Lamaran Di Atas Kota New York
Lamaran Di Atas Kota New York
"Ayo, naik..." kata Peter sambil menarik tangan Helene mendekati helikopter tersebut. Gadis itu tampak sangat antusias ketika ia melangkah naik ke atas helikopter dengan bantuan Peter. Setelah Helene naik dan duduk manis di dalam, Peter lalu naik dan duduk di sampingnya.
"Silakan Rose, sekarang giliranmu naik," kata Peter sambil mengulurkan tangannya. Rose menoleh ke arah Rune dan memberi tanda agar pemuda itu ikut naik.
"Ayo, Rune. Kau belum pernah naik helikopter sebelumnya, kan?" bisik gadis itu. "Ayo naik.. Mumpung gratis... hehehe."
Rune tidak menjawab, hanya tersenyum. Ia tidak akan mengatakan kepada Rose bahwa keluarganya memiliki beberapa helikopter dan ayahnya sangat mahir menerbangkan berbagai jenis pesawat dan helikopter.
Di depan Rose, Rune harus selalu tampil sebagai pemuda paling miskin di dunia. Ia masih belum tahu alasannya kenapa Rose sangat berkeras hendak menikah dengan laki-laki miskin. Sebelum Rose berubah pikiran, maka Rune harus menjadi laki-laki yang diinginkan Rose itu.
Setelah Rose naik ke dalam helikopter, Rune segera menyusulnya, diikuti oleh George. Mereka berlima duduk berhadapan di kursi belakang helikopter.
Tidak ada yang mengenakan headset untuk menghilangkan bising karena rupanya helikopter yang dipesan Peter adalah helikopter jenis terbaru yang suaranya tidak bising.
Setelah semuanya mengenakan seatbelt dan siap untuk berangkat, pilot dan copilot segera membawa naik helikopter itu ke angkasa malam.
Dalam waktu tidak terlalu lama, mereka berlima telah dapat melihat pemandangan lampu-lampu kota New York di malam hari. Rasanya seolah melihat bintang-bintang di langit berpindah ke kota di bawah mereka. Indah sekali.
Helene tampak berbinar-binar melihat pemdangan kota di bawah mereka. Bibirnya berkali-kali mengeluarkan decak kagum.
"Ini keren sekali," bisik gadis itu sambil meremas tangan Peter yang menggenggam tangannya.
"Kau suka?" tanya Peter sambil tersenyum.
"Suka sekali."
"Ah... syukurlah," kata Peter. Ia lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. "Aku ingin selalu melakukan hal-hal yang kau sukai dan membuatmu bahagia... seumur hidupku."
Helene tertegun melihat Peter dengan cekatan membuka kotaknya dan menunjukkan cincin cantik di dalamnya. Pria itu menatapnya dengan wajah tersenyum lebar.
"Peter.. ini apa?" tanya Helene dengan suara terbata-bata. Ia menatap cincin di tangan Peter dan wajah pemuda itu bergantian.
"Helene sayang... apakah kau mau menghabiskan seumur hidupmu bersamaku?" tanya Peter dengan suara mantap.
"Oh, Peter...!" Helene menekap bibirnya dan sepasang mata indahnya segera tampak berkaca-kaca. Gadis itu sangat terharu. Ia mengangguk kuat-kuat dan mencium bibir Peter dengan sangat mesra.
Rose dan Rune yang duduk di seberang Peter dan Helene terpaksa menoleh ke tempat lain agar tidak melihat kedua anak manusia itu berciuman cukup lama.
"Maaf, aku tidak bisa berlutut di helikopter," kata Peter dengan suara menyesal setelah ia dan Helene saling melepaskan diri. Gadis itu menggeleng dan menciumnya lagi.
"Tidak apa-apa.. ini cukup bagiku," kata Helene. Ia mengulurkan jari manisnya yang segera diambil Peter yang kemudian memasukkan cincin lamarannya.
"Terima kasih, kau telah membuatku menjadi laki-laki paling berbahagia di dunia," kata Peter gembira. Ia memeluk Helene dan mengusap rambutnya.
Rune menoleh ke arah pasangan itu saat mendengar kata-kata Peter bahwa ia merasa sebagai lelaki paling berbahagia di dunia. Kenapa semua laki-laki ucapannya sama? Apa tidak ada ungkapan lain? pikirnya keheranan.
