The Alchemists: Cinta Abadi

Harapan Terakhir



Harapan Terakhir

Setelah mereka pindah ke rumah Sam Atlas, laki-laki tua itu segera mengerahkan tim dokter untuk memeriksa kondisi Friedrich dan memastikan perawatan terbaik untuknya.     

Namun, setelah beberapa minggu berlalu, mereka justru mendapatkan konfirmasi demi konfirmasi dari dokter berikutnya, bahwa kondisi Friedrich tidak dapat ditolong lagi.     

"Kurasa, aku tak bisa lagi membantumu, Bos..." kata Friedrich pelan setelah dokter terakhir meninggalkan rumah kediaman keluarga Atlas. Ia memandang ke luar jendela besar dari lantai ke langit-langit yang menampakkan pemandangan taman yang indah dengan bunga-bunga musim panas yang bermekaran, tetapi dari tatapannya yang jauh, terlihat jelas bahwa ia sama sekali tidak memandangi bunga-bungaan itu.     

Mungkin, Friedrich sedang memandang masa depan yang tidak akan pernah ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.     

Bersama Sam Atlas, ia bercita-cita membawa manusia menjelajah semesta dan bahkan mungkin mendirikan koloni di planet lain. Tetapi kini, manusia harus pergi ke sana tanpa dirinya. Ia hanya punya waktu dua tahun sebelum waktunya berakhir.     

Tanpa terasa air mata menetes ke pipinya. Ia masih punya begitu banyak mimpi dan cita-cita. Sam Atlas juga tampak sangat terpukul. Dalam waktu tidak terlalu lama, ia terlihat lebih tua beberapa tahun dari umurnya sebenarnya.     

Ia tidak tahu bahwa ternyata ia sangat menyayangi pemuda ini, benar-benar seperti anak lelakinya sendiri yang tidak pernah ia miliki. Kini, membayangkan pemuda genius yang begitu penuh dengan potensi ini harus meninggal muda... ia benar-benar tidak dapat menerimanya.     

Pikirannya melayang pada peristiwa sebelas tahun yang lalu, ketika ia masih memiliki perusahaan aviasi pertamanya yang diberi nama Atlas Corp. Perusahaannya memproduksi berbagai pesawat berukuran kecil dan sedang yang dipasarkan kepada orang-orang kalangan atas dunia.     

Pada suatu hari, seorang pebisnis terkemuka memintanya menjual Atlas Corp dan ia tidak peduli berapa pun harganya. Uang tidak menjadi masalah. Tentu saja, karena Caspar Schneider, nama pria itu, adalah pemilik Schneider Group, salah satu grup perusahaan terbesar di dunia yang memiliki ratusan perusahaan di bawahnya yang bergerak di berbagai bidang.     

Caspar sendiri adalah salah seorang pria terkaya di dunia. Tentu saja, baginya uang tidak masalah. Sam tidak sedang membutuhkan uang dan Atlas Corp saat itu juga sangat menguntungkan. Namun, Caspar tidak menyerah. Ia meminta dengan segala macam cara demi memiliki perusahaan aviasi tersebut.     

Akhirnya.. ia menawarkan sesuatu yang tidak bisa ditolak Sam. Sebagai seorang laki-laki pencinta ilmu pengetahuan, Sam akhirnya menyerah karena Caspar mengatakan ia bersedia membuka suatu rahasia ilmu pengetahuan yang sangat penting kepadanya.     

Karena itulah... Sam akhirnya setuju. Ia menjual 80% sahamnya kepada Schneider Group dan pada suatu hari yang dijanjikan, Caspar datang menemuinya dan membuka rahasia itu.     

Caspar memberi tahu Sam bahwa manusia sebenarnya telah berhasil menemukan rahasia untuk hidup abadi. Sekumpulan kaum abadi yang menyebut diri mereka sebagai kaum alchemist ternyata menemukana ramuan keabadian beberapa ratus tahun yang lalu, dan telah hidup sebagai manusia-manusia yang awet muda selamanya.     

Caspar adalah ketua klan Alchemist dan ia mengaku telah berumur 438 tahun saat ia bertemu Sam. Sungguh sulit dipercaya bukan? Tetapi lalu Caspar menunjukkan semua buktinya.     

