Aku Mencintaimu
Aku Mencintaimu
"Kau mau berenang?" tanya Ren saat ia menarik tubuh Fee ke dalam pelukannya. Pintu geser di kamar mereka memang terbuka menghadap kolam renang infinity yang sangat besar dan menunjukkan pemandangan laut.
Matahari tampak mulai terbenam di kaki langit dan pemandangan terlihat begitu indah. Fee mengangguk. Ia sangat pandai berenang dan menyukai bermain air.
"Aku ambil pakaian renangku dulu," kata gadis itu dengan penuh semangat.
Ren tertawa dan menggeleng. "Tidak usah. Di sini hanya ada kita. Kau pernah melakukan skinny dipping?"
Wajah Fee seketika memerah. Skinny dipping adalah berenang di kolam, laut, atau danau tanpa mengenakan busana. Banyak pasangan yang melakukannya sebagai bagian dari eksplorasi hubungan seksual karena perasaan bebas yang tubuh mereka rasakan.
"Aku akan mengambil wine dan gelas, kau bisa menungguku di kolam renang," kata Ren. Ia mencium bibir Fee dan tersenyum tipis melihat wajah istrinya yang bersemu merah.
Fee memperhatikan Ren berjalan ke lounge di samping kamar mereka dan datang membawa dua buah gelas serta sebuah botol red wine. Sesaat Fee merasa terpesona. Ren tidak repot-repot mengenakan pakaian sehingga Fee dapat melihat tubuh suaminya dalam semua keindahannya.
Ren memiliki postur yang sangat menarik dan semua otot di tubuhnya terlihat pas dan sempurna. Fee seketika menelan ludah saat mengingat barusan tadi mereka baru selesai bercinta dan tubuh pria itu menindihnya dan memuaskannya tanpa henti.
Wajahnya kembali bersemu merah dan ia melengos untuk menyembunyikan ekspresi malunya.
"Kemarilah," kata Ren sambil duduk di cabana di tepi kolam renang. Ia menuang wine ke dua gelas itu dan mengangkat satu ke arah Fee. "
"Aku tidak bisa minum, aku sedang mengandung," kata Fee.
Deg!
Ren merasakan jantungnya berdetak cepat. Ia lupa bahwa Fee mengira ia masih hamil.
Ia lalu mengangguk dan tersenyum. "Maaf, aku lupa. Aku belum pernah mempunyai istri yang hamil sebelumnya dan tidak terbiasa dengan semua kondisinya. Aku akan mengambilkanmu jus."
"Terima kasih. Aku bisa mengambilnya sendiri." Fee buru-buru bangkit dan mengenakan jubah tidur, lalu ke lounge untuk mengambil sebotol jus strawberry untuk dirinya. Ia lalu datang ke cabana tempat Ren duduk menunggunya.
"Cheers!" Ia mendentingkan botol jusnya ke gelas Ren dan kemudian meneguk minumannya. "Ahh.. segar sekali."
"Hmm.." Ren mengangguk dan menyesap wine di gelasnya.
Ia merangkulkan tangannya ke bahu Fee dan menarik gadis itu ke pangkuannya. Mereka berdua lalu duduk di cabana sambil memperhatikan matahari terbenam di tengah laut. Pemandangan ini sungguh memikat dan membuat orang dapat menahan napas karena terpesona.
Setelah matahari tenggelam di kaki langit, cahaya dari atas digantikan oleh sinar bulan purnama yang ditemani milyaran bintang-bintang. Malam itu terasa sangat indah dan romantis.
"Terima kasih, kau sudah membawaku kemari," bisik Fee di telinga Ren. "Aku suka sekali."
"Apa yang paling kau sukai dari tempat ini?" tanya Ren lembut. Ia memandang Fee dengan penuh perhatian.
"Hmm.. aku suka cuacanya yang sangat cerah. Di sini hangat dan menyenangkan. Pemandangannya juga indah," bisik Fee. "Tetapi yang paling aku sukai adalah..."
"Ya?"
"Berada di sini bersamamu..." kata Fee malu-malu. "Aku tidak mau pulang."
Ren tertegun mendengar kata-kata Fee. Ia memeluk gadis itu semakin erat di pangkuannya lalu mengelus perut Fee. Ia kembali dikuasai kesedihan, tetapi Ren berusaha keras membuat ekspresi dan suaranya terdengar normal.
