Membuka Rahasia
Membuka Rahasia
Satu persatu, anggota keluarga yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Caspar datang bersama Finland dan Rune dan mereka segera menghambur memeluk Vega bergantian. Gadis itu merasa sangat terkejut. Ia tidak mengenali siapa orang-orang rupawan dan muda yang tampak begitu bahagia melihatnya.
"Tidak apa-apa, nanti kau akan ingat kembali," kata Finland menenangkan. Ia menoleh ke arah Aleksis dan mengangguk. Aleksis menggeleng.
Ah... Finland hendak menanyakan kepada putrinya apakah mereka telah memberi tahu Vega bahwa ia adalah seorang Alchemist dan seisi keluarganya tampak muda selamanya, dan Aleksis menggeleng.
"Aku adalah seorang dokter," kata Caspar sambil menepuk bahu Vega. "Aku akan memeriksa kondisimu dan mencari tahu bagaimana kau bisa kehilangan ingatanmu."
"Terima kasih..." kata Vega. Ia menatap Caspar sambil mengerutkan keningnya. Ia merasa akrab dengan pria tampan ini, tetapi sayangnya ia tidak dapat mengingat siapa laki-laki itu. "Uhm... aku harus memanggilmu siapa?"
"Ada yang harus kau ketahui tentang keluarga kita..." kata Aleksis kemudian. Ia merangkul bahu anaknya dan mengajaknya duduk di sofa di ruang tamu. Ia menatap yang lain dan satu persatu mereka duduk di sekitarnya.
Vega tersenyum bingung. Ia baru memperhatikan bahwa semua orang yang ada di sekitarnya sangatlah rupawan, dan tidak ada satu pun yang terlihat tua. Bahkan, ayah dan ibu kandungnya sendiri, terlihat seolah mereka masih seusia dengannya. Ini sangat mengagumkan...
"Apakah menurutmu kita harus memberitahunya sekarang?" tanya Alaric. Ia melihat wajah anak perempuannya yang kebingungan. Dadanya terasa sesak. Ia sungguh merasa bersalah kepada Vega karena anaknya itu telah hidup menderita demikian lama karena dirinya.
Kalau ia tidak mempunyai musuh yang begitu membencinya, tentu Vega tidak akan menjadi korban. Sebagai ayah, ia sungguh menyalahkan dirinya.
"Kurasa, lebih cepat lebih baik," kata Aleksis.
"Uhm... apa yang ingin kalian sampaikan kepadaku?" tanya Vega keheranan. "Apakah kalian juga akan memberi tahu Ren?"
"Ren juga harus tahu, tetapi kurasa semua ini saja sudah terlalu mengejutkan baginya dan kulihat ia masih menenangkan diri di pantai," kata Aleksis. Ia memang sudah memperhatikan Ren yang tidak kembali dari pantai bersama suaminya dan menduga menantunya itu perlu waktu sendiri untuk berpikir. "Dan kurasa, ia memberi kita waktu untuk berbicara sebagai keluarga, tanpa kehadirannya."
"Oh..." Vega mengangguk. Ia mengerti bahwa Ren memang mungkin akan melakukan hal itu. "Baiklah. Kurasa kita bisa bicara, dan nanti aku akan menyampaikan apa yang kita bicarakan ini kepadanya."
"Vega, sayang... Ada satu hal yang kau belum ketahui tentang keluargamu," kata Aleksis sambil mengusap-usap tangan anaknya dengan penuh kasih sayang. "Kau melupakan kami dan semua fakta penting tentang keluargamu."
Alaric ikut duduk di samping Vega dan merangkulnya.
"Ayahmu ini, sudah berumur 117 tahun, dan itu kakekmu, sudah berusia empat abad." Alaric menunjuk kepada Caspar. "Kami semua terlihat muda karena kami, kita, adalah anggota klan Alchemist. Keluarga besar kita adalah keluarga Alchemist murni yang awet muda selamanya."
Vega tertegun. Ia menoleh ke arah ayahnya dan menatap Alaric lekat-lekat, lalu ke arah Caspar. Entah kenapa, ia tidak kaget mendengar informasi ini. Sepasang mata indahnya berkerjap-kerjap.
"Ayah... aku ingat ayah selalu mengatakan bahwa aku baru boleh jatuh cinta setelah aku berumur seratus tahun..." kata Vega pelan.
Alaric tertawa kecil. "Yah, semua ayah boleh berharap mereka akan menyembunyikan putri mereka selama mungkin di rumah, dan tidak membiarkannya diambil oleh lelaki lain."
Vega mengangguk dan ikut tertawa. Air mata pelan-pelan menetes dari kedua sudut matanya.
"Selama bertahun-tahun aku bingung kenapa aku bisa berpikir seperti itu. Aku terus mengingat bahwa kebanyakan manusia tidak hidup mencapai usia seratus tahun, lalu mengapa ayahku ingin menaruhku di menara tinggi dan baru membiarkanku keluar melihat dunia dan jatuh cinta setelah aku berusia seratus tahun... Rasanya dulu sangat membingungkan..." Vega mengusap matanya yang basah. "Ah, sekarang semuanya menjadi masuk akal."
Alaric memeluk anaknya dan tertawa, sambil menangis. "Astaga... ayah tidak mengira.. dari semua ucapan ayah, ternyata kau hanya mengingat yang itu."
