The Alchemists: Cinta Abadi

Menikahlah Denganku



Menikahlah Denganku

Nicolae mencium Marie dengan menumpahkan semua perasaan rindunya selama bertahun-tahun. Marie yang sudah merasakan dadanya berdebar-debar kencang sedari tadi, tanpa sadar menyambut ciuman itu dengan haru.     

Air mata menetesi pipinya saat ia mengalungkan kedua lengannya ke leher Nicolae dan membalas ciuman lembut Nicolae.     

Rasanya... ia tidak membutuhkan penjelasan. Cerita bisa menunggu...     

Saat ini hatinya benar-benar terasa hangat dan nyaman berada dalam pelukan pria ini. Marie mengira perasaannya kepada Nicolae telah berhasil dikuburnya bertahun-tahun lalu dan ia berhasil hidup tenang berdua saja dengan Summer.     

Tetapi.. saat ini tubuh mereka berdua bersentuhan dan bibir  Nicolae mencium bibirnya, rasa cinta yang telah tersimpan jauh di lubuk hatinya, bangkit dengan begitu kuat dan hadir kembali, seolah tidak pernah pergi.     

"Marie..." Nicolae menghentikan ciumannya dan menatap wajah Marie yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahnya. Kini Marie telah berusia 28 tahun, tetapi wajahnya hampir tidak berubah. Masih persis seperti dulu. Hanya rambutnya yang berwarna semakin terang. Sepasang mata peach-nya yang kecil dan hidungnya yang mungil tampak kontras dengan bibir merahnya yang penuh.     

Wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan Summer. Perbedaan yang paling menyolok hanyalah warna mata mereka. Marie memiliki mata berwarna cokelat terang, dan Summer memiliki warna biru keunguan.     

Ahh... warna ungu pada mata Summer pastilah warisan dari keluarga Linden, sama seperti adiknya, Alaric, dan keponakannya, si kembar Ireland dan Scotland.      

Ibu pasti senang karena anakku mewarisi ciri khas keluarga Linden, pikir Nicolae sambil menatap Marie dengan bibir tersenyum bahagia. Marie yang ditatap dengan pandangan penuh cinta itu menjadi tersipu-sipu.     

Mereka sudah enam tahun tidak bertemu dan walaupun dulu mereka sempat menikah, sesungguhnya di antara mereka tidak ada hubungan romantis sama sekali. Perasaan suka dan cinta yang dulu dimilikinya terhadap Nicolae adalah perasaan satu arah. Nicolae dulu tidak seperti ini..     

Kalaupun waktu itu mereka tidur bersama, Nicolae pasti menganggapnya sebagai hubungan kasual biasa. Bagaimanapun di zaman sekarang, orang sudah biasa berhubungan seksual tanpa ikatan, yang penting mereka melakukannya suka sama suka.     

Marie mengakui kesalahannya waktu itu. Ia sangat menyukai Nicolae, ia bahkan jatuh cinta kepada pria itu saat melihat betapa baiknya Nicolae saat itu kepadanya, yang hanya orang asing baginya. Nicolae terlihat sebagai ayah yang sangat penyayang, dan ia dengan baik hati mau membantu Marie untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya sebelum meninggal.     

Saat itu, Marie dengan egois telah berbohong kepada Nicolae dengan mengatakan bahwa ia sedang tidak subur ketika mereka tidur bersama. Saat itu ia berpikir, kalaupun ia sampai hamil, ia tidak akan menuntut apa-apa dari Nicolae, karena Marie sendiri yang menginginkan untuk memiliki keluarga, setelah ibunya meninggal.     

Walaupun demikian, Marie tak urung merasa sedih saat ia tak dapat menemukan Nicolae dan mengira pria itu sudah meninggal. Marie lalu menganggap itu sebagai karma baginya, sehingga ia harus membesarkan anaknya seorang diri.     

Setelah Summer lahir, Marie sama sekali tidak pernah menyesali perbuatannya. Summer menjadi sumber sukacitanya dan untuk pertama kalinya Marie merasakan hidupnya dipenuhi kebahagiaan dan cinta tanpa syarat kepada seorang manusia.     

Maka... kini, saat tiba-tiba Nicolae muncul seperti sihir... Marie tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia tidak pernah menduga hal seperti ini akan terjadi dalam hidupnya.     

