Kecurigaan Friedrich
Kecurigaan Friedrich
Di pertemuan darurat para manajemen atas perusahaan, mereka mendesak Laura untuk mengadakan strukturisasi tetapi alas, gadis itu sama sekali tidak berminat dan mengerti usaha dan cita-cita ayahnya.
Friedrich adalah satu-satunya orang yang mengerti dan dapat melanjutkan kepemimpinan perusahaan setelah Sam Atlas tiada, seandainya saja pemuda itu sehat.
Mereka masih menyembunyikan kondisi penyakitnya dari semua orang karena takut valuasi perusahaan akan menjadi semakin buruk, jika investor potensial mengetahui bahwa Atlas X sudah dan akan ditinggalkan dua orang yang paling penting di dalamnya.
"Aku tidak dapat bekerja tanpa Sam," kata Friedrich memberi alasan. "Aku akan tinggal hingga Atlas X menemukan pemilik baru, tetapi setelah semua proses akuisisi berhasil, aku akan mengundurkan diri."
"Tidak bisa, Tuan Neumann. Kalau calon investor mendengar Tuan juga akan meninggalkan Atlas X, maka tidak akan ada yang akan membeli perusahaan ini, dan semuanya akan hancur. Lalu bagaimana dengan nasib ratusan karyawan yang bekerja untuk kita?" tanya David, Direktur SDM yang berusia dua kali lipat dari Friedrich tetapi selalu sangat menghormati pemuda genius itu.
"Sebaiknya tidak ada yang memberi tahu siapa pun bahwa aku akan berhenti dari Atlas X. Kita harus merahasiakan ini sampai semua proses akuisisi berlangsung," kata Friedrich. "Maaf, aku sungguh berharap aku bisa tinggal, tetapi aku sungguh tidak bisa."
Friedrich adalah nyawa kedua Atlas X karena ia adalah sumber pengetahuan yang membuat Atlas X dapat memiliki visi ke masa depan. Ia memberi mereka visi-visi jangka panjang yang membuat Atlas X menjadi seperti sekarang. Ia dan Sam-lah yang bercita-cita membawa manusia ke luar angkasa bersama Atlas X.
Kalau sampai Friedrich mundur, maka bisa dipastikan inisiatif mereka akan terhambat dan mengalami kemunduran, hingga Atlas X dapat menemukan penggantinya. Ada beberapa grup perusahaan besar yang tertarik membeli Atlas X dari pewarisnya.
Salah satu di antaranya adalah Rhionen Industries, sebuah perusahaan teknologi baru yang sedang naik daun karena memiliki platform media sosial yang sangat populer. Grup perusahaan ini tampak sangat agresif masuk ke berbagai industri yang melibatkan teknologi, dan inisiatif luar angkasa adalah salah satunya.
"Sepertinya tawaran dari Rhionen Industries paling menarik," kata Laura kepada dewan direksinya. Ia khususnya menatap Friedrich. Ekspresinya tampak kuatir. "Mereka ingin berkunjung kemari dan berbicara dengan kita. Apakah kau masih dapat bertemu dengan mereka?"
Friedrich mengerti Laura menguatirkan kondisinya. Kakak angkatnya itu takut Friedrich tidak dapat menghadapi calon investor dengan pikiran jernih akibat penyakitnya. Padahal, mereka mengandalkannya untuk menyampaikan semua detail perusahaan, teknologi yang mereka kembangkan, dan mendorong sang calon pembeli untuk membeli Atlas X dengan semua persyaratan yang mereka ajukan.
Friedrich mengangguk pelan. Ia memberi tanda kepada Laura agar tidak usah kuatir.
"Aku baik-baik saja," katanya.
Ia memang merasa kondisinya tidak terlalu menurun. Selain sedikit tremor pada tangannya, ia tidak merasakan perubahan berarti. Lagipula, bukankah dokter mengatakan ia masih punya waktu dua tahun?
"Baiklah, kalau begitu, kita bisa menerima mereka berkunjung ke kantor kita. Kupercayakan kepadamu untuk menangani mereka," kata Laura.
