Marie dan Nicolae
Marie dan Nicolae
"Tadi itu suara Mama," bisik anak perempuan itu dengan suara penuh semangat. Nicolae hanya tersenyum melihatnya.
Ia merasa sangat lega. Akhirnya ia bisa menemukan ibu Summer dan dapat memulangkannya. Ia sedikit penasaran ingin mengetahui kenapa wanita itu sangat menjaga privasi anaknya, dan apakah ia dapat memperkirakan siapa orang yang ingin membahayakan anaknya.
Ada begitu banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Nicolae. Siapa Marielle sebenarnya. Siapa orang yang membunuh kedua penculik. Siapa orang yang meretas semua CCTV di lokasi pembunuhan... dan masih banyak lagi.
Sambil menunggu kedatangan Marielle, Nicolae menghubungi Marion dan memberi tahu perkembangannya. Ia juga menelepon Altair dan Vega serta memastikan mereka sudah berangkat ke Bordeaux. Ia akan menyusul setelah ia menyerahkan Summer kepada ibunya.
"Paman mau kemana?" tanya Summer yang melihat Nicolae berkemas dan memuat beberapa pakaiannya ke sebuah ransel. Pemuda itu tidak pernah membawa banyak banyak kalau bepergian. Semua yang ia bawa harus cukup di satu tas.
"Hmm.. Paman akan ke Bordeaux. Tadinya Paman Nic akan membawamu, tetapi karena kita sudah menemukan ibumu, Paman akan pergi sendiri," kata Nicolae sambil menutup kancing ranselnya. Ia lalu duduk di kursi dan menaruh Summer di pangkuannya. "Kau pasti senang bertemu ibumu lagi."
Summer merebahkan kepalanya ke bahu pemuda itu dan memeluk lehernya. "Tapi nanti Paman kembali ke Paris, kan?"
Nicolae tidak sampai hati menjawab tidak. Sesungguhnya ia mulai merasa kehilangan, karena sebentar lagi ia akan mengembalikan anak ini kepada sang ibu. Tetapi ia sungguh tidak mau lagi menyayangi seorang anak lain. Setiap melihat Summer, hatinya seolah diremas dan ditusuk pisau kembali.
Ia selalu sedih karena mengingat anaknya sendiri. Yang seumur hidup takkan pernah ia lihat, takkan pernah ia gendong, takkan pernah tumbuh besar dalam pangkuannya..
Ia menarik napas panjang dan tidak menjawab. Ia hanya mengusap-usap kepala anak perempuan itu dan berusaha melupakan Marie dan anaknya.
***
Wanita itu tampak berjalan masuk lobi dengan percaya diri. Wajahnya sangat cantik, walaupun tersembunyi oleh sepasang kaca mata hitam berukuran besar dan syal abu-abu tipis yang menutupi leher dan mulutnya. Kulitnya sangat cerah dan sehat dengan sedikit bintik-bintik di pipi yang membuatnya terlihat sangat muda.
Wajahnya gadis itu tampak mulus tanpa riasan sama sekali dan penampilannya secara keseluruhan tampak sangat kasual. Rambutnya yang berwarna cokelat terang diikat kuda. Kedua tangannya masuk ke dalam saku jeans belel yang dipadu kemeja putih dan sepatu boot kulit berwarna cokelat.
Ia menghampiri resepsionis dan menanyakan letak Restoran Peacock. Setelah mendengar keterangan bahwa lokasinya ada di lantai 20, ia segera bergerak menuju lift. Marie sebenarnya sangat cemas, tetapi ia berhasil mengatur emosinya dan tidak menampakkan ekspresi apa pun.
Selama beberapa hari terakhir ia hampir tidak bisa tidur karena memikirkan anaknya yang tiba-tiba hilang ketika sedang bermain ke taman bersama pengasuh. Ia sedang sangat sibuk berkemas untuk pindah ke rumah baru untuk menghindari kejaran musuh lama yang sudah melacak keberadaannya hingga ke Paris.
Ketika mendapat kabar dari sang pengasuh yang dibuat pingsan dengan kloroform, ia segera berlari ke Taman Bercy untuk mencari anaknya, tetapi ia tidak berhasil menemukannya.
Ia segera berhenti memikirkan tentang pindahan dan segera melacak kedua penculik yang telah mengambil anaknya. Perlu waktu beberapa jam baginya untuk menemukan mereka dan ia meminta bantuan orang yang dapat ia percaya untuk mengambil Summer dari kedua penjahat itu.
