bordeaux untuk mengawasi mereka. Ia lalu memasang kendali mobil otomatis dan menelepon Alaric.
"Hei.. ini aku. Maaf mengganggu kalian pagi sekali. Aku ada urusan darurat dan tidak bisa ke Bordeaux. Apakah kau bisa memastikan semua pengawalmu mengawasi Altair dan Vega?" tanyanya ketika Alaric mengangkat panggilan teleponnya di ujung sana.
Alaric merasa keheranan mendengar permintaan Nicolae karena ia tahu tidak biasanya kakaknya bersikap seperti ini. Tetapi ia sangat mengenal Nicolae dan mengerti bahwa kalau Nicolae mengatakan ia mengalami keadaan darurat maka ia tidak main-main.
"Tentu saja," jawab Alaric santai. "Semoga semua urusanmu selesai dengan baik. Aku mungkin bisa meminta Mischa untuk mampir ke Bordeaux. Setahuku ia sedang di Paris. Akan baik baginya untuk mencari suasana baru agar tidak terus-terusan memikirkan wanita itu."
"Ah.. ide bagus," kata Nicolae, "Terima kasih."
Ia sebenarnya hendak meminta tolong Mischa untuk menggantikannya mengawasi Altair dan Vega, tetapi merasa tidak enak untuk menyuruh-nyuruh pria itu. Bagaimanapun Mischa adalah orang penting yang memimpin sebuah grup perusahaan besar. Rasanya tidak pantas memintanya menjadi pengasuh dua orang remaja.
Tetapi kalau Alaric sendiri yang meminta, tentu Mischa akan dengan senang hati melakukannya.
"Itu siapa?" tanya Marie setelah Nicolae menutup teleponnya. "Ayahnya si kembar? Elios Linden?"
"Benar, aku seharusnya ke Bordeaux hari ini, tetapi aku tidak bisa. Aku mau membereskan masalahmu dulu," Nicolae tersenyum menatap Marie. Saat mereka sedang berduaan seperti ini, rasanya ia ingin terus-menerus mencium bibirnya yang merah itu.
"Kalau tidak salah, Elios Linden menikah dengan..." Marie mengerutkan keningnya berusaha mengingat-ingat. ".. anak perempuan keluarga Schneider. Apakah.. dia ibunya Altair dan Vega?"
Nicolae mengangguk. "Benar. Kau tahu sendiri, keluarga Schneider sangat tertutup."
"Oh.." Sebenarnya Marie sedikit cemburu saat membayangkan sosok anak perempuan keluarga Schneider itu. Ia tidak pernah melihat fotonya, tetapi dari gosip yang beredar, wanita itu sangat cantik. Tentu saja, kalau tidak.. mana mungkin Nicolae bisa begitu mencintainya...
"Namanya Aleksis Schneider. Dia adalah sahabatku sejak lama, dan sekarang menjadi adik iparku," Nicolae buru-buru menambahkan. Ia tidak ingin Marie salah paham dan mengira ia masih memiliki perasaan kepada Aleksis. "Bisa dibilang kami berdua sudah seperti saudara, karena dia adalah anak angkat ayahku. Ayahku lebih menyayanginya daripada kami anak-anak kandungnya sendiri."
"Oh.. kau dari tadi menyebut-nyebut tentang ayahmu. Bagaimana dengan ibumu?" tanya Marie kemudian.
"Uhm.. ibuku sudah meninggal. Beliau meninggal saat melahirkanku dan Alaric..." kata Nicolae dengan suara pelan, tetapi suaranya tidak lagi terdengar sedih.
Setelah Nicolae, Alaric dan ayah mereka membicarakan tentang Luna di Targu Mures enam tahun lalu, saat Lauriel membagikan kenangannya bersama Luna lewat Holodeck, kesedihan di hati Nicolae dan Alaric akibat kematian ibu mereka telah berkurang dan mereka kini telah dapat melanjutkan hidup. Nicolae sekarang dapat membicarakan ibunya tanpa merasa sedih.
"Oh.. aku tidak tahu. Aku turut berduka," kata Marie.
"Tidak apa-apa..." kata Nicolae.
Marie menyentuh lengan Nicolae dan menepuk-nepuknya pelan, seolah menyatakan bahwa ia mengerti perasaan pria itu yang telah kehilangan ibunya. Nicolae mengangkat tangan Marie ke bibirnya dan mencium tangan itu dengan penuh cinta.