Hari Pertama Hannah
Hari Pertama Hannah
"Sarapan?" tanya Hannah dengan penuh semangat.
"Terima kasih." Friedrich mengangguk. Ia duduk di kursi makan dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dan Hannah. "Kau bangun jam berapa?"
"Jam enam pagi. Aku tidak mau terlambat untuk hari pertama bekerja," kata Hannah.
Friedrich mengangguk. Ia benar-benar terkesan. Walaupun pekerjaan Hannah hanyalah menjadi seorang pelayan kantin, gadis itu tetap berusaha tampil rapi dan penuh semangat. Ia sangat sulit mempercayai bahwa gadis cantik ini adalah seorang putri.
Karl turun dari kamarnya dan ikut sarapan bersama mereka. Setelah selesai makan dan bersiap-siap, Ketiganya masuk ke mobil dan berangkat. Karl diturunkan di halte bus terdekat karena ia akan naik bus ke sekolah, sementara Hannah ikut Friedrich hingga ke jalan Washington Grove dan turun di taman satu blok dari kantornya.
Setelah mobil Friedrich menghilang, Hannah segera merapikan diri dan berjalan menuju ke kantor Atlas X. Ia hanya perlu berjalan lurus satu blok dan kemudian belok kiri. Ini olahraga yang baik untukku, pikir Hannah.
Setibanya ia di gedung besar nan megah yang menjadi kantor Atlas X, Hannah segera menemui resepsionis yang membawanya bertemu Lisa, manajer HRD yang mengajaknya bicara sedikit dan kemudian memperkenalkannya kepada supervisor kantin yang bernama Memi.
Memi adalah seorang wanita keturunan Meksiko bertubuh gemuk yang tampaknya sangat suka makan enak. Wajahnya berseri-seri dan dan sikapnya sangat ramah. Ia menerima Hannah dan berjanji akan memperlakukan karyawan pengganti ini dengan baik.
"Ahh.. aku tidak menyangka karyawan sementara pengganti Maria ternyata sangat cantik. Kenapa kau melakukan pekerjaan seperti ini?" tanya Memi setelah Lisa meninggalkan mereka.
"Memangnya kenapa?" tanya Hannah sambil tersenyum. Ia tahu pertanyaan seperti ini akan sering didengarnya dari orang-orang yang menganggap ia tampak tidak cocok bekerja sebagai pelayan kantin.
"Hmm.. ya, maksudku, kau tidak terlihat seperti gadis yang membutuhkan pekerjaan," jawab Memi dengan jujur.
"Sayangnya aku memang benar-benar membutuhkan pekerjaan," kata Hannah sambil menghela napas. "Aku membutuhkan uang untuk membayar sewa apartemen dan biaya hidup lainnya. Saat ini aku sedang menumpang di rumah teman."
"Oh, ya? Wahhh.. maaf, kalau aku membuatmu tersinggung," kata Memi buru-buru. Ia menyesali kata-katanya barusan. Memang Hannah terlihat cantik dan berkelas, tetapi semua orang tentu membutuhkan uang, dan ia tidak boleh menilai buku hanya dari sampulnya.
"Tidak apa-apa, Memi. Aku senang sekali bisa bekerja di sini membantumu."
"Ahh.. aku yang senang karena ada teman baru. Orang yang kau gantikan, Maria, ia akan diam di rumah selama tiga bulan untuk mengurus bayinya yang baru lahir. Setidaknya kau akan memiliki pekerjaan selama tiga bulan ke depan."
"Aku senang mendengarnya," kata Hannah gembira.
Tiga bulan adalah waktu yang cukup luang baginya untuk menata hidup dan kemudian mencari pekerjaan baru. Dengan bantuan Friedrich untuk memberinya identitas baru, Hannah merasa optimis ia akan dapat hidup dengan baik.
***
Tugas Hannah di kantin cukup beragam. Ia harus membersihkan area kantin dan tempat makan, menyiapkan dan mencuci semua peralatan makan, dan melayani para pengunjung kantin yang hendak makan siang maupun mampir untuk coffee break dan tea break.