Bagaimanapun ia hanyalah seorang wanita lemah, ia tak dapat menghadapi geng penjahat sendirian. Ia meminta bantuan orang tersebut dan mempercayakan Summer kepada anak buahnya. Marie menjadi sangat panik ketika mengetahui bahwa mereka tidak lagi memiliki Summer dan anaknya diambil oleh seorang asing yang tidak dikenalnya.
Selama berhari-hari Marie berusaha melacak orang tersebut dan anaknya, tetapi tanpa hasil. Hari ini, ia benar-benar sudah hampir menyerah...
Ketika tiba-tiba telepon penting itu datang.
Pria itu ternyata selama ini juga mencarinya dan ia bahkan membawa Summer ke Taman Bercy berkali-kali untuk menemukan rumahnya. Dadanya yang selama ini seolah dihimpit benda sangat berat, akhirnya menjadi sedikit lega.
Begitu ia mendapatkan nomor telepon Nic Medici dari Sanna, Marie langsung menelpon sambil melompat keluar dan masuk ke dalam taksi. Tanpa membuang waktu ia segera menuju ke Hotel Nobel. Ia sangat bahagia bisa mendengar suara anaknya. Sungguh, ia sangat merindukan Summer.
DING!
Lift terbuka dan ia segera masuk ke dalamnya mengikuti beberapa orang yang juga ingin naik ke lantai atas. Ada sepasang remaja lelaki dan perempuan yang tampak sibuk mengobrolkan sesuatu yang penting, lalu seorang lelaki gemuk yang kelihatan repot dengan berbagai berkas di tangannya, seorang wanita berusia 30-an yang seksi, dan sebuah keluarga kecil berisi sepasang orang tua separuh baya dan putri mereka yang masih remaja.
"Lantai berapa?" tanya sang remaja laki-laki kepada para pengunjung lift, ia sedang bersiap memencet tombol lantai lift.
"Tolong lantai 12," jawab si pria gemuk yang tampak tergesa-gesa. Di tangannya ada banyak kotak dan tas berisi dokumen. Ia mengangguk dengan ekspresi penuh terima kasih. Wajahnya tampak diliputi perasaan cemas dan jelas terlihat ia ingin sekali segera tiba di tempat tujuannya.
"Aku di restoran, lantai 20. Terima kasih," Marie buru-buru menjawab.
"Tolong lantai 17, ya... Terima kasih, Anak muda," kata sang suami dari pasangan separuh baya tadi.
"Tolong pencetkan tombol ke lantai 25. Terima kasih." Wanita berusia 30-an yang berpenampilan seperti seorang supermodel dengan gaun seksi mengangguk ke arah si remaja lelaki.
Remaja itu mengangguk. Ia memencetkan semua tombol lantai yang diminta dan kemudian menoleh kepada teman perempuannya. "Bagaimana?"
"Lantai 10," kata gadis itu. Pemuda itu mengangguk dan memencet tombol ke lantainya. Sang gadis kemudian teringat sesuatu dan bertanya kepada temannya. "Apakah Goose masih belum memberi kabar?"
Seketika Marie tertegun mendengar nama samarannya di Darknet disebut seperti ini. Ia mengerling dan memperhatikan kedua remaja itu. Ahh... ia memiliki seorang klien yang masih muda. Haoran Lee. Apakah ini orangnya?
Marie senang membantu pemuda itu karena mereka bernasib serupa, keduanya sangat menyayangi ibu mereka. Ibu Marie telah meninggal enam tahun lalu, dan Haoran dipisahkan dari ibunya oleh ayahnya yang brengsek. Itu sebabnya Marie bersikap sangat baik kepada Haoran dan berusaha membantunya.
Ia segera membuka ponselnya untuk mengirim SMS kepada Haoran agar tidak membicarakan namanya di tempat terbuka.
Marie sedang menghindari musuh dan ia tak mau kedua anak itu terlibat. Ia tak sanggup melihat mereka menjadi sasaran musuhnya.. tetapi ia juga tidak mampu melindungi mereka.
Haoran menggeleng mendengar pertanyaan teman perempuannya. "Belum. Mungkin dia sedang sangat sibuk. Tapi nanti kau bisa cek sendiri, siapa tahu pagi ini ia mengirim sesuatu."