"Seperti yang sudah kukatakan, kali ini aku akan mengikuti semua keinginanmu. Kalau kau ingin tinggal di sini selamanya, maka kita akan tinggal di sini selamanya," katanya tegas.
Ia sudah menetapkan hati untuk melupakan semua yang telah berlalu. Untuk apa lagi? Ia sudah tidak bernafsu untuk membalas dendam. Ia telah kehilangan anak-anaknya dan itu membuatnya sangat terluka.
Kalau ia mengambil anak Alaric ini selamanya, ia dapat membayangkan betapa Alaric juga akan berduka seumur hidup karena Vega tidak pernah kembali. Rasanya itu sudah menjadi balasan yang sepadan atas perbuatannya dulu.
Fee menoleh ke arah Ren dan menatap matanya dengan sepasang mata membulat. "Kau sungguh-sungguh? Aku pikir kau hanya bercanda..."
Ren menggeleng. "Aku bukan orang yang punya selera humor. Kupikir kau tahu itu."
Fee mengangguk."Kau benar..."
"Jadi... kita akan tinggal di sini selama yang kau inginkan. Aku akan mengirimkan pemberitahuan resmi ke istana dan membiarkan mereka mencari penggantiku."
"Astaga... Ren..." Fee merasa sangat terharu. Ia membingkai wajah suaminya dengan kedua tangan dan kemudian mencium bibirnya dengan mesra. "Aku sangat mencintaimu..."
Ren membalas ciuman Fee dengan sama mesranya. Ia memang tidak dapat membalas ucapan cinta istrinya, tetapi ia dapat membalas kemesraan yang ia tunjukkan.
Malah....
"Fee..." Tiba-tiba Ren melepaskan dirinya dari ciuman Fee dan menatap wajah gadis itu lekat-lekat. Suaranya terdengar sangat serius saat ia melanjutkan perkataannya. "Aku tidak mengerti rasanya jatuh cinta ataupun merasakan ketertarikan romantis kepada seorang wanita.. Namun, aku sudah memberitahumu bahwa kalau ada wanita yang bisa kucintai di dunia ini.. orang itu adalah kau. Saat ini kau adalah wanita yang paling dekat denganku, kita juga sudah menikah dan menjadi keluarga..."
Fee menatap Ren dengan penuh perhatian, siap menunggu lanjutan kata-kata pria itu. Ia menduga suaminya akan menyampaikan hal penting.
"Aku senang mendengarnya..." bisik Fee. "Itu sudah cukup membuatku bahagia."
Ren menelan ludah. "Karena itu... kurasa, tidak ada salahnya kalau aku juga mengatakan kepadamu bahwa... aku mencintaimu. Kuharap, saat aku mengatakannya, kau tidak mengejekku dan menganggapku berdusta..."
Fee buru-buru menggelengkan kepalanya dan mengusap air mata yang menggenang di sudut matanya.
"Tentu saja aku tidak akan menggejekmu dan menganggapmu berdusta. Aku sangat senang mendengarnya..."
Akhirnya..
Ia akan mendengar Ren membalas kata cintanya.
Walaupun Ren tidak sungguh-sungguh merasakan cinta yang sama kepadanya, setidaknya Fee akan sangat bahagia jika ia dapat mendengar kata-kata cinta itu keluar dari bibir Ren.
"Fee... aku mencintaimu dan anak-anak kita," bisik Ren. "Bagiku sekarang tidak ada hal lain yang lebih penting selain kalian..."
Fee terpaku saat ia akhirnya mendengar kata-kata yang selama ini begitu ingin didengarnya dari Ren.
Inikah rasanya jatuh cinta dan mengetahui cintanya berbalas? Ternyata rasanya begitu indah...
Fee tersenyum lebar dan kembali mencium bibir Ren dengan mesra.
"Aku sangat mencintaimu..." bisiknya haru.
Mereka kembali bergumul di cabana di samping kolam renang dan meluapkan perasaan bahagia di dada masing-masing. Tidak lama kemudian jubah tidur Fee telah teronggok di lantai bersama gelas dan botol minuman mereka sementara Ren dan Fee kembali memuaskan diri dengan bercinta di bawah sinar rembulan.