Pengawal Pribadi
Pengawal Pribadi
"Lho.. kalau bukan kakak iparmu yang ada darah Asianya.. bagaimana bisa anak-anak ini terlihat separuh Asia?" gadis itu menjadi bingung. Ia lalu menyikut Rune dan berbisik. "Ssst.. apakah mereka anak adopsi?"
Saat itu rasanya Rune ingin tertawa terbahak-bahak dan mencubit pipi Rose dengan perasaan gemas. Namun, ia harus menahan diri.
"Bukan. Kau salah.. hahaha.." Rune mendeham lalu menunjuk Summer. "Ini keponakanku, ibunya keturunan Singapura sehingga ia terlihat separuh Asia. Ayahnya adalah keturunan Italia dan Inggris."
"Oh..." Rose mengangguk.
"Kalau kedua keponakanku ini, ayahnya keturunan Italia dan Inggris sama seperti Summer, tetapi ibunya seperempat Asia. Ibu kami berdarah Asia, dan di antara semua anak dan cucunya, hanya dua bocah ini saja yang mewarisi penampilan beliau. Nama ibu kami adalah Finland.. jadi kedua anak laki-laki ini diberi nama Scotland dan Ireland biar sama seperti neneknya..."
Rose tampak sangat terkesan mendengar penjelasan Rune. "Wahh.. keluargamu sangat unik ya..."
"Yahh, karena keunikan kami itulah, makanya pemerintah menganggap kami cocok untuk menjadi mata-mata. Kami bisa menyebar dan masuk ke negara mana saja," kata Rune bercanda.
Rose buru-buru menutup mulut pria itu dengan sepasang mata membulat. "Jangan bicara lagi. Aku tidak mau mendengar rahasiamu. Aku tidak mau terlibat!"
Perbuatannya dan tingkah Rune barusan membuat ketiga keponakannya menjadi keheranan. Apa yang sebenarnya terjadi? pikir mereka.
Tetapi yang jelas, mereka senang melihat Rune dan Rose tampak sangat akrab.
Duh.. apalagi Paman Rune sudah pindah dan sekarang tinggal bersama Tante Rose. Pasti ini tandanya mereka memang sangat cocok dan bisa langsung mengambil keputusan besar seperti itu. Ahh.. mereka sudah tidak sabar ingin menghadiri pesta pernikahan Paman Rune dan Tante Rose.
"Baiklah... baiklah. Aku tidak akan bicara lagi tentang kehidupan gandaku sebagai agen rahasia, atau mata-mata," kata Rune sambil mengedip.
Ketiga keponakannya mengerutkan keningnya. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi.
"Paman mata-mata?" tanya Summer blak-blakan.
"Sssh... kalian tidak mendengar apa-apa dan tidak tahu apa-apa," kata Rune. Ia lalu menoleh ke arah Rose dan mengedip ke arah gadis itu. Rose menganggap tingkah Rune sangat lucu dan akhirnya tertawa terbahak-bahak. Rasanya ia tidak akan pernah tahu apakah Rune memang mata-mata atau bukan.
Ah... ia tidak akan mencari tahu. Biarlah Rune menyimpan rahasianya. Mereka akan berpisah setahun lagi, setelah itu mereka akan kembali pada kehidupan masing-masing.
"Kalian mau es krim?" tanya Rune untuk mencairkan suasana. "Di luar gerbang ada kedai es krim enak sekali. Paman mau minum kopi dengan Tante Rose. Paman akan mentraktir kalian makan es krim di sana."
"Kami mauuuu....!!!" seru Summer dengan gembira. Ia lalu menggandeng tangan Rune dan menariknya berjalan keluar taman. Rose yang melihat keakraban di antara paman dan keponakan itu tampak sangat terkesan.
Ahh... ia adalah seorang anak tunggal. Ia tidak tahu rasanya memiliki saudara. Kalau ia memiliki kakak dan nanti keponakan-keponakan yang lucu seperti mereka, ahhh.. pasti akan sangat menyenangkan.
Ia berjalan mengikuti langkah pemuda itu dan Summer berjalan keluar taman. Sementara itu Ireland yang melihat Rose membawa tasnya yang besar segera menawarkan diri untuk membawakannya.
"Ayah bilang kami harus selalu membantu perempuan," kata Ireland dengan sopan.
"Oh... kalian dibesarkan dengan sangat baik rupanya," kata Rose yang menjadi sangat terkesan. Ia menyerahkan tasnya kepada Ireland. "Terima kasih."
