The Alchemists: Cinta Abadi

Omelan Sarah



Omelan Sarah

Siang itu Alaric memutuskan untuk mendatangi kantor cabang RMI di Almstad. Ia tidak memberi pengumuman apa pun dan hanya melangkah masuk ke lobi. Petugas resepsionis yang menemuinya segera menghadang Alaric dan menanyakan keperluannya.     

"Selamat siang, Tuan. Selamat datang di kantor RMI cabang Moravia," sapa sang petugas dengan penuh hormat. "Anda mau bertemu siapa?"     

"Selamat siang," kata Alaric tanpa tersenyum. "Aku adalah asisten Tuan Mischa Rhionen yang baru. Ia memintaku datang ke kantornya di sini untuk mengumpulkan berkas-berkas."     

Sang petugas resepsionis menatap Alaric dengan pandangan takjub. Ia tidak heran mengetahui Mischa memiliki asisten yang begini mengesankan. Asistennya sebelum ini juga luar biasa menarik. Fee memiliki wajah cantik seperti peri dan tubuh indah layaknya supermodel. Maka tidak heran, jika asisten Mischa yang baru, pengganti Fee, juga memiliki penampilan yang rupawan.     

"Mohon maaf, saya harus mengkonfirmasi ini dulu kepada Tuan Mischa Rhionen. Saya tidak dapat membiarkan orang asing masuk begitu saja," kata sang petugas. "Anda tahu, ini adalah protokol standar untuk menerima tamu di sini."     

"Tentu saja. Itu bisa dimengerti," kata Alaric. Ia menyerahkan ponselnya kepada sang resepsionis. "Ini nomor telepon Mischa, kau bisa menanyakan sendiri. Ia akan mengonfirmasi identitasku dan tujuanku datang kemari."     

"Oh, baiklah, Tuan."     

Dengan ragu-ragu sang petugas menerima ponsel Alaric dan bicara kepada orang di ujung telepon. Wajahnya seketika dipenuhi rasa kaget saat ia benar-benar mendengar suara Mischa di telepon. Dengan penuh hormat ia mendengarkan ucapan sang pimpinan dan mengangguk berkali-kali.     

Setelah ia selesai mendengarkan ucapan Mischa, sang petugas menyerahkan ponsel Alaric kembali kepada empunya dan membungkuk hormat.     

"Terima kash, Tuan. Barusan Tuan Rhionen sudah mengonfirmasi semuanya. Silakan ikut saya. Saya akan mengantar Anda ke atas," ucapnya.     

Sang petugas mengangkat tangannya dan memberi tanda agar Alaric ikut dengannya menuju ke lift. Saat itu, di depan lift ada seorang gadis cantik berambut ikal keemasan yang sedari tadi memperhatikan Alaric dan tampak gembira karena sang pria rupawan ternyata naik lift yang sama.     

"Selamat siang, Anda tamu di RMI? Mau bertemu siapa?" tanya Sarah dengan suara sangat ramah. Alaric mengangkat sebelah alisnya dan menatap gadis itu sekilas.     

"Aku hendak bertemu Direktur HRD untuk mengurusi sesuatu bagi Tuan Mischa Rhionen," jawab Alaric.     

Wajah Sarah seketika tampak menjadi cerah dan matanya berbinar-binar.      

"Ahh.. kebetulan sekali. Aku adalah asisten Direktur HRD." Sarah mengulurkan tangannya mengajak Alaric bersalaman. "Namaku Sarah."     

Alaric tidak menggubris tangan Sarah dan malah melipat kedua tangannya di depan dada. Tindakannya itu membuat Sarah tertegun dan kemudian tersinggung. Ia belum pernah ditolak seperti ini untuk bersalaman oleh pria mana pun!     

Ia adalah wanita yang sangat cantik dan ada begitu banyak lelaki yang akan sangat gembira jika Sarah mengulurkan tangannya kepada mereka...     

Sarah menggigit bibirnya dan berusaha untuk menahan diri agar tidak kelihatan tersinggung.     

"Aku tidak suka disentuh," kata Alaric. "Tidak ada hubungannya denganmu."     

"Ahh..." Seketika kekesalan Sarah menghilang saat ia mendengar Alaric meminta maaf karena tidak membalas jabatan tangannya. Gadis itu buru-buru tertawa. "Ahh... tidak apa-apa, kok. Aku tidak tersinggung."     

"Hmm."     

Sarah merasa terpesona oleh lelaki tampan yang baru dilihatnya itu. Ia memberi tanda kepada petugas resepsionis untuk kembali ke mejanya karena Sarah sendiri yang akan menemani sang tamu untuk bertemu Sam, sang Direktur HRD.     

"Louis, kau bisa kembali ke tempatmu. Biar aku saja yang menemani tamu kita untuk bertemu Pak Sam," kata gadis itu sambil tersenyum manis sekali. "Aku memang mau sekalian bertemu bosku."     