"Marie.." Nicolae memanggil nama Marie lagi dan gadis itu pun mengangkat wajahnya. Bintik-bintik kecil di pipinya tampak semakin kentara saat wajahmya dipenuhi rona kemerahan seperti sekarang ini. Ia terlihat sangat menggemaskan.     

"Ya, Nic?" tanya Marie akhirnya.     

"Menikahlah denganku," kata Nicolae tanpa tedeng aling-aling. "Aku sangat sedih saat mengetahui kau membatalkan pernikahan kita. Aku merasa sangat bodoh karena telah memintamu melakukannya. Saat itu aku sama sekali tak ingin mengikatmu. Aku ingin kau hidup bebas setelah ibumu meninggal dan aku pergi."     

Sepasang mata Marie tampak membulat sangat besar. Baru saja ia bertanya-tanya bagaimana seharusnya ia bersikap terhadap Nicolae setelah berpisah dengannya selama enam tahun. Dan kini, tiba-tiba saja pria itu melamarnya. Kali ini ia terdengar sungguh-sungguh, bukan seperti saat mereka berpura-pura menjadi kekasih di depan ibunya.     

Nicolae tidak mau berbasa-basi dan menanyakan apakah Marie sudah memiliki kekasih selama ini. Ia menduga Marie tidak memiliki kekasih atau suami karena ia mendengar dari Summer bagaimana ibunya membesarkannya seorang diri. Marie pun sama sekali tidak menyinggung tentang lelaki lain yang dapat membantu dan melindunginya.     

Karena itu, dengan percaya diri ia segera meminta Marie untuk kembali menikahinya, kali ini menikah sungguhan. Namun demikian.. karena setelah beberapa saat ia tidak juga mendengar jawaban dari Marie, rasa kuatir pelan-pelan merayapi dada pria itu.     

Apakah.. Marie tidak bersedia? Apakah gadis itu telah memiliki kekasih...?     

"Kenapa... kau tidak  menjawab?" tanya Nicolae kemudian, dengan suara serak yang agak cemas. "Apakah kau tidak bersedia?"     

Marie tergugah dari kekagetannya dan pelan-pelan menggeleng. "Bukan itu..."     

"Lalu?" Secercah harapan kembali ke hati Nicolae.     

"Aku hanya terkejut. Ini benar-benar di luar dugaan," kata Marie, yang akhirnya tersenyum.     

Nicolae segera menarik napas lega.     

"Aku tidak memiliki cincin ataupun persiapan sama sekali.. tetapi aku tidak ingin menunda menyatakan perasanku kepadamu. Aku telah menyimpannya terlalu lama, dan aku tidak mau menyimpannya lagi," Nicolae bersimpuh dan memegang kedua tangan Marie. "Marie.. aku mencintaimu. Selama bertahun-tahun ini, aku selalu memikirkanmu. Aku selalu berharap dapat kembali ke masa itu di Singapura dan menyatakan isi hatiku kepadamu. Aku sangat senang, Tuhan memberiku kesempatan kedua dan mengantarmu kembali ke dalam hidupku."     

"Oh, Nic..." Marie hanya bisa terpaku di tempatnya dan menatap Nicolae dengan sepasang mata berkilauan. Pelan-pelan senyumnya mengembang, semakin lebar hingga matanya tampak menghilang menjadi satu garis yang tertutup tirai bulu mata pajang dan lebat.      

"Apakah kau mau tinggal di sini bersamaku? Aku akan menceritakan semua tentang diriku kepadamu... Kita bisa bertukar berita, sekaligus melacak orang-orang jahat yang hendak menculik anak kita serta menghukum mereka," kata Nicolae lagi. "Aku tak bisa membiarkanmu pergi dariku.. Aku takkan membiarkannya."     

Marie menatap wajah tampan yang dipenuhi ekspresi kesungguhan itu dan akhirnya mengangguk.     

"Aku perlu mengambil barang-barang pribadiku dan Summer," kata Marie akhirnya. "Setelah itu kami bisa ikut denganmu."     

Nicolae sangat bahagia mendengarnya. Ia segera bangkit dan mencium Marie lagi.     

"Tentu saja. Aku akan menemanimu mengambilnya."     