Tugasnya seolah tanpa henti dan sangat menyibukkan. Di kantin sendiri ada total 6 pegawai dan semuanya sibuk bekerja. Walaupun Hannah sangat suka bekerja di dapur untuk memasak, ia tidak terbiasa bekerja kasar dengan tangan dan dalam waktu tidak terlalu lama, tangannya yang halus menjadi lecet karena mencuci begitu banyak piring.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Memi saat melihat Hannah terdiam di depan bak cuci piring sambil menatap tangan kanannya yang lecet. Gadis itu menoleh dan menggeleng sambil tersenyum.
"Aku tidak apa-apa, Memi. Hanya belum terbiasa dengan deterjen yang seperti ini," katanya berbohong.
"Tidak apa-apa kalau begitu. Kau berdiri di depan saja. Biarkan aku yang mencuci piringnya," kata Memi sambil menghalau Hannah ke arah konter depan.
Jam makan siang sudah hampir tiba dan satu persatu karyawan Atlas X mulai berdatangan untuk mengambil makanan. Kantin akan segera mengalami jam tersibuk di sepanjang hari ini.
Di konter depan ada Miguel yang menyiapkan minuman untuk tamu. Memi menyuruh Miguel beralih ke makanan sementara Hannah yang mengurusi minuman.
"Kau berikan contoh dulu kepada Hannah bagaimana ia bisa menyajikan makanan, agar ia belajar. Sementara ini biar Hannah saja yang membuatkan minuman," kata Memi.
"Baik, Memi," kata Miguel. Ia segera memberi petunjuk kepada Hannah bagaimana mengoperasikan mesin pembuat minuman sementara ia melayani para tamu yang mulai berbaris dan memesan makanan.
Hannah memberikan minuman yang diminta setiap tamu sambil tersenyum ramah, dengan tidak lupa memperhatikan cara Miguel bekerja melayani tamu yang memesan makanan. Pria itu bekerja sangat cepat dan efisien.
Ia mencatat setiap pesanan dengan baik, berkoordinasi dengan dapur untuk menyiapkan masakan yang diinginkan tamu dan menyendokkan semua makanan siap saji yang diminta. Semuanya selesai dalam waktu satu menit.
Nanti, masakan segar yang baru dibuat koki akan diantar ke meja si pemesan jika mereka adalah petinggi di perusahaan. Untuk karyawan biasa, mereka akan diberi tahu bahwa pesanan mereka sudah siap dengan tombol getar yang mereka terima saat memesan makanan.
Hannah banyak belajar di hari pertamanya bekerja, dan banyak mengalami lecet pada tangannya. Gadis itu sama sekali tidak pernah bekerja kasar dan mengalami kesulitan untuk bekerja cepat.
Untunglah Memi, supervisornya dan teman-teman kerjanya tidak jahat dan berusaha membantunya. Tidak ada yang nyinyir dan mempersoalkan kelambatan kerja Hannah.
[Kau sudah tahu jalan pulang? Aku masih ada rapat di luar dan tidak bisa menjemputmu.]
Ketika Hannah berhenti sejenak untuk beristirahat dan mengobati lecet di tangannya, ia menerima SMS dari Friedrich. Ia merasa agak lega menerima pesan tersebut. Tadinya ia kuatir karena tidak melihat Friedrich di kantin sama sekali dan mengira pemuda itu terlalu sibuk bekerja dan melupakan makan siangnya.
Ah, pantas saja Friedrich tidak ada di sini, pikir gadis itu, ternyata ia sedang menghadiri rapat di luar.
Diam-diam Hannah merasa tambah terkesan akan Friedrich. Pemuda itu sungguh luar biasa. Di usianya yang masih demikian muda, ia telah memiliki jabatan yang sangat bergengsi di perusahaan aviasi terkemuka ini. Ia juga memiliki rumah dan kekayaan yang cukup. Selain itu semua, ia adalah seorang genius dan kakak yang sangat baik kepada adiknya.
