Pindah Ke Penthouse
Pindah Ke Penthouse
Orang-orang banyak yang turun ke jalan menikmati keramaian sambil membawa sebotol wine atau sampanye dan minum di luar rumah bersama tetangga dan teman sambil berbincang-bincang dengan gembira.
Ini adalah ciri khas malam tahun baru di ibukota Moravia itu. Puluhan ribu orang akan turun ke jalan dan semua kafe dan restoran buka dengan musik yang diputar di seisi kota. Semua merayakan tahun yang sudah berlalu dan menyambut tahun yang akan datang.
Malam ini, kegembiraan orang-orang seolah menjadi lengkap ketika perlahan butiran salju tipis melayang-layang turun dari langit, membuat suasana menjadi sangat syahdu.
Penduduk Moravia yang terbiasa dengan udara dingin sama sekali tidak terganggu dengan turunnya salju. Mereka sudah siap dengan mantel dan topi serta wine untuk menghangatkan diri. Semua orang bersuka cinta karena turunnya salju tepat di saat pergantian tahun selalu dianggap sebagai pertanda baik.
Tahun 2062 yang makmur dan penuh kebahagiaan akan menghampiri mereka.
Namun sayangnya, kebahagiaan sebagian besar rakyat Moravia tidak dinikmati oleh segelintir orang yang menghabiskan malam tahun baru dalam kebingungan dan tragedi.
Mischa tiba di rumah sakit tetapi ia tidak menemukan Fee di sana. Tidak ada satu pun dokter dan petugas rumah sakit yang mengetahui keberadaannya. Mereka bahkan tidak tahu bahwa Pangeran Renald malam ini datang ke sana.
Protokol super rahasia yang diterapkan para pengawalnya membuat keberadaannya di rumah sakit bersama Fee sama sekali tidak terlacak.
Ketika Mischa sedang sibuk menghubungi anak buahnya untuk mencari informasi lebih lanjut, Ren sedang berjalan murung di atap gedung rumah sakit mengiringi tempat tidur dorong berisi tubuh Fee yang baru keluar dari kamar operasi dan sudah distabilkan.
Ada dua orang dokter dan beberapa perawat yang mengiringi sang pasien menuju helikopter medis yang akan membawanya ke penthouse pribadi Ren di tengah kota.
Ia tidak dapat membiarkan Fee lebih lama di rumah sakit karena akan sulit untuk melindungi privasinya tanpa membuat orang bertanya-tanya tentang hubungannya dengan Pangeran Renald.
Ren juga merasa penthouse adalah tempat terbaik untuk merawat Fee saat ini. Karl dengan sigap telah menyiapkan sebuah kamar di sana menjadi ruang perawatan intensif yang dilengkapi dengan semua peralatan medis yang dibutuhkan. Mereka mengambil semua peralatan medis itu langsung dari rumah sakit Almstad International.
"Tuan, kami sudah siap," kata Dokter Henry yang masih setia menunggui hingga jam 2 pagi saat mereka membawa Fee ke landasan helipad di atas gedung.
Ren mengangguk tanpa bicara apa-apa. Di dadanya berkecamuk perasaan murka, pedih, menyesal, dan kuatir, semua menjadi satu. Pikirannya yang biasanya selalu sibuk dan awas kali ini rasanya tidak dapat bekerja sama sekali.
Pandangannya kosong menatap brankar yang diangkat dan didorong masuk ke dalam helikopter, lengkap dengan semua peralatan penunjang kehidupan yang menyertainya. Setelah Dokter Henry memberi tanda, Ren lalu naik ke helikopter dan duduk di samping Fee. Dokter Henry dan tiga orang tenaga medis lainnya segera mengikuti.
Sepuluh menit kemudian mereka sudah mendarat di atas gedung tertinggi di Almstad, tempat penthouse Ren berada. Dengan efisien para tenaga medis tersebut segera membawa Fee turun dan menyiapkan perawatannya di ruang rawat khusus yang sudah disediakan untuknya.
"Tuan... Nyonya sudah dirawat di ruangannya dengan baik. Sekarang, sebaiknya Tuan beristirahat, biarkan para tenaga medis yang menungguinya agar kami dapat melakukan observasi. Besok pagi, Tuan bisa menemui Nyonya..." bujuk Dokter Henry.
