The Alchemists: Cinta Abadi

Kedatangan Nicolae Dan London



Kedatangan Nicolae Dan London

Begitu Nicolae melihat sosok Vega yang dicarinya, wajahnya tampak berbinar gembira dan bibirnya segera mengembangkan senyum bahagia. Ia berlari dan menghambur ke arah gadis itu. Dalam sekejap mata, Vega telah diangkatnya ke udara dan diputar seperti waktu gadis itu masih kecil.     

"Anakku... Astaga, Vega... kau sudah kembali..." Air matanya menetes penuh haru saat Nicolae menatap Vega dalam gendongan tangannya lekat-lekat. Ia masih tak percaya pada pandangannya sendiri.     

Anak perempuannya yang menghilang hampir enam tahun, kini kembali dalam gendongannya. Kebahagiaan Nicolae tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Marie yang berjalan di belakangnya menggandeng bahu Summer yang menatap adegan itu dengan perasaan campur aduk.     

Ia tidak pernah dekat dengan Vega karena mereka hanya bertemu sebentar di Paris, sebelum Vega diculik. Sebaliknya dengan Altair. Summer sangat dekat dengannya karena mereka sering menghabiskan waktu bersama setelah Nicolae pindah ke Bucharest dan banyak menghabiskan waktu bersama keluarga Alaric.     

Summer juga tahu bahwa sebelum kehadirannya ke dunia ini, dan sebelum Nicolae mengetahui bahwa ia memiliki anak perempuan kandung, Vega adalah anak kesayangan ayahnya. Vega menganggap Nicolae sebagai ayahnya sendiri dan memanggilnya Papa.     

Ketika Vega menghilang, Nicolae benar-benar hancur hati. Ia sering menghabiskan waktu sendirian merenung dan mengenang Vega. Apalagi, ia merasa bahwa peristiwa penculikan yang menimpa Vega, sebagian adalah salahnya, karena ia yang meninggalkan gadis itu dan saudaranya demi bersama Marie dan Summer ke Grosseto dan menyiapkan pernikahannya.     

Selama bertahun-tahun, Summer tumbuh dengan melihat ayahnya menyimpan kesedihan dan rasa bersalah itu. Kini, tiba-tiba saja Vega yang menghilang telah kembali. Summer merasa bersalah karena diam-diam ia merasa cemburu, ayahnya tersayang kini tampak mencurahkan segenap kerinduannya kepada Vega.     

Ia tahu, seharusnya ia tidak boleh berpikir seperti itu. Bagaimanapun Vega pasti sangat menderita selama ia hidup terpisah dengan keluarganya.      

Ketika akhirnya Nicolae menurunkan kembali tubuh Vega ke lantai, ia memeluknya erat sekali, seolah ingin membalas ribuan pelukan yang tak dapat ia berikan selama bertahun-tahun.     

"Vega, sayang... bagaimana keadaanmu?" tanya Nicolae. Ia melepaskan Vega dari rangkulannya dan menatap wajah Vega dalam-dalam.     

Untuk sesaat Vega tertegun. Ia terpesona oleh wajah tampan dan sepasang mata biru teduh yang menatapnya dengan penuh kerinduan itu. Ia tidak tahu siapa pria ini, tetapi hatinya terasa begitu hangat dan dadanya dipenuhi rasa rindu yang mendalam, entah kenapa.     

Air mata perlahan menetes menuruni pipi Vega yang menatap Nicolae tanpa dapat mengenalinya.     

"A.. aku tidak ingat. Maafkan aku..." bisik gadis itu dengan nada suara putus asa dan malu.     

Ia ingin sekali mengingat Nicolae. Di lubuk hatinya, ia merasa bahwa laki-laki ini memiliki tempat istimewa di dalam hidupnya.      

Apakah ini ayah angkatnya? Mengapa ia merasa lebih dekat kepada ayah angkatnya daripada ayah kandungnya sendiri?     

"Tidak apa-apa, sayang..." kata Nicolae menenangkan. "Itu bukan salahmu. Papa sangat merindukanmu. Aku memikirkanmu setiap hari. Kami selalu mencarimu dan tidak pernah berhenti. Apakah kau baik-baik saja?"     

Vega mengangguk pelan. "Papa.. aku baik-baik saja. Uhm... maafkan aku yang belum bisa mengingat kalian semua."     

"Papa adalah seorang dokter. Kakekmu juga. Biar nanti kami memeriksa kesehatanmu dan mencari tahu cara terbaik untuk memulihkan ingatanmu." Ia menoleh ke arah Caspar. "Benar kan, Paman Caspar?"     