[Aku bisa pulang sendiri. Terima kasih tadi sudah membawaku bersamamu. Kau jangan lupa makan siang walaupun sangat sibuk. Karl bilang kau pernah sakit maag.]
Friedrich tersenyum tipis saat membaca SMS dari Hannah. Sebelumnya, ia tidak pernah peduli apakah ia makan siang atau tidak. Tetapi rupanya saat ada orang yang menguatirkan dirinya sudah makan siang atau belum, terasa menyenangkan.
Dadanya diliputi perasaan hangat saat ia membalas SMS gadis itu.
[Aku tidak akan lupa makan siang.]
***
Hari pertama Hannah bekerja berjalan dengan baik. Tubuhnya sangat lelah tetapi ia tidak patah semangat.
Ini seperti olahraga, katanya kepada diri sendiri. Saat pertama kali melakukannya, ia akan merasa pegal-pegal karena tubuhnya perlu menyesuaikan diri. Tetapi, setelah terbiasa, ia akan dapat melakukannya dengan baik.
Setelah selesai bekerja dan membereskan kantin, Hannah segera berjalan keluar bersama Memi menuju halte bus. Ia sudah mempelajari rute pulang dan ia hanya perlu berganti bus satu kali sebelum bisa tiba di daerah bukit tempat rumah Friedrich berada.
"Kau tinggal di mana sekarang?" tanya Memi. Ketika Hannah menyebutkan alamat rumah Friedrich, wanita separuh baya itu mengerutkan keningnya keheranan. "Itu kan daerah orang kaya... Apakah temanmu tempat kau menumpang itu orang kaya?"
Hannah mengangguk. "Benar."
"Ohh.. apakah temanmu itu laki-laki atau perempuan?" tanya Memi sambil tersenyum lebar. Wajahnya tampak penuh rasa ingin tahu dan keinginan bergosip.
"Uhm... laki-laki, Memi. Memangnya kenapa?"
"Ahh.. apakah dia tidak mempunyai perasaan suka kepadamu? Kau ini kan sangat cantik. Aku tidak yakin laki-laki dan perempuan bisa berteman biasa. Kenapa kau tidak menikah saja dengannya dan tidak perlu bekerja berat seperti ini?"
Hannah hanya bisa batuk-batuk mendengar kata-kata Memi. Menikah? Ia masih sangat muda. Friedrich juga. Menurut Harley, pria itu sebentar lagi merayakan ulang tahunnya yang ke-21. Bahkan di Amerika ia belum dianggap sebagai orang yang cukup dewasa untuk minum-minuman beralkohol. Haha.
Hannah memang sangat menyukai Friedrich... tetapi apakah Friedrich memiliki perasaan yang sama kepadanya? Hannah sama sekali tidak tahu.
Selama lebih dari dua minggu ini mereka tinggal bersama, interaksi mereka sangat platonik. Lagipula selalu ada Karl di antara mereka. Friedrich tidak pernah menunjukkan sikap yang berbeda kepadanya.
Hannah adalah seorang gadis yang sangat menarik. Walaupun ia sudah bertunangan dengan Valentino sejak kecil, ia telah bertemu begitu banyak lelaki lain, baik bangsawan maupun orang lain dari kalangan atas selama hidupnya. Kebanyakan lelaki yang bertemu Hannah dan tertarik kepadanya akan menunjukkan ketertarikan mereka secara jelas. Namun, tidak demikian halnya dengan Friedrich.
Ahh... apalah aku ini, pikir Hannah sambil menarik napas panjang. Ia melihat penampilannya yang sederhana dan tangannya yang lecet sehabis bekerja kasar di kantin.
Sekarang ia bukan lagi seorang gadis bangsawan, putri raja, melainkan gadis biasa yang miskin. Ia bahkan tidak lulus kuliah, sementara Friedrich adalah seorang genius yang memiliki banyak gelar, pekerjaan yang bagus, dan ia sangat dihormati di industrinya.
Hannah hanya bisa menggeleng dan tersenyum kecut. "Kurasa dia tidak menyukaiku, Memi. Ah, aku harus bersikap realistis."