Namaku Mischa
Namaku Mischa
Tiba-tiba ingatannya melayang pada peristiwa beberapa bulan lalu saat ia mendengar betapa Amelia menyiapkan tuxedo bagi suaminya dan sengaja memilihkan pakaian yang serasi bagi dirinya dan Ren.
Saat itu Fee benar-benar marah dan cemburu. Sayangnya ia tak dapat berbuat apa-apa karena ia mengerti bahwa Ren memang harus menghadiri acara-acara kenegaraan itu dan Amelia saat itu berperan sebagai sekretarisnya.
Kalau sekarang ia ingin membalas hal itu, bukankah pesta malam ini akan menjadi kesempatan yang paling tepat?
Tetapi, Fee sama sekali tidak ingin bertemu Ren. Ia tak ingin melihat wajahnya, karena ia tahu hatinya terlalu lemah dan ia takut kalau ia akan menangis kalau bertemu suaminya di pesta.
Tadinya ia berencana untuk datang mendampingi Mischa tetapi setelahnya ia akan menyembunyikan diri di suatu sudut dan menunggu hingga pesta usai. Tetapi.. setelah mendengar betapa Mischa sengaja akan memakai kemeja yang serasi dengan warna gaunnya, perasaan cemburu di dada Fee berkobar lagi.
Ia menatap Mischa dengan pandangan rumit.
"Ada apa?" tanya Mischa saat melihat pandangan Fee ke arahnya. Ia menduga Fee sedang memikirkan sesuatu.
Mischa sudah membaca berbagai berita gosip di internet tadi siang tentang rencana perjodohan Pangeran Renald dan Lady Amelia. Ia masih ingat saat bertemu Ren di Kota Tua ketika ia menyelamatkan Fee, pria itu mengaku sebagai suami Fee.
Ia tahu bahwa ia tidak salah mengenali orang karena ia sudah melihat kedatangan Pangeran Renald ke penthouse ini minggu lalu. Tidak salah lagi, Fee dan Pangeran Renald memang mempunyai hubungan tertentu.
Kalau Pangeran Renald memang adalah suami Fee, mengapa ia membiarkan Fee hidup menderita? Kenapa sekarang ia malah hendak dijodohkan dengan seorang gadis bangsawan? Apakah Fee dan Pangeran Renald memang sudah bercerai?
"Tuan..." Akhirnya terdengar suara Fee yang indah namun sedih. "Terima kasih karena Tuan sangat baik kepadaku dan tidak pernah bertanya macam-macam. Aku berutang budi kepada Tuan."
"Aku sudah mengatakan alasannya," kata Mischa mengingatkan. "Kau mengingatkanku kepada adik angkatku yang hilang. Aku berharap ia baik-baik saja di luar sana. Saat aku melihatmu dan berbuat baik kepadamu.. aku berharap seseorang di luar sana juga menolongnya dan berbuat baik kepadanya. Setidaknya... saat ini, hanya itu yang bisa kulakukan."
Fee tertegun. Mischa terdengar sangat tulus. Entah kenapa saat mendengar kata-kata Mischa seperti itu, hati Fee merasa sangat tersentuh.
"Terima kasih, Tuan. Aku berharap di luar sana, adik angkatmu baik-baik saja dan ia bertemu orang baik sepertimu..."
Fee juga merasa lega saat mengetahui bahwa kebaikan Mischa kepadanya selama ini memang tulus karena ia menganggap Fee mirip dengan adik angkatnya yang hilang itu, dan tidak ada maksud lain. Kalau sampai Mischa melakukan itu semua karena ia menaruh hati kepada Fee, maka situasi akan menjadi canggung.
"Aku harap kau benar," Mischa mengangguk.
"Tuan..." Fee mengigit bibirnya. Ia hendak menceritakan kepada Mischa apa yang terjadi antara dirinya dan Ren... agar nanti saat di pesta, Mischa tidak merasa canggung kalau Fee tiba-tiba menghilang atau bersikap aneh di depan Ren. Ia merasa Mischa perlu tahu yang sebenarnya.
"Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan kepadaku?" tanya Mischa dengan tenang. "Ayo ke dapur. Aku sedang ingin minum teh sambil menunggu kiriman perhiasan dan kemeja."
Ia berjalan santai ke arah dapur dengan tabletnya. Ia merasa bahwa rahasia yang ingin diungkapkan Fee cukup penting dan ia ingin membuat gadis itu merasa santai. Ia tahu sangat sulit bagi Fee untuk terbuka kepadanya, karena itu ia ingin membuat gadis itu senyaman mungkin.