Caspar mengangguk. "Benar. Nanti, setelah Lauriel datang, kita akan membahasnya bersama. Ingatan Vega pasti akan dapat dipulihkan."     

"Benar. Aku ingat waktu itu Jean juga kehilangan ingatannya selama beberapa tahun dan Lauriel berhasil memulihkannya." Finland menambahkan.     

"Kapan ayahku akan tiba? Apakah ia sudah memberi kabar?" tanya Nicolae dengan tidak sabar.     

"Lauriel sudah hampir tiba. Malam ini kita semua akan berkumpul. Bahkan Jean dan Marion juga akan datang," kata Finland.     

"Oh.. syukurlah, Semuanya di sini." Nicolae mengangguk gembira. Setelah menguasai perasaannya dan mengusap matanya yang basah, ia lalu memperkenalkan istri dan anaknya kepada Vega. "Ini perkenalkan Bibi Marie, istri Papa dan Summer, anak Papa. Kalian pernah bertemu, tetapi tentu kau juga tidak ingat dengan mereka."     

Marie melangkah maju dan memeluk Vega dengan erat. Ia tersenyum lebar dan mengusap matanya yang juga berlinangan air mata. Ia telah menyaksikan bagaimana Nicolae berubah menjadi lelaki yang sedih selama beberapa tahun terakhir ini karena menghilangnya Vega.     

Ia sungguh merasa bersyukur karena akhirnya Vega berhasil ditemukan. Ia berharap kehadiran Vega kembali dapat membuat suaminya terhibur dan kembali menjadi seperti Nicolae yang dulu, hangat dan selalu membawa kebahagiaan.     

Setelah ibunya memeluk Vega, kini giliran Summer. Dengan malu-malu ia memperkenalkan dirinya.     

"Hallo, Kak Vega. Namaku Summer."     

"Oh, hallo, Summer. Kau cantik sekali," puji Vega sambil memeluk adik sepupunya. Ia tahu diri dan berusaha bersikap baik kepada Summer, untuk menunjukkan kepada anak perempuan berusia 12 tahun itu bahwa Vega tidak berniat mengambil ayahnya.     

"Heii.. Vega. Paman senang sekali akhirnya kau kembali." London kemudian mengambil giliran untuk memeluk Vega setelah Summer melepaskan diri. Ia menghalau L dan Lily untuk sama-sama menghampiri keponakannya yang baru pulang itu. "Ini Bibi L, istri paman, dan Lily, sepupumu."     

Vega tersenyum lebar saat melihat L. Ia mengembangkan tangannya memeluk sang artis dan memujinya. "Ahhh... Bibi! Aku menonton penampilan Bibi di pesta tahun baru di istana Moravia... Sayang sekali waktu itu aku tidak tahu kau adalah bibiku."     

"Ahh.. aku juga. Sayang sekali kita tidak bertemu..." kata L dengan nada penuh penyesalan. "Padahal waktu itu kita sudah begitu dekat."     

"Tidak apa-apa, yang penting sekarang kita sudah bertemu."     

"Selamat siang, Kak Vega... Namaku Lily Schneider," kata Lily yang mengulurkan tangannya untuk menyalami Vega.     

"Senang bertemu denganmu, Lily." Vega menyapa Lily dan kemudian memeluknya. Setelah itu ia memeluk London. "Hallo, Paman London."     

Ren memperhatikan adegan pertemuan demi pertemuan antara Vega dengan semua kerabatnya dan diam-diam ia merasa iri. Minggu lalu, ia dan Vega sama-sama merupakan yatim piatu, tetapi kini situasi mereka begitu berbeda, bagaikan bumi dan langit.     

Vega memiliki orang tua yang lengkap dan seluruh keluarga mereka kini berkumpul dan mencurahkan kasih sayang kepadanya. Orang tua Ren tidak akan pernah kembali. Sampai kapan pun, ia akan tetap menjadi yatim piatu.     

"Oh iya, Papa.. Paman, dan bibi... ini suamiku, Renald Hanenberg," kata Vega memperkenalkan Ren. Ia tidak pernah lupa untuk melibatkan suaminya dalam pertemuan dengan anggota keluarganya.     

London dan L mengangguk sedikit ke arah Ren sambil tersenyum.     

"Selamat siang, Pangeran Renald. Kami sudah melihat Anda di pesta istana," sapa London dengan ramah.     

Ren buru-buru melambaikan tangannya dan tersenyum. "Kumohon tidak usah bersikap formal kepadaku, Paman. Aku ini suami keponakanmu..."     

"Ah, baiklah kalau kau berkata begitu. Senang bertemu denganmu," kata London.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.