Wajah Louis tampak penuh terima kasih. Ia mengangguk kepada keduanya. "Oh, terima kasih banyak, Nona Sarah. Beliau ini adalah asisten Tuan Mischa Rhionen. Ia hendak mengambil beberapa berkas. Mohon Anda membantunya."     

Kening Sarah berkerut saat mendengar kata-kata Louis.      

Asisten? Ia bersikap ramah hanya kepada seorang asisten?     

Ia memperhatikan Alaric dengan pandangan penuh menyelidik dan bibir mengerucut. Ia tak dapat memutuskan apakah ia akan tetap menebar pesona kepada laki-laki tampan ini atau tidak.     

Tadinya Sarah mengira Alaric adalah seorang tamu penting, minimal ia adalah orang yang memiliki jabatan tinggi dari kantor RMI Pusat atau rekan kerja Mischa. Tetapi ternyata... ia hanya seorang asisten?     

Hmm... masuk akal sih, pikirnya. Alaric terlihat sangat muda. Kalaupun ia bekerja setelah lulus kuliah, kemungkinan ia baru beberapa tahun bekerja di RMI dan masih meniti karier. Lagipula, menjadi asisten seorang Mischa Rhionen tidaklah buruk. Ia memiliki akses langsung kepada bos besar.     

Akhirnya setelah berpikir untung ruginya, Sarah memutuskan untuk tetap bersikap ramah kepada Alaric. Wajahnya kembali tersenyum.     

Pintu lift telah menutup dan ia memencet tombol ke lantai 30.     

"Selamat datang di kantor RMI Cabang Almstad," kata Sarah dengan suara merdunya. "Apakah kau asisten baru Tuan Rhionen, pengganti Fee?"     

Alaric mengangguk. "Benar."     

"Oh..." Sarah menggeleng-geleng. "Gadis itu berhenti begitu saja setelah ia berhasil memikat Pangeran Renald di pesta tahun baru istana. Ck ck.. bahkan berterima kasih saja tidak. Padahal jelas-jelas, RMI-lah yang berjasa membuat nasibnya berubah menjadi demikian beruntung."     

Alaric menoleh keheranan dan mengangkat sebelah alisnya. "Apa maksudmu?"     

"Oh, kau tidak tahu ya? Baru-baru ini, Fee itu membuat heboh seluruh Moravia karena beredar foto-fotonya sedang berlibur di Bali bersama Pangeran Renald Hanenberg, pangeran putra mahkota kerajaan Moravia. Malah ada sebagian orang yang mengatakan mereka telah menikah diam-diam dan ke Bali itu dalam rangka bulan madu," tukas Sarah. Lift telah tiba di lantai 30 dan pintunya segera terbuka.     

"Fee bisa begitu beruntung bertemu langsung dengan Pangeran Renald karena Tuan Mischa mengajaknya ke pesta tahun baru istana. RMI selalu mendapatkan undangan dan akhir tahun lalu Tuan Mischa sedang di sini sehingga ia memutuskan untuk hadir dan mengajak asistennya itu. Bisa dibilang, RMI-lah yang berjasa mengubah hidup Fee. Di pesta itu, Fee berkesempatan untuk bertemu Pangeran Renald. Ia berhasil memikat Pangeran dan kurasa mereka menghabiskan malam bersama, karena ia sama sekali tidak kembali ke meja kami. Ia bahkan meninggalkan ponsel dan tasnya. Bayangkan?"     

Alaric hanya mengangkat bahu. "Lalu?"     

"Ia sama sekali tidak kembali bekerja sejak saat itu. Ia bahkan tidak mengirimkan surat permohonan cuti, berhenti kerja, ataupun permintaan maaf. Kami di HRD benar-benar dibuat pusing olehnya," omel Sarah.     

Ia memberi tanda agar Alaric berjalan mengikutinya menyusuri lorong untuk menuju ke kantor Sam. Di sepanjang jalan tampak para karyawan di kubikel yang mereka lewati mengangkat wajahnya dan memperhatikan baik-baik siapa tamu yang datang.     

Mereka samar-samar mendengar suara renyah Sarah bicara kepada lelaki itu tentang Fee yang sempat membuat heboh kantor mereka. Ketika para karyawan melihat laki-laki yang berjalan bersama Sarah, hampir semuanya menoleh dua kali karena penampilan lelaki itu benar-benar unik.      

Ia mengingatkan mereka pada ciri-ciri pemilik grup perusahaan RMI yang kini pasti sudah sangat tua. Apakah lelaki ini ada hubungan keluarga dengan Elios Linden?     

Rupanya hanya Sarah yang sama sekali tidak memikirkan kemiripan laki-laki yang berjalan di sampingnya ini dengan Elios Linden, karena sejak awal ia sudah diperkenalkan sebagai asisten Mischa Rhionen. Karenanya Sarah terus berceloteh dan mengomeli Fee yang dianggapnya genit dan bukan kayawan yang baik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.