"Baiklah. Lantai sepuluh kalau begitu," balas gadis itu akhirnya. Lift bergerak ke atas dan tidak ada seorang pun yang berbicara. Setelah tiba di lantai sepuluh, sepasang remaja itu keluar dari lift tanpa menyadari bahwa Goose yang sedang mereka bicarakan tadi sebenarnya berdiri satu meter jauhnya dari mereka tadi.
[Adik-adik, tolong jangan menyebut namaku di tempat umum. Kau tidak tahu siapa yang mendengarkan kalian. Maaf aku tidak bisa membantu banyak kali ini. Semoga kalian berhasil!]
Setelah mengirim SMS itu, Marie berfokus pada pintu lift. Lantai 12 tiba dan si pria gemuk keluar dengan semua dokumennya. Kemudian lantai 17 dan keluarlah keluarga kecil di sebelah Marie.
DING
Akhirnya pintu lift terbuka di lantai 20.
Marie bergegas keluar dari lift dan masuk ke dalam restoran. Ia mengangkat ponsel ke telinganya dan bersiap menelepon pria yang menemukan anaknya.
"Hallo, aku sudah di restoran," kata Marie.
"Aku dan Summer akan ke pintu untuk menjemputmu, tunggulah di sana," Terdengar jawaban dari pria itu.
Marie berdiri tegak di depan pintu sambil mempermainkan kukunya. Ia sangat cemas.
"Mamaaa..!!"
Marie segera berbalik ke arah lorong saat mendengar suara anaknya yang sangat dirindukannya. Rupanya Summer dan pria penolongnya datang dari arah lift. Apakah mereka menginap di hotel ini? Marie bertanya-tanya dalam hati.
Ia berjalan sambil melepaskan kacamata hitamnya dan mengantungnya di kemejanya. Tanpa sadar air mata menetes dari matanya. Marie menarik syal yang menutupi lehernya untuk menyeka air matanya yang entah kenapa mengalir semakin deras dan kini mulai mengaburkan pandangannya.
"Anakku sayang..." panggilnya dengan haru. Dadanya terasa sangat lega saat ia melihat sosok Summer berjalan dengan penuh semangat ke arahnya.
Ketika mendengar suara Marie, Summer segera berlari ke arahnya dan Marie pun mempercepat langkahnya. Ia sudah tak sabar ingin memeluk anak perempuannya. Sementara itu, Nicolae yang sedang menggandeng tangan Summer ikut mengejar anak itu yang terlalu bersemangat hendak menyerbu ibunya.
Ketiganya bertemu di tengah beberapa detik kemudian.
Saat air mata yang mengaburkan pandangannya sudah diseka, Marie akhirnya dapat melihat jelas lelaki yang menggandeng tangan Summer dan berjalan cepat ke arahnya.
Seketika langkahnya terhenti dan gadis itu terpaku di tempat.
"Kau..?" Nicolae juga sudah melihat wajah Marie yang tidak memakai kaca mata hitam dan lepas dari selubung syalnya. Matanya segera dipenuhi kabut.
Langkahnya terhenti dan ia tidak tahu apakah ia sedang bermimpi buruk atau semua yang sedang terjadi sekarang adalah peristiwa yang nyata.
Selama ini ia beberapa kali berkencan dengan wanita yang mirip dengan Marie, hanya karena tanpa sadar ia melihat sosok Marie, wanita yang ia cintai, pada diri mereka...
Tetapi kemudian ia sadar, ia hanya menjadikan mereka pelampiasan karena ia merindukan Marie dan ia berhenti melakukannya. Ia tak ingin menyakiti wanita lain.
Kini, melihat seorang wanita yang begitu mirip dengan Marie... ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Seketika kepalanya dipenuhi bayangan-bayangan kenangannya bersama gadis itu.
Kebersamaan mereka singkat, tetapi ia masih dipenuhi penyesalan karena tidak menyadari perasaannya kepada gadis itu lebih awal.
Dan... gadis di depannya ini.. juga memiliki seorang anak berumur lima tahun..
Anak perempuan yang diberi nama Nikita Summer Sorin.
Oh Tuhan...
Nicolae mengerutkan keningnya dan menatap Marie yang terpaku di tempatnya.. terlihat sama terkejut dan terpukul seperti dirinya.
Sebentar...
Apa mungkin semua ini benar-benar hanya kebetulan?
Tiba-tiba sebuah pikiran gila menyusup ke dalam kepalanya.