The Alchemists: Cinta Abadi

Memeriksa Ingatan Vega



Memeriksa Ingatan Vega

Malam itu, akhirnya semua anggota keluarga berkumpul. Mereka makan malam bersama dengan hangat dan berbincang-bincang tentang kabar masing-masing. Sepanjang acara, Vega dan Ren sama-sama tampak terpesona.     

Mereka tidak mengira pada suatu hari mereka akan dikelilingi oleh banyak anggota keluarga yang begini hangat. Keduanya terbiasa dengan kehidupan yang sepi, dan selama 1,5 tahun terakhir, mereka hanya memiliki masing-masing.     

Ren menekan dadanya dengan perasaan sesak setelah makan malam selesai dan mereka bersantai di ruang keluarga dengan menikmati masing-masing segelas wine. Ia merasa iri pada kebersamaan yang dimiliki keluarga besar ini. Mengapa mereka begitu beruntung dan memiliki segalanya?     

Anak-anak yang masih kecil telah bermain bersama di pantai, sementara orang tua mereka bertukar kabar. Lauriel meminta Vega duduk bersamanya sementara ia menanyakan berbagai pertanyaan untuk memeriksa daya ingatnya.     

Alaric, Aleksis, Altair, dan Ren ikut duduk bersama mereka dan memperhatikan jalannya pemeriksaan. Altair dan kedua orang tuanya akan membantu mengonfirmasi apakah ingatan Vega akurat atau tidak, sementara Ren akan mengonfirmasi berbagai ingatan Vega setelah bersamanya.     

Hal ini membuat Ren sangat tertarik. Ia benar-benar ingin tahu bagaimana Lauriel akan memeriksa kondisi Vega.     

"Vega, sayang... duduk di sini. Aku akan bertanya macam-macam tentang dirimu. Kau bisa menjawab sesuai dengan apa yang kau pikirkan," kata Lauriel.     

"Baik, Kakek..." jawab Vega dengan patuh.     

"Apa benda yang paling kau sukai di dunia ini?" tanya Lauriel memulai pemeriksaannya.     

"Hmm.. aku menyukai tanaman," jawab Vega.     

Ren mengangguk tanpa sadar. Ia menyadari hal itu sejak pertama kali melihat Vega di Salzsee.     

"Apa yang sering kau lakukan kepada tanaman?"     

"Uhm.. aku senang merawat mereka dan menyanyi untuk mereka. Kurasa tanaman juga menyukaiku."     

Alaric dan Aleksis saling pandang. Mereka sungguh merindukan nyanyian anak perempuan mereka saat merawat tanaman di rumah mereka.      

Ahh.. ternyata, hingga kini Vega masih sering melakukannya.     

"Apakah tanaman tumbuh menjadi lebih sehat dan indah saat kau bernyanyi untuk mereka?"     

Vega mengerutkan keningnya dan mencoba mengingat-ingat.     

"Benar. Itu benar. Semua tanaman di rumahku menjadi lebih sehat dan indah setelah Vega datang..." jawab Ren tiba-tiba. "Dan mereka kembali seperti biasa setelah Vega pergi."     

"Oh..." Vega menoleh kepadanya dan menatap Ren dengan kening berkerut. "Benarkah?"     

Ren mengangguk. "Tanaman mawar di balik jendela kamar kita bahkan menjadi mati setelah kau tidak ada."     

Aleksis tersenyum lebar dan air mata tampak menggenang di sudut matanya. Ia ingat sekali, sedari kecil memang Vega memiliki kelebihan ini. Anak perempuannya seolah sangat menyatu dengan alam dan menyukai tanaman. Entah kenapa, ia juga mampu membawa suasana bahagia kemana pun ia pergi dan sepertinya itu mempengaruhi tanaman-tanaman di tempat yang mereka datangi.     

Sama seperti Altair yang dapat melihat suara, keunikan Vega ini dianggap orang tuanya sebagai bakat yang membuat anak-anak mereka menjadi istimewa.     

Lauriel mengambil buku dan pulpen lalu membuat beberapa catatan. "Coba kau pejamkan matamu dan pikirkan tempat paling indah yang pernah kau datangi..."     

Vega menuruti permintaan Lauriel. Ia memejamkan matanya dan membayangkan sesuatu.     

"Hmm.. kurasa, tempat paling indah yang pernah kudatangi adalah..." Wajahnya tampak tersipu-sipu. "Pantai di Bali saat aku bersama Ren dua hari yang lalu."     

Ren tertegun mendengar kata-kata Vega. Ia merasa tersentuh. Pantai Uluwatu tempatnya mengajak Vega berjalan-jalan waktu itu memang cantik, tetapi tentu tidak bisa dibandingkan dengan berbagai tempat indah lainnya yang pernah didatangi gads itu seumur hidupnya.     