"Sama-sama, Tante Rose," jawab Ireland lagi sambil tersenyum lebar, menunjukkan lesung pipinya.
Mereka berjalan dengan riang gembira keluar taman dan masuk ke kedai es krim yang disebutkan Rune. Ketiga remaja itu memesan es krim sementara Rune memesan kopi untuknya dan Rose.
Mereka menikmati kebersamaan sore itu sambil menikmati es krim dan kopi. Rose banyak bertanya tentang sekolah anak-anak itu dan ia merasa terkejut saat mengetahui bahwa Ireland dan Scotland bersekolah di rumah.
"Kalian belajar di rumah? Kenapa tidak masuk sekolah asrama saja?" tanya Rose keheranan. "Dulu aku juga belajar di rumah dan merasa sangat kesepian. Kemudian orang tuaku mengirimku untuk bersekolah di Scotland. Awalnya aku tidak suka jauh dari rumah, tetapi setelah aku bertemu teman-temanku, aku malah jadi malas pulang.. hahaha.."
Tawa Rose yang khas benar-benar membuat suasana menjadi lebih ceria dan menyenangkan.
Ireland menghela napas saat mendengar kata-kata Rose. "Kami sebenarnya ingin sekolah di luar. Tapi ayah sangat ketat..."
"Kenapa bisa begitu?" tanya Rose keheranan.
"Yah.. ayah sangat over-protective. Ia punya banyak musuh, jadi ia selalu kuatir kami akan kenapa-kenapa," kata Ireland lagi.
Rose menelan ludah. Ia sekarang semakin bertambah yakin bahwa keluarga Rune ini memang terlibat dengan hal-hal berbahaya. Kalau bukan agen mata-mata... mungkin... mafia?
Ireland mengunjukkan dagunya ke arah jendela. "Tante lihat laki-laki berkaca mata hitam yang sedang duduk di kedai burger itu?"
Rose mengerling ke arah yang dimaksud Ireland. Benar saja, ia menemukan laki-laki yang ia maksud.
"Aku melihatnya. Ada apa dengan orang itu? Apakah ia penjahat?" tanya Rose penasaran.
"Bukan." Ireland menggeleng sedih. "Dia itu pengawal kami. Di sebelah kanan itu, laki-laki berpakaian serba hitam yang sedang membaca koran di depan toko pizza.... Tante lihat?"
Rose mengangguk. "Dia pengawalmu juga?"
"Benar. Juga dua laki-laki yang sedang main catur di dekat danau tadi," kata Ireland.
"Astaga.. ada berapa pengawal kalian?" tanya Rose dengan shock.
"Biasanya ada lima sampai sepuluh. Tergantung kami pergi kemana dan bersama siapa," kata Ireland menjelaskan.
"Se... puluh?" Rose perlu waktu agak lama untuk mencerna kata-kata Ireland. Banyak sekali pengawalnya. Bahkan mengalahkan anak presiden, pikir Rose.
"Benar. Kalau kami pergi dengan ayah, biasanya hanya ada lima pengawal. Ayah kami cukup mampu melindungi kami berdua," kata Ireland lagi. Ia tampak senang melihat ekspresi kaget Rose. Ahahaha.. ia tahu Pamannya sama sekali belum menceritakan kepada Rose siapa mereka sebenarnya, sehingga gadis itu masih banyak terkejut.
Ia menjadi tergoda untuk membuat Tante Rose menjadi semakin terkejut. Biar Tante Rose tahu bahwa Pamannya itu buka orang sembarangan.
"Kalau kami bepergian sendiri atau bersama Paman Rune, biasana ayah akan mengirim sepuluh sampai lima belas pengawal," kata Ireland. "Hari ini hanya sepuluh karena tidak jauh dari rumah."
Rose menelan ludah. Ia benar-benar takjub mendengar kata-kata Ireland.
"Kenapa ayahmu sangat paranoid dengan keselamatan kalian? Apakah keluarga kalian memiliki banyak musuh?" tanyanya dengan nada berhati-hati.
"Ahh... sayangnya memang begitu. Keluarga kami memiliki musuh dan kami harus selalu waspada," kata Ireland dengan nada sedih. "Karena itulah aku dan Scotland ingin cepat dewasa, agar kami tidak menjadi titik kelemahan ayah kami. Kalau kami sudah dewasa, kami akan dapat lebih baik melindungi diri kami sendiri."