"Tapi kita tidak bisa membawa Summer. Kita akan terlalu mencolok. Bagaimana kalau kau tunggu di sini bersama Summer, aku akan pergi sebentar dan segera  kembali?" tanya Marie kemudian.     

Nicolae menggeleng. Ia sama sekali tidak akan membiarkan Marie lepas dari pandangannya. Apalagi dalam kondisi sekarang gadis itu masih menjadi buruan musuh lamanya.     

"Aku bisa menitipkan Summer kepada kenalanku. Karena ini keadaan darurat, aku yakin ia pasti akan mau membantuku," kata Nicolae.     

"Kau punya kenalan di Paris?" tanya Marie keheranan.     

"Kan sudah kubilang, aku ini bukan orang sederhana," kata Nicolae sambil tersenyum tipis. Ia lalu melepaskan Marie dan menelepon Marion.     

"Hai, Marion, ini aku. Maaf, aku akan merepotkanmu sekali ini. Apakah kau bisa menemani Summer sebentar? Aku dan Marie akan pergi sebentar untuk mengambil barang-barang pribadi mereka ke rumahnya. Kami tak bisa membawa Summer," kata Nicolae.     

Marie hanya memperhatikan Nicolae yang sedang menelepon dan berusaha menduga siapa gerangan wanita yang dihubunginya itu. Pertanyaannya terjawab ketika setengah jam kemudian pintu penthouse diketuk dan masuklah seorang gadis berambut cokelat pendek yang cantik sekali.     

"Hei.. kukira kau sudah pergi ke Bordeaux," komentar Marion sambil lalu saat ia masuk ke ruang tamu penthouse. Pandangannya segera tertumbuk pada Marie yang berdiri di sudut ruangan sambil menyilangkan tangan di dada. Marion segera menyadari bahwa wanita ini tentulah ibu kandung Summer, kaena wajahnya yang sangat mirip dengan anak itu.     

"Marion.. ini Marie," Nicolae segera memperkenalkan mereka. "Marie adalah istriku."     

Marie sebenarnya merasa agak canggung diperkenalkan sebagai istri Nicolae. Di dalam benaknya selalu terekam fakta bahwa pernikahan mereka telah dibatalkan. Namun demikian ia tidak membantah kata-kata Nicolae. Ia tidak mengenal Marion dan merasa tidak pantas untuk bicara secara lancang kepadanya.     

Marion sangat terkejut mendengar penjelasan Nicolae. Ia ingat dulu Nicolae hampir menikah dengan Aleksis. Setelah ia gagal menikahi Aleksis karena gadis itu kembali dipertemukan dengan suaminya yang merupakan adik kembar Nicolae sendiri, pria ini tidak pernah dekat dengan wanita lain. Setidaknya itulah yang Marion ketahui hingga kini.     

Namun barusan, Nicolae menyebut Marie sebagai istrinya? Lalu... bagaimana dengan Summer?     

Walaupun Marion terkejut, gadis itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya. Ia hanya tersenyum dan mengangguk ke arah Marie. "Hallo, Marie. Senang bertemu denganmu."     

"Hai, Marion. Aku juga senang bertemu denganmu," balas Marie dengan sopan. Ia lalu menoleh ke arah Nicolae. "Kau hendak ke Bordeaux? Kapan?"     

Nicolae menggeleng, "Tadinya aku hendak ke Bordeaux untuk menjaga anak-anak angkatku, Altair dan Vega. Mereka sedang ada karyawisata ke Paris dan Bordeaux."     

"Oh.. mereka ada di sini juga?" Marie masih ingat dengan sepasang anak kembar lelaki dan perempuan Nicolae yang dulu pernah ditemuinya.     

"Benar. Mereka menghabiskan waktu lima hari di Paris dan nanti lima hari lagi di Bordeaux. Aku akan berkoordinasi dengan ayah mereka dan para pengawalnya, supaya mereka mengawasi Altair dan Vega dengan lebih dekat. Aku harus membatalkan kepergianku ke Bordeaux,"     

"Mereka punya pengawal?" Marie mengerutkan kening. Ia tidak mengerti mengapa si kembar membutuhkan pengawal. "Apakah mereka anak orang penting?"     

Nicolae hanya tersenyum mendengarnya. Ia lalu mengangguk. "Benar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.