Ia tahu tidak ada satu pun suami maupun ayah yang dapat menyiapkan diri untuk menghadapi situasi mengerikan seperti yang sekarang sedang dihadapi Ren.
Ia sendiri tidak mengerti apa konflik yang terjadi antara Amelia dan Ren serta Fee sehingga membuat gadis bangsawan itu seperti kehilangan akal sehatnya dan melakukan perbuatan keji ini.
Ia menduga-duga dalam hati, ini semua diakibatkan oleh kisah cinta segitiga yang berujung pada tragedi. Ia sudah mengetahui bahwa Fee adalah istri Pangeran Renald walaupun ia tidak mengumumkannya ke publik.
Sementara itu, ia juga mengikuti berita dan mengetahui bahwa Lady Amelia sering digosipkan sebagai calon istri Pangeran Renald, bahkan gosip terakhir tentang hubungan mereka baru beredar minggu lalu.
Awalnya ia menduga Pangeran Renald sengaja tidak membantah gosip itu karena ia terlalu sibuk atau karena ia memang tidak menganggapnya serius. Namun, kini ia mulai berpikir bahwa tindakan Pangeran Renald yang sama sekali tidak mengklarifikasi gosip semacam itu tentulah menyakiti istrinya.
Ia pun menduga hal itu menjadi salah satu pemicu yang membuat Lady Amelia nekad hingga terjadilah tragedi ini.
Oh.. sungguh mengerikan. Pasangan muda ini kehilangan dua anak sekaligus....
Ren melayangkan pandangannya pada Fee yang berbaring di tempat tidur dengan berbagai alat medis yang menempel pada tubuhnya. Wajahnya tampak sepucat kapas dan pernapasannya tampak sangat lemah. Ren tidak tahu sudah berapa banyak air matanya habis mengalir sejak ia menemukan Fee terluka di paviliun istana.
"Aku mau menungguinya siuman," kata Ren dengan keras kepala.
"Kami memberinya obat bius yang cukup banyak agar tubuhnya dapat memulihkan diri dulu sebelum Nyonya bangun. Beliau tidak akan bangun hingga 20 jam lagi. Kalau Tuan bersikeras menungguinya, saya takut nanti justru tubuh Anda akan tumbang dan jatuh sakit. Ketika nyonya siuman nanti, ia akan sangat membutuhkan Tuan di sisinnya." Dokter Henry memberanikan diri menyentuh bahu Ren dan menasihatinya dengan sikap kebapakan.
"Saya mengerti betapa Tuan sedang melalui pengalaman yang sangat mengerikan. Nanti Nyonya akan merasakan hal yang sama ketika beliau siuman dan kondisi mentalnya akan lebih rapuh dari Tuan karena ia sendiri yang mengalaminya. Selama hampir tiga bulan ini ia telah mengandung kedua janinnya dan menjalin hubungan emosional dengan mereka. Kehilangannya akan sangat besar. Nyonya akan membutuhkan Tuan di sampingnya..."
Ren mengigit bibirnya mendengar kata-kata Dokter Henry. Ia harus memaksa dirinya tidur agar dapat tetap sehat dan dapat mendampingi Fee ketika nanti ia bangun dan menerima kabar mengerikan ini.
Tetapi, bahkan tanpa tragedi ini saja ia sudah sangat kesulitan tidur. Sekarang bagaimana ia dapat memaksa dirinya untuk memejamkan mata dengan mengetahui kondisi Fee seperti ini?
Dokter Henry mengerti apa yang dipikirkan sang pangeran. "Kami bisa memasang tempat tidur di samping tempat tidur Nyonya agar Tuan bisa tidur di sampingnya. Saya akan memberi Tuan dosis obat tidur yang cukup tinggi agar Tuan bisa beristirahat. Semoga itu bisa membantu Anda sekali ini..."
Ren mengangguk. "Baiklah."
Ia memejamkan matanya dan berusaha mengusir bayangan peristiwa itu dari benaknya. Ia harus fokus pada Fee dan kesembuhannya sebelum ia membuat perhitungan dengan Amelia.