Friedrich hanya mengangguk. Ia merasa berutang budi kepada keluarga Atlas. Ia tak mungkin membiarkan perusahaan ini jatuh begitu saja jika ia dapat membantu mereka untuk menemukan pembeli yang baik. Minimal, dengan uang hasil penjualan Atlas X, Laura akan dapat terjamin kehidupannya hingga ia tua nanti.
Sebenarnya ada beberapa grup perusahaan yang tertarik membeli Atlas X, tetapi segenap direksi atas sungguh berharap mereka dapat dibeli oleh Rhionen Industries karena mereka mendengar begitu banyak hal baik tentang grup perusahaan tersebut.
Pertemuan dijadwalkan berlangsung pada Rabu pagi seminggu kemudian. Pemilik Rhionen Industries yang sangat mengesankan tiba pada pukul 10 tepat. Ia hanya datang bersama tiga orang staf, yang sepertinya merupakan orang-orang yang ahli di bidangnya.
Semua karyawan wanita yang melihat kehadirannya segera berkasak-kusuk. Mereka telah mendengar betapa tampannya sang tamu ini tetapi belum pernah melihat langsung wujudnya.
Kini, ketika orang yang dinanti-nantikan itu hadir di Gedung Atlas X, mereka semua berlomba-lomba hendak melihatnya.
"Astaga.. keren sekali! Masih begitu muda tetapi sudah menjadi pemimpin sebuah grup perusahaan besar," komentar seorang karyawan sambil mencuri pandang pada rombongan kecil tamu yang baru datang.
"Aku dengar, ayahnya mendirikan perusahaan pertamanya sepuluh tahun yang lalu, dan Tuan Alaric Rhionen baru-baru ini mewarisinya."
"Tetap saja, walaupun ia mewarisinya, tetapi kalau ia tidak pandai mengembangkan usaha keluarganya, maka perusahaannya akan hancur, tidak dapat berkembang. Kau lihat saja anak perempuan bos kita yang sama sekali tidak becus mengurusi Atlas X, sehingga kini perusahaan kita terpaksa harus dijual," balas temannya. "Tuan Alaric Rhionen itu berhasil mengembangkan perusahaan yang didirikan ayahnya menjadi satu grup konsorsium yang besar dan perlahan-lahan mengembangkan usahanya ke berbagai industri."
"Eh... dia melihat ke sini..."
Ketiga gadis yang sedang bergosip itu buru-buru menunduk dan pura-pura tampak sibuk ketika mereka menyadari Alaric yang sedang menunggu pintu lift terbuka menuju ke lantai tertinggi, menoleh ke arah mereka.
"Astaga... kau lihat tatapannya itu? Tampak sangat dingin dan mengerikan. Apa dia membenci kita ya? Aku belum pernah melihat ekspresi menakutkan seperti itu," ungkap seorang staf sambil menekan dadanya karena kaget. Wajahnya seketika terlihat pucat. "Lihat... bulu kudukku sampai meremang."
Kedua temannya juga tampak menahan napas. Mereka tidak sengaja melihat pandangan Alaric ke arah mereka dan dari wajah tampan itu tampak ekspresi dingin yang menakutkan. Ada sesuatu pada pria itu yang membuat mereka cemas dan bulu kuduk mereka berdiri.
Tatapannya begitu tajam dan membuat mereka seketika menelan ludah, tidak berani lagi menoleh ke arahnya.
DING
Pintu lift terbuka dan masuklah rombongan tamu penting itu ke dalamnya. Alaric ditemani Pavel sebagai tangan kanannya dan dua orang direktur, direktur keuangan dan marketing. Ia hendak mengetahui semua tentang Atlas X sebelum ia memutuskan untuk membelinya.
Sama seperti Sam Atlas dan Friedrich, sesungguhnya Alaric pun punya mimpi untuk menjelajah luar angkasa. Baginya, bumi sudah terlalu rusak dan dalam waktu seratus tahun lagi akan kewalahan menampung semua manusia yang ada di dalamnya.
Manusia sekarang tidak menghargai alam dan seenaknya merusak bumi. Bagi Alaric, perlu diadakan revolusi kemanusiaan. Ia ingin membangun kembali peradaban dari awal, hanya dengan manusia-manusia pilihan, di planet baru yang akan dapat menjadi rumah bagi umat manusia.