Ia memiliki dokumentasi kehidupannya yang sangat lengkap, sejak awal abad 19 ia telah hadir di peristiwa-peristiwa penting dunia, dan hubungannya dengan manusia-manusia hebat dalam sejarah tidak dapat diragukan lagi.     

Sam sangat terkejut, tetapi juga terkesima. Ia mengetahui bahwa kaum Alchemists menurunkan kondisi mereka kepada keturunan biologis mereka, sehingga anak-anak mereka akan terlahir abadi.     

Mereka akan tumbuh dengan sel yang sempurna hingga mereka mencapai masa pertumbuhan optimal, dan kemudian mereka akan berhenti menua. Itulah sebabnya, walaupun Caspar sudah berusia 438 tahun waktu itu, ia masih terlihat seperti seorang laki-laki muda berumur 25 tahun. Sungguh mengagumkan!     

Satu hal menarik yang Sam pelajari tentang kaum alchemist ini adalah, mereka sangat menutup diri dan hidup di antara manusia biasa dengan menyembunyikan identitas mereka. Mereka tidak menyukai pernikahan apalagi memiliki anak, sehingga jumlah mereka semakin berkurang, terutama setelah terjadinya dua perang dunia.     

Namun demikian, jika mereka bertemu pasangan yang berasal dari manusia biasa, maka calon istri atau calon suami mereka yang bukan manusia abadi itu akan diberikan ramuan keabadian sebagai hadiah pernikahan. Dengan demikian, ia bisa menjadi bagian dari mereka.     

Mungkin... kalau Friedrich dapat menemukan seorang gadis Alchemist dan membuatnya jatuh cinta kepadanya..     

Lalu ia akan dapat memperoleh hadiah ramuan keabadian tersebut...      

Friedrich akan sembuh dari semua penyakit apa pun yang ia alami. Ramuan keabadian itu akan membuat tubuhnya sempurna dan bebas dari segala penyakit. Bahkan... ia akan dapat hidup muda selamanya.     

Bukankah seorang manusia genius seperti Friedrich akan dapat memberikan banyak kontribusi penting bagi umat manusia jika ia diberikan keabadian?     

Sam mengepalkan tangannya menjadi tinju di samping tubuhnya. Ia merasa sangat resah. Ia telah bersumpah kepada Caspar Schneider bahwa ia akan menyembunyikan rahasia itu dan tidak akan memberi tahu siapa-siapa seumur hidupnya.     

Ia telah menyimpan rahasia itu rapat-rapat selama sebelas tahun, dan tidak melanggar janjinya. Bahkan, walaupun sebagai manusia biasa yang pelan-pelan menua dan sangat berharap bisa menjadi abadi, ia sama sekali berusaha menahan diri agar tidak tergiur akan ramuan keabadian milik kaum Alchemist tersebut.     

Tetapi kini.. rasanya ia tidak dapat lagi menahan diri. Ia harus melakukan sesuatu. Ia tak rela jika Friedrich mati begitu saja.     

"Friedrich... sebenarnya, mungkin ada yang bisa kita lakukan..." kata Sam dengan suara lirih. "Seharusnya aku menyimpan rahasia ini ke liang kubur, tetapi..."     

Friedrich menoleh ke arah Sam dengan ekspresi keheranan. Sudah begitu banyak dokter yang datang memeriksanya dan semuanya mengatakan hal yang sama. Belum ada obat dan perawatan untuk menyembuhkan Lewy Body Dementia.      

Rahasia apa gerangan yang dapat membuatnya sembuh dari penyakit mengerikan itu?     

Tanpa sadar Sam menoleh ke kanan dan ke kiri seolah takut kalau dinding di sekitarnya bisa mendengar. Ia lalu menarik tangan Friedrich untuk duduk di kursi. Setelah menarik napas panjang, barulah Sam menceritakan semua yang diketahuinya.     

Friedrich mendengarkan penjelasan Sam dengan sepasang mata membulat sangat besar. Rasanya sangat sulit dipercaya! Friedrich sangat mirip dengan Sam. Ia juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Sehingga informasi yang didengarnya hari ini benar-benar membuatnya terguncang.     

