The Alchemists: Cinta Abadi

Ketiga Keponakan Rune



Ketiga Keponakan Rune

Astaga.. apa yang barusan kupikirkan? Rune mengomeli dirinya sendiri dalam hati. Ia tidak mengira pikirannya barusan sudah melayang begitu jauh. Ia sampai memikirkan anaknya dari Rose... bayangkan!     

Ia berdeham dan membuka laptopnya, berusaha menyibukkan diri hingga keponakan-keponakannya tiba. Aleksis dan Marie mengatakan bahwa ketiga anak itu akan diantar supir dan tiba setelah jam makan siang.     

Ah, ya.. berarti nanti ia harus membelikan sesuatu untuknya dan Rose agar mereka tidak kelaparan sambil bekerja di sini. Ia tadi melihat ada tukang burger di depan gerbang masuk. Ia memutuskan akan membeli burger untuk makan siang.     

"Hey, Rose... ini ada burger, makan dulu," kata Rune kepada Rose sambil menyerahkan sebuah kantung kertas berisi burger kepada gadis itu. Wajah Rose tampak berseri-seri ketika melihat makanan dari pemuda itu.      

"Terima kasih," katanya sambil tersenyum lebar. "Ayo kita pindah ke pinggir danau sana."     

Ia membereskan selimut dan peralatan sketsanya lalu menarik tangan Rune ke arah danau dan duduk di kursi di tepi danau.     

Mereka berdua lalu menikmati makan siang berupa burger sambil memperhatikan angsa-angsa yang berenang di danau. Ahh.. rasanya romantis sekali, pikir Rune.     

Baru hari ini ia mengerti apa yang dirasakan orang-orang yang sedang jatuh cinta.     

Hal-hal yang seharusnya biasa, kini menjadi terlihat lebih indah dan menarik perhatian. Ia mengerling ke samping dan melihat Rose menikmati makanannya dengan anggun.     

Walaupun itu cuma burger dan dibungkus kertas, ia tetap makan dengan sopan dan anggun. Ahh.. keanggunannya seperti seorang gadis bangsawan, pikir Rune.     

"Kau sering sekali melihat ke arahku seperti itu," komentar Rose tanpa menoleh ke arah Rune. Mendengar kata-kata Rose, Rune menjadi terlengak.     

Ia tertawa kecil dan buru-buru meremas kertas pembungkus burgernya yang sudah habis lalu membuangnya ke tempat sampah.     

"Aku senang melihat caramu makan. Sangat anggun," kata pemuda itu mengaku. "Kuperhatikan tata kramamu sangat bagus."     

Rose mengangkat bahu. "Kami diajar tata krama di rumah dan sekolah."     

"Ahh..." Rune merasa dugaannya benar. Rose pasti berasal dari kalangan berada. Hanya gadis-gadis kalangan atas yang mendapatkan pelajaran tata krama.     

Ia hendak bertanya lagi, tetapi ia segera mengurungkan niatnya ketika melihat ketiga keponakannya berjalan dengan riang gembira dari arah gerbang. Summer, Ireland dan Scotland tersenyum lebar ketika mereka melihat Rune duduk di bangku taman dengan seorang gadis sangat cantik.     

"Paman Runnneeeee!!!" seru Summer yang segera berlari menghampiri pamannya dengan suara riang. Ia segera memeluk Rune dan mengacak rambutnya yang panjang. Ahh.. ia sangat senang melihat para pria di keluarganya yang memiliki rambut panjang, kecuali Paman Alaric, Paman London dan Kakek Caspar.     

Menurut Summer secara pribadi, laki-laki berambut panjang lebih menarik daripada yang berambut pendek seperti lelaki kebanyakan. Kakeknya dan ayah kandungnya sama-sama memiliki rambut panjang yang indah dan Summer sangat senang bermain dengan rambut mereka.     

"Hei.. kalian sudah tiba," sapa Rune sambil mencium pipi Summer dan mengacak rambut Ireland dan Scotland. Rose segera berdiri saat ia melihat kehadiran tiga remaja tersebut. Untuk sesaat, wajahnya tampak terpukau.     

Tiga remaja di depannya ini sungguh sangat menarik perhatian. Wajah mereka terlihat unik karena mereka terlihat berdarah campuran Asia. Summer memiliki rambut cokelat terang yang keriting indah hingga ke pinggangnya. Wajahnya mungil dengan sepasang mata berbentuk seperti buah peach dan bibir merah yang berukuran penuh.     