Kelak, saat bumi sudah menjadi terlalu rusak, ia berharap mereka telah berhasil menemukan rumah baru, entah itu di planet yang sudah ada maupun planet baru yang dapat dihuni manusia. Karena itulah, ketika ia mendengar bahwa Atlas X akan dijual, ia menjadi tertarik untuk membelinya.
Sepertinya, pendiri perusahaan ini memiliki visi yang mirip dengan Alaric. Yang membuatnya lebih menguntungkan adalah Atlas X sudah memiliki beberapa teknologi dasar yang canggih, yang dapat membawa perjalanan ke luar angkasa menjadi lebih cepat dan mudah.
Kalau Alaric membeli Atlas X, ia tidak perlu memulai dari nol. Satu hal lagi yang cukup membuatnya tertarik adalah kehadiran Friedrich Neumann, pemuda genius yang menjadi otak di belakang semua teknologi dan inisiatif utama Atlas X.
Karena itulah, hari ini Alaric memutuskan untuk datang sendiri dan menemui pemuda itu untuk mendengar sendiri seperti apa potensi dan prospek Atlas X ke depan.
Pertemuan berlangsung cukup lama. Alaric memiliki sangat banyak pertanyaan, dan semuanya dijawab dengan baik oleh Friedrich. Setelah puas dengan semuanya, Alaric lalu meninggalkan kantor Atlas X dan berjanji akan memberitahukan keputusannya setelah ia membahasnya dengan dewan direksinya.
"Aku sangat menyukai semua penjelasan Anda, Tuan Neumann. Kurasa, kalian akan mendengar kabar baik dari kami," kata pria tampan itu sambil mengangguk ke arah Friedrich dan orang-orang Atlas X lainnya.
Friedrich balas mengangguk. Ia sama sekali tidak menyalami tamunya karena ia telah diberi tahu bahwa pemilik Rhionen Industries tersebut adalah seorang germaphobic. Ia fobia terhadap kuman sehingga tidak mau bersentuhan dengan orang lain.
Tentu saja, ini merupakan alasan yang dikeluarkan oleh tim PR Rhionen Industries untuk menutupi ketidaksukaan Alaric yang nyata terhadap kebanyakan manusia yang ditemuinya. Setiap kali ia akan bertemu orang baru dari perusahaan lain, maka tim PR-nya akan menyampaikan hal tersebut terlebih dulu, untuk menghindari kecanggungan saat mereka berusaha menjabat tangannya dan Alaric menolak.
"Kau melamun lagi," tegur David kepada Friedrich. "Apa yang kaupikirkan?"
Friedrich hanya menggeleng. Ia sedari tadi berusaha menahan diri agar tidak memperhatikan wajah Alaric terus-menerus. Entah kenapa saat melihat tamu penting tadi, ia seketika teringat pada cerita Sam Atlas tentang kaum Alchemist.
Ia telah berhasil menemukan foto Caspar Schneider, karena ia penasaran ingin melihat sendiri seperti apa orang dari kaum alchemist tersebut. Apa yang dilihatnya membuat Friedrich menjadi semakin ingin tahu.
Ia lalu menyewa beberapa information finder, salah satu profesi hacker di Darknet, untuk menemukan informasi tentang beberapa orang yang dicurigainya sebagai orang alchemists. Ia sengaja memberikan perintah yang kabur, agar mereka tidak dapat menerka tujuannya.
Perlahan-lahan ia menemukan orang yang ia ingin cari. Dimulai dari Caspar Schneider dan orang-orang yang ada di dekatnya. Friedrich bahkan berhasil menemukan informasi bahwa Jean-Pierre Wang, sang aktor itu, dan kekasihnya Billie Yves adalah kaum alchemist.
Dari semua orang itu, ia menemukan ada satu kesamaan mereka. Garis simetri wajah mereka yang sempurna, umur mereka yang berhenti di usia 25 tahun... dan sepasang mata yang berwarna cemerlang!
Persis seperti itulah ia melihat Alaric Rhionen tadi.