Kalau bukan Sam yang menceritakannya, maka Friedrich tidak akan percaya.     

"Apakah.. menurutmu, mereka akan mau memberikan pengecualian?" tanya Friedrich pelan. Tiba-tiba saja di dadanya seolah timbul harapan.      

Kalau memang kaum alchemist itu ada, dan mereka sungguh-sungguh memiliki ramuan keabadian yang dapat membuat manusia terbebas dari segala penyakit dan kelemahan... dan hidup abadi, maka ramuan keabadian itu akan menjadi satu-satunya harapan Friedrich untuk tetap hidup.     

Sam menggeleng mendengar pertanyaan Friedrich. Sesungguhnya, ia tidak tahu apakah Caspar akan bersedia memberikan ramuan keabadian itu kepada pemuda ini. Friedrich tidak memiliki hubungan apa pun dengan seorang gadis alchemist.     

"Aku... bisa meminta kepadanya dan memohon.. agar ia memberimu pengecualian, tetapi aku rasa kemungkinannya kecil sekali," kata Sam. Ketika ia melihat ekspresi kecewa Friedrich, ia buru-buru menambahkan. "Aku bisa mencoba. Aku akan menemui Tuan Schneider dan memohon kepadanya."     

Sam memenuhi janjinya. Ia mencoba menghubungi Caspar Schneider melalui Stanis Van Der Ven dan memohon untuk diizinkan bertemu. Saat itu, Caspar telah mengundurkan diri dari bisnisnya dan dunia ramai. Ia memilih untuk tinggal dan hidup damai bersama istri dan anak-anaknya di New Zealand dan Jerman.      

Ketika itu keluarganya telah dikaruniai tiga orang anak. Dua lelaki dan satu perempuan. Sangat sulit bagi Sam untuk dapat menemuinya. Ketika akhirnya ia berhasil mendatangi Caspar di Jerman, Sam harus menelan kekecewaan. Ia berusaha meminta Caspar memberi pengecualian untuk pemuda yang dianggapnya sebagai anaknya sendiri itu, tetapi ia terpaksa harus menelan kekecewaan.     

Caspar sangat menyesalkan peristiwa yang menimpa kenalan Sam Atlas tersebut, tetapi ia harus bersikap adil dan tidak dapat memberikan ramuan keabadian kepada seseorang hanya karena orang tersebut sedang sakit parah.     

"Sam.. kaum kami memiliki peraturan dan aku tidak bisa membengkokkan aturan seenaknya," kata Caspar dengan nada suara menyesal. "Aku mengerti, kau sangat memperhatikan anak itu. Tetapi aku tidak bisa memberikan ramuan keabadian kepada orang yang tidak seharusnya menerimanya. Kalau sekali saja aku melanggar aturan dan memberikannya kepada orang di luar kaum kami.. maka semua orang akan mendatangiku dan meminta ramuan ini untuk kenalan mereka. Maka.. tidak akan ada habisnya."     

Sam terdiam. Ia tahu bahwa ia tidak dapat memaksa Caspar. Sang ketua klan sudah berkenan menemuinya saja sudah merupakan hal yang harus ia syukuri. Pria itu bahkan tidak membahas betapa Sam telah mengingkari janjinya dengan memberi tahu rahasia kaum Alchemist ini kepada orang lain.     

"Hmm.. baiklah," akhirnya Sam mengangguk. "Sungguh tidak ada jalan lain?"      

Caspar tersenyum sedikit, "Kau tahu kami hanya memberikan ramuan ini kepada orang luar jika mereka menikah dengan anggota klan. Kurasa kenalanmu itu tidak dapat menjalin hubungan dengan seorang gadis Alchemist dalam waktu yang demikian singkat ya...."     

Sam tersenyum kecut. Ia tahu hal itu sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi.     

Ia merasa sangat sedih, karena harapan terakhirnya ternyata gagal. Ia kembali ke Seattle dengan perasaan duka yang bertambah dalam.     

Kedukaan Sam Atlas kemudian membuatnya jatuh sakit, dan ia meninggal karena serangan jantung beberapa minggu kemudian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.