Vega membenamkan kepalanya di dada ayahnya dan kini menangis terisak-isak. "Aku sering mendapatkan berbagai kilasan ingatan yang tidak kukenal. Aku tahu Ayah sangat membenci perang, tetapi kemudian aku menjadi bingung, karena sudah lebih dari seratus tahun tidak ada perang.. lalu mengapa ayahku membenci perang. Lalu.. aku tahu ayah dan ibu menikah dengan sangat cepat, tetapi aku tidak dapat mengingat lebih dari itu. Rasanya aku menjadi sangat bingung. Aku juga menguasai bahasa-bahasa yang tidak pernah aku gunakan sebelumnya... Aku kaget sekali ketika suatu kali, aku menyadari bahwa aku bisa membaca buku dalam bahasa Rumania.... Sekarang semuanya masuk akal..."
Seisi keluarga tampak sangat terharu. Rupanya Vega tidak melupakan seratus persen, tetapi potongan-potongan ingatan yang disimpannya selama ini justru membuat gadis itu merasa bingung dan menderita.
"Ayah mengerti. Pelan-pelan, sambil kita mengobatimu, kami akan membawamu pulang dan membantumu untuk mengingat hal-hal yang mungkin selama ini membuatmu bingung." Kali ini Alaric sengaja bicara dalam bahasa Rumania. "Kau benar, Nak. Ayah sangat membenci perang. Peranglah yang menjadi awal semua kebencian ayah kepada manusia. Dan kebencian itu telah membuat Ayah melakukan banyak hal tidak terpuji di masa lalu. Hal itu kemudian membuatmu menjadi korban. Maafkan Ayah..."
Vega melepaskan diri dari pelukan ayahnya dan menatap Alaric lekat-lekat. Ia lalu membalas ucapan Alaric dalam bahasa Rumania juga. "Ah, Ayah... aku senang sekali bisa bicara dalam bahasa Rumania bersamamu. Rasanya begitu familiar."
"Tempat favoritmu di seluruh dunia adalah kastil kita di Rumania," kata Alaric. "Ayah berencana akan membawamu ke sana. Kurasa, kalau kau dapat tinggal di sana dan menenangkan diri, proses untuk mengembalikan ingatanmu akan dapat berlangsung lebih mudah. Lagipula, Targu Mures dekat dengan Moravia. Ren bisa datang mengunjungimu kapan saja."
"Ren tidak akan ikut?" tanya Vega keheranan. "Apakah Ayah sudah menanyakan kepadanya?"
Alaric mengangguk. "Sudah. Ia mengatakan ada beberapa hal yang harus diurusnya."
Vega seketika ingat akan Amelia. Apakah Ren akan menepati janjinya dan menghukum mantan sekretarisnya itu?
"Baiklah. Nanti aku akan bicara kepada Ren."
"Bagus. Nah, karena kita sudah memberitahumu rahasia keluarga yang paling besar, kau tentu sekarang bisa menduga bahwa wanita cantik yang datang bersama kakekmu itu adalah..."
"Nenekku?" tanya Vega sambil menatap Finland.
"Benar," kata Finland sambil tersenyum manis. Usianya kini sudah kepala tujuh, tetapi Finland masih saja terlihat seperti gadis muda berusia 20-an.
"Nenek cantik sekali," puji Vega. Ia lalu menoleh kepada Aleksis. "Ibu juga. Aku merasa sangat bahagia, karena setelah aku tua aku akan tampak seperti kalian."
Semua tertawa mendengar kata-kata gadis itu. Aura keharuan yang sedari tadi menyelimuti villa, perlahan-lahan berubah menjadi semakin ringan.
Finland dan Caspar kembali memeluk Vega, kali ini sebagai nenek dan kakeknya.
"Setelah ini kami akan memperkenalkan anggota keluarga yang lain kepadamu," kata Aleksis. "Mereka akan tiba sebentar lagi."
"Pamanmu mengatakan bahwa ia hampir bertemu denganmu di pesta tahun baru istana Moravia," komentar Finland. "London Schneider."
Vega tampak sangat terkesan mendengar nama bos Schneider Group itu. Ah, benar juga. Ibunya adalah putri tertua keluarga Schneider. Maka, tentu saja London Schneider adalah pamannya.
Namun, tentu saja mendengarnya sendiri, bahwa London merupakan pamannya dan mereka hampir bertemu beberapa bulan yang lalu, cukup membuat Vega terkejut.
"Aku tidak tahu Paman datang ke pesta itu," kata Vega.
"Uhm... iya, dia datang. Istrinya diundang menjadi bintang tamu di pesta itu. L adalah penyanyi idola Ratu Moravia," kata Mischa sambil tersenyum. "Mereka masih menyembunyikan pernikahan mereka, jadi tidak banyak yang tahu bahwa London datang malam itu."
Kata-kata Mischa membuat Vega membelalakkan matanya. "Pa... pamanku menikah dengan superstar L yang terkenal itu? Jadi... L... adalah bibiku? Astaga!"
Aleksis dan suaminya saling pandang keheranan. Ternyata, fakta bahwa L adalah bibi Vega membuat gadis itu lebih terkejut dan antusias dibandingkan fakta bahwa ia dan keluarganya adalah anggota klan Alchemists yang awet muda selamanya.
.
.
>>>>>>
From The Author:
Duh duh duh... maaf ya, belum sempat publish bab kedua tadi malam dan bab kedua hari ini. Saya ada 3 seminar dan semuanya lamaaaaa. Nanti malam saya publish satu lagi dan sisanya dilanjutkan besok pagi yaa. Maaapppppp... Tenang, saya pasti lunasin kok jumlah babnya.
Btw, novel ini akan tamat satu-dua minggu lagi. Jadi tidak lama kok. Setelah itu kita lanjut dengan kisah sang ilmuwan eksentrik ganteng, Rune Schneider, mencari cinta sejati. xx