Pertemuan Yang Mengharukan
Pertemuan Yang Mengharukan
Sebentar...
Apa mungkin semua ini benar-benar hanya kebetulan?
Tiba-tiba sebuah pikiran gila menyusup ke dalam kepalanya. Ia berjalan perlahan-lahan dan kemudian berdiri tepat di depan Marie yang berdiri terpaku menatapnya. Summer sudah mencapai tubuh ibunya dan memeluk kaki Marie dengan penuh kerinduan.
"Nic.. Medici?" tanya Marie dengan suara bergetar. "Apakah... itu namamu?"
Tubuhnya membeku dan sepasang mata peach-nya yang kecil tampak membesar karena kaget. Tangan kanannya memeluk punggung Summer dan tangan kiri menekap bibirnya yang sedikit terbuka.
"Marielle.. "Nicolae seketika menjadi emosional. Rasanya pikiran gilanya kini menjadi masuk akal. "Marie...? Kau Marie Lu?"
Ia tak dapat menahan diri dan menghambur untuk memeluk gadis itu. Marie masih bergeming di tempatnya. Ia tidak menjawab, karena pikirannya menjadi kosong.
Pria ini... suaranya, wajahnya, tubuhnya... semuanya sama seperti Nicolae Sorin yang ditemuinya enam tahun lalu di Singapura, sebelum ia pindah ke Paris.
Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah bisa ada orang yang demikian mirip seperti ini?
Tetapi... bukankah Nicolae sudah lama menghilang? Marie tidak dapat menemukan jejaknya setelah ia pergi ke Bucharest waktu itu. Marie adalah seorang hacker terbaik dunia, tetapi ia tak dapat mengetahui nasib Nicolae setelah mencarinya selama berbulan-bulan... sehingga akhirnya ia menduga satu-satunya kemungkinan adalah pria itu sudah meninggal.
Apa sebenarnya yang terjadi...?
"Mama... kenapa diam?" tanya Summer dengan suara kecilnya. Ia menjadi keheranan karena ibunya berdiri terdiam dan tiba-tiba Paman Nic memeluk ibunya. "Paman Nic? Paman kenapa?"
Marie tersentak saat mendengar suara Summer dan secara refleks mendorong tubuh Nicolae yang memeluknya dengan erat dan tubuh yang gemetar. "Tuan... Medici. Anda belum menjawab pertanyaan saya."
Nicolae seketika melangkah mundur dan menatap Marie dengan tatapan penuh kerinduan. Wajahnya tampak diliputi ekspresi kesedihan dan kegembiraan yang berpadu menjadi satu.
"Namaku Nicolae Medici..." Akhirnya Nicolae menjawab pertanyaan Marie. Suaranya serak dan dadanya terasa sesak. "Dulu aku menggunakan nama Nicolae Sorin. Itu nama tengahku..."
"Oh..." Marie mendesah kaget. Tangannya terkulai ke bawah. Sepasang matanya pelan-pelan digenangi air mata dan tubuhnya gemetar. Ia segera menahan tangannya ke tembok agar ia tidak terhuyung jatuh.
"Mamaaa... mama kenapa?" jerit Summer yang merasakan tubuh ibunya bergetar.
"Marie...!" Nicolae cepat menahan bahu Marie dan memeluknya lagi. "Maafkan aku. Kumohon.. maafkan aku."
Marie tidak mengerti kenapa pria ini meminta maaf... tetapi kali ini ia tidak menolakkan tubuhnya. Gadis itu terdiam dan membiarkan dirinya dipeluk.
"Sudah lama sekali, ya..." gumam gadis itu akhirnya.
"Aku pikir kau sudah meninggal bersama... anak kita..." kata Nicolae dengan emosional. "Kau tidak tahu betapa hancur hatiku saat kembali ke Singapura untuk mencarimu namun aku hanya menemukan makammu..."
Marie mengerutkan keningnya dan perlahan melepaskan diri dari pelukan Nicolae. "Kau.. kau kembali untuk mencariku? Kapan?"
"Akhir tahun 2050..." kata Nicolae. Ia menatap wajah cantik Marie dalam-dalam. "Aku mendengar berita kematianmu dari pemilik toko... dan ke kantor polisi untuk mendapatkan penjelasan. Lalu aku melihat makammu.. dan ke apartemenmu."
"Ahh..." Marie kembali kehilangan kata-kata. Ia sama sekali tidak mengira, beberapa hari setelah ia memalsukan kematiannya dan pergi ke Prancis, lelaki yang dicintainya justru datang mencarinya. Mengapa ia bisa demikian tidak beruntung?
"Ayo.. kita jangan mengobrol di sini.." kata Nicolae kemudian. Ia menyadari beberapa kali orang yang lewat memperhatikan mereka dan pelayan restoran sudah mulai mengintip keluar untuk melihat apa yang terjadi di antara mereka. "Maukah kau ikut denganku ke tempat yang lebih privasi?"
Marie tak mampu menjawab. Ia hanya mengangguk lemah. Nicolae tersenyum lega. Ia menggendong Summer di tangan kirinya dan tangan kanannya menggandeng Marie.
Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Tetapi yang jelas hari ini ia sungguh-sungguh bertemu Marie.
Ibu Summer adalah Marie! Dan itu berarti Summer adalah anaknya...
Semua penjelasan bisa menunggu. Ia tidak peduli dengan kegilaan apa yang terjadi di balik itu semua. Saat ini yang penting ia sudah menemukan Marie kembali, dan ia tidak akan melepaskannya lagi.