Sebagai Vega Linden, keluarganya pasti telah membawa Vega ke berbagai tempat sangat indah yang tidak dapat dibayangkan orang biasa. Bahkan, Pulau F ini sangat bisa dibilang jauh lebih menarik dibandingkan Pantai Uluwatu.     

Mengapa Vega menganggap pantai di Bali itu sebagai tempat terindah yang pernah didatanginya?     

Apakah itu karena....     

Ren menyentuh tangan Vega dan meremasnya lembut.      

"Sebenarnya mungkin ada beberapa tempat lain yang lebih cantik, tetapi aku merasa Pantai di Bali itu sangat istimewa karena aku bersama Ren dan itu adalah pantai pertama yang kami kunjungi berdua sebagai orang biasa..."     

"Aku mengerti," kata Lauriel. Ia menuliskan catatan baru. "Pertanyaan berikutnya. Apakah kau ingat bagaimana orang tuamu bertemu?"     

Vega tersenyum lebar. "Aku ingat ayah mengatakan bahwa ibu mengejar-ngejarnya. Ayah beberapa kali menolak ibu, tetapi ibu dengan tidak kenal menyerah terus berusaha dan akhirnya berhasil meluluhkan hati ayah."     

Wajah Aleksis seketika memerah. Ia mencubit tangan suaminya dan mengomel. "Kenapa mesti itu yang kau ceritakan kepada anak-anak?"     

Alaric tertawa kecil dan mengusap pipi istrinya dengan penuh kasih sayang. "Karena itu adalah kebenaran."     

Ren memperhatikan interaksi pasangan itu. Ia baru menyadari bahwa Alaric yang dingin dan tampak agak kejam itu ternyata bisa bersikap demikian hangat kepada istri dan anak-anaknya. Ia menjadi tertarik saat mengetahui bahwa sebenarnya Aleksislah yang mengejar Alaric di masa lalu dan bukan sebaliknya.     

Apakah Aleksis juga yang membuat Alaric berubah? Ia ingat bahwa dulu Alaric sangat misterius, dingin, dan membenci manusia.      

Ia bahkan dengan tega menyatakan bahwa hanya manusia yang kuat, pandai, dan baik yang boleh dibiarkan hidup. Lewat Splitz di bawah Rhionen Industries, 31 tahun yang lalu ia membunuh begitu banyak orang dengan krisis psikologis yang dipicu oleh sistem di Splitz.     

Kecurigaan itu sempat menyeruak sebagai gosip dan menjadi pembahasan hangat di Darknet. Beberapa orang bahkan diam-diam hendak menyelidiki Alaric Rhionen dan Rhionen Industries untuk membuktikan percobaan keji itu. Namun, tidak ada yang berhasil membuktikan apa pun.      

Orang-orang yang terlibat dalam penyelidikan itu menghilang, menghentikan penyelidikan, dan bahkan ada yang mati secara misterius. Kemudian, tahu-tahu tidak ada lagi yang membahasnya.     

Rhionen Industries yang dikenal sebagai induk dari perusahaan penemu obat kanker lalu memiliki reputasi yang semakin baik dan semakin baik.     

Setelah 'kematian' Alaric Rhionen dan grup perusahaan itu bersatu dengan Meier Group menjadi Rhionen-Meier Industries, pengaruh dan kekayaan mereka semakin menggurita dengan berbagai proyek automasi yang sukses di berbagai belahan dunia.     

Kini, RMI sudah sama sekali berubah. Dan menurut penilaian Ren sendiri, mereka tidak lagi melakukan sedikit pun upaya untuk mengatur atau memusnahkan manusia yang dulu dianggap Alaric tidak pantas untuk hidup.     

Ren menatap Alaric dan bertanya-tanya, apakah memang pria kejam itu sudah berubah karena ia sekarang sudah memiliki keluarga yang sangat ia cintai.     

"Aku senang ibu tidak menyerah," kata Vega sambil tersenyum. "Kalau ibu menyerah, maka aku dan saudara-saudaraku tidak akan terlahir."     

Alaric mendeham. "Ayah juga senang ibumu tidak menyerah. Kalau ayah tidak menikah dengannya, ayah akan menjadi laki-laki paling malang di dunia."     

.     

>>>>>     

From The Author:     

Duh, saya masih sibuk banget dengan berbagai seminar kerjaan dan kemarin tepar. Utang bab saya banyak yaaa.. Duh, maapkeun. Pasti saya balas kok. Tenaaaang. Tunggu saya publish semuanya satu persatu yaa.. Terima kasihhh karena teman-teman sudah super bersabar. #muahhh     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.