Sementara Ireland dan Scotland memiliki rambut cokelat, sepasang mata sipit yang berwarna ungu, indah sekali. Mereka terlihat seperti kembar tiga. Ah.. ya, Rune jadi ingat bahwa Lily juga terlihat separuh Asia karena ibunya, L adalah keturunan Jepang.     

Ahh.. berarti di antara saudara-saudaranya ini, nanti Rune saja yang akan memiliki anak sepenuhnya berdarah Eropa. Ia melihat Rose sama sekali tidak ada keturunan Asianya.     

Astaga... kenapa pikiran itu lagi yang mucul? pikir Rune yang menjadi gemas kepada dirinya sendiri. Kenapa seharian ini ia hanya memikirkan anak-anaknya di masa depan bersama Rose????     

"Kau kenapa?" tanya Rose keheranan melihat Rune yang menepuk keningnya sendiri. "Apakah kau tidak akan memperkenalkanku kepada para keponakanmu? Duhh.. mereka semua tampak sangat menggemaskan."     

Ketiga remaja itu bertukar pandang saat Rose menyebut mereka menggemaskan. Mereka tersenyum-senyum dan saling menyikut.     

"Tante Rose bilang kita menggemaskan," bisik Ireland.     

"Selera Tante Rose bagus sekali..." balas Scotland.     

"Dia lebih cantik daripada fotonya," Summer menambahkan.     

Rune menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dan segera mendorong keponakannya satu persatu untuk menghadap Rose.     

"Hehehe... perkenalkan ini keponakan perempuanku, namanya Summer Medici."     

"Hallo, Tante Rose.. Aku senang bertemu denganmu," kata Summer sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangannya. Rose menyambut uluran tangan gadis remaja itu dan mendecak kagum. Summer memang cantik sekali, seperti boneka, pikirnya.     

"Aku juga senang bertemu denganmu," kata Rose ramah.     

"Kalau yang ini, anak kembar identik. Anak dari kakak perempuanku,"kata Rune sambil menarik Ireland dan Scotland ke depannya. Mereka mengulurkan tangannya dan bergantian menyalami Rose.     

"Hallo, Tante Rose.. namaku Ireland," kata sang remaja tampan dengan senyum manisnya yang menampakkan lesung pipinya, seperti milik kakeknya, Caspar.     

"Ahh.. nama yang sangat unik! Aku pernah ke Irlandia. Di sana banyak sekali daerah yang memiliki pemandangan alam luar biasa," kata Rose dengan antusias. "Namaku Rose."     

"Aku tahu... hehehe," balas Ireland. Tentu saja ia tahu siapa wanita ini. Ialah yang pertama kali menunjuk profile Rose di aplikasi kencan online dan memilihnya untuk dijodohkan dengan paman mereka, Rune Shcneider.     

"Kalau kau, siapa namamu?" tanya Rose kepada Scotland yang tampak malu-malu. Walaupun wajah Scotland dan Ireland sama persis, tetapi mereka memiliki kepribadian berbeda. Scotland lebih pendiam dan pemalu.     

Ia mengikuti kepribadian ayahnya, Alaric yang memang dingin dan tidak banyak bicara. Sementara Ireland periang dan senang bersosialisasi seperti ibunya, Aleksis.     

"Namaku Scotland," kata sang remaja singkat. Ia mengamati Rose dan dalam hati memberikan persetujuannya. Wanita ini memang cocok dengan Paman Rune, pikirnya.     

Sementara itu Rose segera membuat catatan mental untuk membedakan Scotland dari Ireland dari kepribadian mereka yang berbeda dan bahwa Ireland memiliki lesung pipi yang manis di wajahnya.     

"Aku senang bertemu kalian bertiga," kata Rose. "Apakah kalian bertiga bersaudara? Atau kalian sepupu?"     

Summer tertawa mendengarnya. "Kami ini sepupu. Ayah kami bersaudara. Uhm.. sebenarnya ayah kami kembar."     

"Oh.. pantas saja kalian begitu mirip," tukas Rose. Ia dapat membayangkan orang tua ketiga anak ini pasti sangat rupawan, hingga memiliki anak-anak yang begitu rupawan. Ia lalu menoleh ke arah Rune. "Berarti kakak iparmu keturunan Asia, ya?"     

Rose segera berasumsi bahwa suami dari kakak perempuan Rune adalah pria berkebangsaan Asia karena anak-anak mereka terlihat separuh Asia. Ia sudah melihat Rune sendiri terlihat sangat Eropa, jadi tidak mungkin kakaknya yang separuh Asia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.