Fee mengikuti Mischa ke dapur dan segera mengambil poci teh dari tangan pria itu.
"Biar aku saja yang membuatkan teh. Bagaimanapun aku masih asisten Tuan," katanya buru-buru.
"Tapi ini bukan hari kerja lho, Fee," kata Mischa mengingatkan. "Lemburmu hanya dibayar mulai jam 7 nanti saat kita berangkat ke pesta."
Ia jelas-jelas menggoda gadis itu yang sepertinya sangat perhitungan dengan uang dan kompensasi lemburnya.
Fee mengerucutkan bibirnya dan menjawab. "Tuan tidak perlu membayar lemburku yang ini. Aku melakukannya secara sukarela karena Tuan meminjamkanku perhiasan dari Ruby & Co."
"Baiklah kalau begitu." Mischa lalu duduk di kursi di konter dapur sambil mengamati Fee membuatkan sepoci teh untuk mereka. Lima menit kemudian keduanya sudah duduk berhadapan dengan tangan masing-masing memegang secangkir teh yang berbau harum.
"Apakah yang ingin kau ceritakan ini ada hubungannya dengan Pangeran Renald Hanenberg?" tanya Mischa dengan sikap kalem.
Fee terkesima mendengar kata-kata Mischa. Ia ingat Mischa pernah bertemu suami ketika menolongnya di Kota Tua. Saat itu Ren sengaja berpenampilan seperti mahasiswa dengan pakaian kasual dan topi sports. Apakah Mischa mengenali Ren sebagai Pangeran Renald?
"Oh.. Tuan sudah tahu?" tanya Fee keheranan.
Mischa mengangguk. "Aku segera mengenalinya. Mungkin orang lain bisa ditipu, tetapi penglihatanku cukup tajam. Apakah Pangeran Renald Hanenberg adalah suamimu?"
Fee menggeleng sedih. "Kami sudah berpisah. Aku tidak dapat mengatakan alasannya. Tetapi yang jelas keluarganya tidak tahu aku ada. Mereka sepertinya ingin menjodohkannya dengan seorang gadis bangsawan."
"Lady Amelia Genevieve?" tanya Mischa menebak.
"Benar. Itu dia. Amelia adalah teman lama Ren. Ia juga bekerja sebagai sekretaris Ren. Kurasa.. kalau aku tidak ada, mereka akan menjadi pasangan yang serasi," jawab Fee dengan ekspresi murung. "Aku hanya ingin memberi tahu Tuan tentang fakta ini agar nanti Tuan tidak kaget kalau aku menghilang dari pesta. Aku tidak mau bertemu mereka."
"Kenapa kau harus menghilang?" tanya Mischa. "Kau adalah wanita yang terhormat. Kau tidak melakukan kesalahan apa pun. Kau tidak perlu melarikan diri. Kau harus menghadapi masalahmu dengan kepala tegak. Aku akan melindungimu. Kau tidak usah takut orang istana akan menindasmu. Kerajaan ini sangat membutuhkan RMI di Moravia. Mereka harus memperlakukan aku dan asistenku dengan baik."
Fee tertegun mendengar kata-kata Mischa. Tanpa terasa dua tetes air bening meluncur ke pipinya.
"Kau tahu apa yang akan membuatmu terlihat lebih kuat?" tanya Mischa.
"Aku tidak tahu," Fee mengaku.
"Kau harus berhenti memanggilku dengan panggilan Tuan. Panggil namaku, Mischa, di depan mereka. Kalau Pangeran Renald dan Lady Amelia bertemu kita, aku akan berpura-pura menjadi kekasihmu," jawab Mischa sambil tersenyum jahil. Ia lalu menyesap tehnya dan menatap Fee dalam-dalam. "Bagaimana pendapatmu?"
"Astaga... Tuan mau melakukannya untukku?" tanya Fee keheranan. Sebenarnya.. kalau Mischa berpura-pura menjadi kekasihnya, Ren tentu akan berhenti mengganggunya. Amelia juga akan bisa melihat bahwa Fee baik-baik saja walaupun ia sudah berpisah dari Ren.
Fee benar-benar tidak mau membiarkan perempuan itu merasa menang.
"Namaku Mischa," Mischa mengingatkan Fee.
"Oh.. benar. Mischa..." Fee mengangguk. "Aku akan senang sekali."