Tidak ada satu pun hal di dunia ini yang dapat membuatnya melepaskan tangan gadis itu.
Mereka berjalan dalam diam masuk ke lift. Nicolae memencet tombol lantai 40, lantai tertinggi. Marie hanya bisa menduga-duga, kemana gerangan pria ini akan membawanya.
Di dalam lift, Nicolae masih menggenggam tangannya dengan erat seolah ia takut Marie akan menghilang ke udara jika ia melepaskannya. Ketika lift berhenti di lantai 40, pria itu menggandeng Marie berjalan menuju pintu besar yang terletak di ujung lorong.
Marie keheranan saat ia menyadari bahwa mereka sedang berjalan menuju penthouse. Sebelum ia sempat bertanya, pintu telah dibuka dan dirinya diundang masuk. Sepasang matanya yang tajam telah melihat betapa mewah penthouse berdesain klasik yang ada di puncak Hotel Nobel ini.
Ia pernah melihat isi penthouse ini dalam beberapa foto di majalah gaya hidup, tetapi tidak pernah membayangkan akan dapat masuk ke dalamnya. Apakah Nicolae tinggal di sini?
"Ini tempat siapa?" tanya Marie keheranan.
Nicolae tersenyum bahagia. Ia sangat senang mendengar suara gadis itu. Ia sangat gembira bisa mendengar suara Marie lagi.
"Ini tempat temanku. Aku hanya meminjamnya selama aku di Paris..." katanya. Ia mengembangkan tangannya dan mempersilakan Marie duduk. "Silakan duduk... aku akan membuat minuman untuk kita. Apakah kau mau teh?"
"Uhm... kau punya sesuatu yang lebih keras?" tanya Marie dengan suara serak. Ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi.
Nicolae menggeleng. "Maaf... sebaiknya jangan minum sekarang. Ini baru jam 11. Jangan memberi contoh buruk pada anak kita."
Marie menelan ludah saat mendengar kata-kata terakhir Nicolae. Pria itu dengan santai menyebut Summer sebagai anak mereka. Ahh... tentu ia sudah tahu bahwa Marie mengandung anaknya waktu Nicolae datang ke Singapura dulu untuk mencarinya.
Ia tidak perlu menyangkal dan berpura-pura bahwa Summer bukanlah anak mereka.
Akhirnya Marie hanya bisa menarik napas dan mengangguk. "Kau benar. Aku minta secangkir kopi yang pekat. Semua ini terlalu mengejutkan bagiku."
Nicolae mengangguk. Ia berjalan ke dapur masih dengan Summer dalam gendongannya dan membuat kopi untuknya dan Marie. Lima menit kemudian ia dan Marie telah memegang secangkir kopi di masing-masing tangan mereka.
Selama beberapa saat keduanya tidak saling berbicara. Marie menyesap kopinya sambil menatap Nicolae dengan perasaan campur aduk. Ia melihat Summer masih duduk di pangkuan Nicolae dan keduanya tampak begitu dekat. Apakah ini yang disebut hubungan batin ayah dan anak kandung? pikirnya.
"Marie..." Akhirnya Nicolae yang berinisiatif membuka pembicaraan. "Marie Lu..."
"Aku punya telinga.." balas Marie. Nada suaranya tetap datar. "Tidak perlu menyebut namaku dua kali."
"Aku tahu. Aku hanya ingin terus menyebut namamu.." kata Nicolae sambil tersenyum. "Aku masih tak percaya ini kau. Aku mengira kau sudah tiada."
Marie mengangguk. "Aku tidak tahu kau mencariku. Aku punya alasan sendiri kenapa aku memalsukan kematianku..."
"Kau tidak tahu... betapa sedihnya aku saat itu." Nicolae memeluk Summer semakin erat. "Aku sangat bodoh... Aku pergi untuk memulihkan hati, padahal ternyata... hatiku sudah tertinggal di Singapura bersamamu. Aku baru menyadari perasaanku kepadamu...tiga bulan kemudian, dan aku kembali ke Singapura untuk mencarimu..."
Marie kembali teringat peristiwa enam tahun yang lalu saat ia membatalkan semua jadwal penerbangan ke Italia agar Nicolae menunda keberangkatannya ke acara ulang tahun wanita itu.. ibu dari kedua anaknya.
Namun, di luar dugaannya, Nicolae justru berangkat ke Rumania, ia bersikeras ingin bertemu wanita itu...
"Uhm... kau tidak salah," kata Marie sambil mengangkat bahu. Ingatan itu membuat dadanya sesak. Ia memang pernah mencintai lelaki ini, tetapi ia sudah mengubur cintanya bertahun-tahun yang lalu. Ia tahu cintanya tak berbalas dan lelaki itu telah menghilang. "Saat itu kau mencintai wanita lain. Kau hanya ingin bersamanya. Aku mengerti dan bisa menerima. Karena itulah aku tidak berusaha mengikatmu tinggal. Lagipula dia adalah ibu dari anak-anakmu."
"Uhm... tidak, bukan itu.. Kau salah paham. Dia bukan ibu dari anak-anakku. Kami tidak pernah menikah. Hubungan kami bukan seperti itu..." Nicolae kebingungan hendak menjelaskan apa yang terjadi. "Altair dan Vega adalah anak-anak angkatku... bukan seperti Summer."
Sepasang mata Marie membulat mendengar kata-kata Nicolae barusan.
Sebentar...
Anak angkat?