The Alchemists: Cinta Abadi

Akhir Amelia



Akhir Amelia

Amelia mengerucutkan bibirnya dengan air mata masih beruraian.     

"Kalau kau tega kepadaku, aku akan membongkar semuanya kepada raja dan ratu Moravia," kata Amelia. "Aku tidak mengira begini balasanmu kepadaku setelah selama ini aku membantumu dan setia kepadamu."     

"Tidak, Amelia. Ini balasanku setelah kau membunuh anak-anakku," kata Ren. "Kau telah melanggar batas dan aku tidak dapat membiarkanmu begitu saja."     

"Kalau kau berani melukaiku, semua orang akan tahu siapa kau sebenarnya," kata Amelia. Ia mengebaskan lengan Ren dan bangkit berdiri. Tangannya mengeluarkan pistol dari tasnya dan berdiri dengan sikap mengancam. "Kau jangan memaksaku menggunakan pistol ini."     

"Kau pikir apa yang dapat kau lakukan?" tanya Ren dengan wajah masam. "Kau pikir kalau kau pergi dari sini, kau akan dapat menghindar dariku selamanya? Kau tahu apa yang dapat kulakukan kepadamu dan seisi keluargamu?"     

Amelia menggigit bibirnya dengan kalut. Ia tidak dapat membayangkan Ren akan begitu tega membunuh ayah dan ibunya, yang selama bertahun-tahun ikut merawat dan membesarkan Ren setelah ibunya meninggal. Tetapi ia tahu pasti apa yang dapat dilakukan Ren atau Skia.     

Ia berhasil dengan tidak terlacak menculik anak perempuan Alaric Rhionen dan tidak meninggalkan sedikit pun jejak selama bertahun-tahun. Ren dapat melakukan apa pun yang ia inginkan dengan mudah kepada keluarga Genevieve.     

"Ren... kumohon, maafkan aku. Lepaskan aku dan keluargaku. Aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi, dan aku akan menutup mulutku..." Amelia memohon.     

Ren sama sekali tidak terpengaruh oleh air mata Amelia. Ia mendengus ketus mendengar permohonan gadis itu. "Ketika istriku memohon kepadamu untuk melepaskannya, membiarkan anak-anak kami.. apakah kau mengabulkan permintaannya?"     

Suaranya terdengar sedingin es.     

"Ren.. kumohon.... Aku khilaf. Aku dibutakan oleh rasa cemburuku kepadanya," tangis Amelia. "Kau benar... Aku cemburu kepadanya karena ia mengandung anakmu. Dia akan memiliki ikatan selamanya denganmu kalau anak itu lahir, maka aku menjadi gelap mata.... Sungguh, aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Itu adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Aku mengira kau tidak menginginkan anak itu..."     

"Seharusnya aku menuruti permintaan Vega dan mengusirmu sejak lama. Aku terlalu lunak kepadamu hanya karena hubungan kita di masa lalu. Kau tidak tahu diuntung," tukas Ren.     

Ren berdiri dan berjalan mendekati Amelia dengan sikap mengancam. Gadis itu berjalan mundur ketakutan dan tangannya mengacungkan pistol di tangannya.     

"Ren... kumohon, jangan memaksaku menggunakan pistol ini..." bisik gadis itu di antara isak tangisnya. "Aku tak ingin membunuhmu... Aku mencintaimu, aku tak mungkin menyakitimu..."     

"Tapi Amelia... kau telah membunuh separuh jiwaku saat kau dengan darah dingin membunuh anak-anakku..." Suara dingin Ren berubah menjadi sedih. Ia terus berjalan mendekat dan Amelia kembali berjalan mundur. "Kalau cinta membuatmu membunuh dan menyakiti hatiku, aku tidak menginginkan cintamu."     

Amelia menjadi semakin tersudut. "Aku akan meminta maaf kepada Fee... Aku akan menebus kesalahanku..."     

"Apakah permintaan maafmu dapat menghidupkan kembali anak-anak kami?" tanya Ren dingin.     

Amelia menggeleng-geleng.     

"Ti-tidak... tetapi.. tetapi... kau bisa memperoleh anak lagi..." Gadis itu mengangkat tangannya dan bersiap menarik pelatuk. "Kumohon berhenti mendekat dan biarkan aku pergi... Kalau tidak aku akan terpaksa menembakmu..."     

Ren tidak mempedulikan kata-kata Amelia terus berjalan mendekati gadis itu, dan langkahnya semakin lama semakin cepat.     