Ah.. nanti kalau Rose menjawab lamarannya, Rune akan menggunakan kata-kata lain, agar tidak pasaran, pria itu bertekad.
"Selamat yaaa... Helene dan Peter!! Kami ikut senang!!!" seru George dari samping Peter, mengeluarkan sebotol champagne dan beberapa gelas dari kotak di bawah kursinya. "Champagnenya tadi sudah dibuka, biar tidak meletus di sini.. hehehe. Ayo kita minum untuk merayakan peristiwa spesial ini..."
"Kau tidak boleh minum," bisik Rune sambil mengambil gelas yang diulurkan George ke arah Rose. "Kecuali kau mau kucium."
"Ini hari bahagia sahabatku...! Masa aku tidak boleh ikut merayakan??" tanya Rose dengan nada tinggi. Ia benar-benar menyesal telah memberikan otoritas kepada Rune tadi untuk mencegahnya minum alkohol dengan segala cara.
Ia tidak mengira pria itu akan benar-benar mengambil kesempatan di tengah kesempitan seperti ini.
Helene dan Peter tertawa melihat interaksi mereka. Dalam hati, keduanya menganggap Rune benar-benar sangat cocok untuk Rose, dan mereka berharap Rose memang menemukan pengganti Leon dalam diri pria itu.
"Ayolah, Rose.. ini hari bahagia kami. Masa kau tidak mau bersulang untuk kami?" tanya Helene dengan nada menggoda.
Ia menoleh ke arah Rune dan mengedip. Pria itu menjadi tersipu-sipu. Ia sangat senang karena teman-teman Rose memang sepertinya menyukainya dan mendukung hubungannya dengan gadis itu.
"Ugh.. baiklah," kata Rose. Sebelum Rune menyadari apa maksud ucapan gadis itu, Rose telah mencium bibirnya dengan cepat dan menyambar gelas champagne yang ada di tangan Rune. "Aku sudah menciummu barusan. Sekarang aku bisa minum."
Rose yang cerdas merasa lebih baik ia yang mengambil inisiatif mencium Rune duluan, sehingga ia dapat mengendalikan ciumannya.
Kalau ia membiarkan Rune yang mencium... ha, pria itu akan melakukannya dengan sangat dalam dan mesra. Rose merasa sangat malu dicium seperti itu di depan teman-temannya.
Semua orang di dalam helikopter tertawa melihat perbuatan Rose. Mereka lalu mengangkat gelas masing-masing dan bersulang memberi selamat kepada pasangan yang berbahagia itu.
"Selamat ya, Helene dan Peter. Semoga kalian selalu bahagia dan dikaruniai banyak anak yang lucu-lucu," kata George sambil mendentingkan gelasnya.
"Aku akan menjadi ibu walinya," kata Rose sambil tersenyum lebar.
Mereka semua saling tertawa dan memberi selamat di atas ketinggian dari kota New York. Suasana di dalam helikopter terasa sangat hangat dan dipenuhi kebahagiaan. Rune dapat melihat betapa Rose sangat dekat dengan teman-temannya.
Hal ini membuatnya bertanya-tanya, kalau nanti ia berhasil meminta Rose menikah dengannya, apakah ia akan tega membuat gadis itu meninggalkan teman-temannya ini?
Sebagai kaum Alchemist, ia dan seisi keluarganya terbiasa untuk tidak tampil di muka umum dan mengganti identitas mereka di depan publik setiap 20 tahun sekali.
Mereka akan selalu tampak muda dan hal ini akan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang yang mengenal mereka di luar sana. Dari apa yang dilihatnya, Rose memiliki hubungan yang sangat erat dengan sahabat-sahabatnya.
Ini mengingatkannya pada persahabatan ibunya dan Paman Jean dulu. Finland juga sangat sulit menerima ramuan keabadian untuk hidup selamanya bersama Caspar karena ia harus meninggalkan sahabatnya itu.
Untunglah terjadi berbagai peristiwa yang akhirnya membuat Paman Jean bisa tetap bersama dengan Finland sebagai anggota klan Alchemist. Kini, ia sudah hidup bahagia dengan seorang gadis Alchemist, Marion, dan memiliki dua anak yang sangat mereka sayangi.
***