"Jangan Ren... Jangan mendekat. Nanti... Aaaahhh!!!"     

Amelia yang ketakutan memejamkan matanya dan spontan menarik pelatuk pistolnya. Terdengar bunyi tembakan dua kali di udara diiringi jeritan histeris Amelia dan kemudian semua menjadi hening.     

Ren meraba perutnya yang tertembak dan wajahnya seketika memucat seiring dengan darah yang merembes deras dari pakaiannya. Ia berjalan terhuyung-huyung ke sofa dan duduk sambil memegangi perutnya yang berlumuran darah.     

"John... panggil polisi sekarang," katanya dengan suara lemah.     

John yang tiba tepat waktu, masih berdiri di tempatnya seperti patung dengan pistol teracung.     

"Baik, Tuan," jawab John dengan patuh. Ia segera meletakkan pistolnya di meja dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon kantor polisi, lalu Rumah Sakit Almstad Internasional untuk mengirimkan ambulans.     

Setelah selesai menelepon ia segera menghampiri Ren dan berusaha memeriksa lukanya.     

"Aku tidak apa-apa. Aku sudah menaruh obat di tehnya sehingga tangannya gemetar saat menembak. Ini hanya luka ringan," kata Ren. Ia menoleh ke arah tubuh Amelia yang terbaring di lantai dengan darah menggenang di kepalanya. Wajahnya tampak sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apa pun. "Tembakanmu masih jitu seperti biasanya."     

"Terima kasih, Tuan. Saya selalu berlatih," kata John.     

"Siapkan semua rekaman kamera yang ada di ruangan ini dan berikan kepada polisi sebagai bukti. Mereka akan dapat melihat bahwa Amelia yang berusaha membunuhku dan kau hanya membelaku dari kegilaan Amelia."     

"Baik, Tuan," John mengangguk patuh.     

Tidak lama kemudian mobil ambulans dan polisi datang untuk mengurusi laporan penembakan tersebut.     

Ren segera dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi dan mengeluarkan peluru dari perutnya, sementara John bekerja sama dengan polisi untuk memberikan informasi kronologi peristiwa yang terjadi.     

"Nona Amelia adalah sekretaris pribadi Pangeran Renald, dan sepertinya Nona Amelia menyimpan perasaan suka kepada Pangeran," kata John memberikan keterangan kepada polisi pertama yang mewawancarainya.     

"Apakah Nona Amelia kemari karena diundang oleh Pangeran Renald?" tanya sang polisi dengan penuh perhatian sambil membuat beberapa catatan singkat di notesnya.     

"Benar. Kurasa Pangeran ingin memecat Nona Amelia," kata John. "Pangeran tidak ingin lagi bekerja dekat dengannya, dan kurasa, hal itu membuat Nona Amelia menjadi marah. Ia mengeluarkan pistolnya dan mengancam Tuan."     

Kedua polisi yang sedang menginterogasi John itu saling pandang. Mrreka sudah mendengar berbagai gosip tentang hubungan antara Pangeran Renald dan Lady Amelia Genevieve. Bahkan akhir tahun lalu mereka digosipkan akan dijodohkan oleh pihak istana, sebelum Pangeran Renald menghilang.     

Kini, tiba-tiba saja muncul gosip baru bahwa sang pangeran ternyata sudah menikah dengan wanita lain yang bukan Amelia. Kedua polisi itu dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa ini adalah kejahatan akibat rasa cemburu.     

Mereka juga telah mempelajari berbagai rekaman kamera CCTV yang ada di penthouse dan melihat detik-detik ketika Amelia berjalan mundur karena terus didatangi Ren, sebelum kemudian gadis itu dengan kalut telah menembak sang pangeran.     

"Sepertinya Lady Amelia cemburu karena Pangeran Renald ternyata sudah menikah dengan wanita lain. Karena Lady Amelia ingin membalas dendam, maka ia pun menyerang pangeran..." kata seorang polisi sambil meneliti berkas-berkas yang berhasil dikumpalkan     

"Sepertinya kau benar," kata temannya sambil mengamati sosok Amelia yang masih terkapar di lantai dengan luka besar menganga di kepalanya. Wajah cantik Amelia kini terlihat sangat mengerikan dan hampir tidak dikenali. Ia tewas dengan satu luka tembakan di belakang kepalanya.     

"Gadis yang malang," kata seorang petugas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dia masih sangat muda, tetapi terlalu teronbsesi kepada pangeran. Padahal di luar sana banyak laki-laki lain yang dengan senang hati akan menikahinya dan memanjakannya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.