The Alchemists: Cinta Abadi

Kampung Halaman Rose



Kampung Halaman Rose

Rune hendak membangunkan Rose, tetapi ternyata ia tidak perlu melakukannya. Gadis itu telah membuka mata dan duduk. Ia meregangkan tubuh dan menaruh masker matanya di tempat tidur.     

"Sudah hampir sampai ya..." komentar gadis itu. Ia lalu mengambil tissue basah dari rak kecil di samping kursinya dan membasuh wajahnya agar terlihat segar. Tidak lama kemudian, gadis itu telah tampak segar dan siap untuk pendaratan.     

Ia lalu menoleh ke arah Rune, "Kau tidak tidur di pesawat?"     

Rune menggeleng. Sesungguhnya tadi ia tidak bisa tidur walaupun ia ingin memejamkan mata. Ah, untuk apa tidur? Ia dapat memandangi wajah Rose sepuasnya.     

Besok-besok, mereka pasti akan tidur terpisah lagi dan ia tidak akan bisa menikmati kesempatan langka seperti barusan.     

Rune menggeleng dan mengatakan bahwa dia tadi sudah sempat tidur sebentar. Ia memiilih berbohong daripada mengatakan yang sebenarnya.     

tadi aku sempat tidur sebentar kok kata laki-laki itu sambil tersenyum lebar ya lalu berpura-pura meregangkan tubuhnya seolah ia baru saja bangun dari tidur.     

Ekspresinya juga dibuat seperti orang yang masih mengantuk.  Pemuda itu lalu bangkit dari kursinya dan bergegas menuju kamar mandi.     

"Aku mau cuci muka dulu," katanya.      

Kamar mandi VIP di pesawat kursi kelas 1 jauh berbeda dibandingkan kamar mandi untuk penumpang di kelas ekonomi. Ukurannya jauh lebih besar dan perlengkapan toiletries-nya juga lebih lengkap.     

Setelah ia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah segar karena habis dicuci, Rune tentu saja berpura-pura mengagumi kamar mandi yang barusan ia kunjungi.     

Lagi-lagi dengan tujuan untuk membuat Rose mengira ia memang laki-laki miskin yang belum pernah naik pesawat kelas 1.     

Rose hanya tersenyum mendengar ucapan Rune. Gadis itu kemudian membereskan barang-barangnya nya dan duduk manis di kursi sambil menunggu pesawat mendarat.     

Tidak lama kemudian mereka sudah berjalan keluar dari dalam pesawat. Sebagai penumpang kelas 1, Rune dan Rose mendapat prioritas untuk keluar duluan, baru diikuti oleh penumpang kelas bisnis dan akhirnya penumpang kelas ekonomi.     

Di bawah tangga pesawat, sudah ada sebuah mobil mewah yang menjemput mereka untuk membawa mereka ke lounge penumpang kelas 1.     

Ke sanalah bagasi mereka akan diantar. Setelah mereka tiba di lounge, dua orang pelayan dengan sigap menghampiri mereka dan menyajikan beberapa pilihan wine terbaik.     

"Selamat datang di ibukota Kerajaan Medion, Tuan dan Nona. Semoga penerbangan Anda tadi menyenangkan," kata salah seorang dari mereka dengan wajah tersenyum manis.     

Rose mengangguk dan balas tersenyum. "Terima kasih. Penerbangan kami sangat menyenangkan."     

"Silakan tunggu sebentar. Bagasi anda sedang diantar kemari," kata sang pelayan lagi sambil menunjukkan beberapa pilihan sofa yang terlihat sangat mewah dan empuk di dalam lounge.     

Rose menggangguk ke arah Rune dan berjalan menuju salah satu sofa yang terletak di paling sudut. Gadis itu lalu duduk dengan anggun di sana.     

"Setelah bagasi kita tiba, kita bisa langsung pergi," kata Rose. "Supir keluargaku sudah menunggu di depan Terminal."     

"Baiklah," kata Rune, balas tersenyum.     

Bagasi mereka tiba 15 menit kemudian. Sebagai penumpang prioritas tentu saja bagasi mereka langsung diantar ke lounge tempat mereka berada.  Rose dan Rune tidak perlu menunggu di carousell seperti penumpang lainnya.     

Setelah memeriksa semua kelengkapan barang-barang mereka dan memastikan tidak ada yang hilang atau kurang, mereka lalu berjalan keluar bandara dengan santai.     

Memang benar apa kata Rose. Di depan terminal telah menunggu sebuah mobil mewah berwarna hitam dengan seorang supir berpakaian rapi menggunakan kacamata hitam.     

Wajah nya yang serius segera dipenuhi senyum begitu ia melihat kedatangan Rose.     

"Selamat pagi, Tuan Putri. Semoga penerbangan Anda tadi menyenangkan, ya," sapa laki-laki itu dengan ramah.     

"Terima kasih, Pak Rolland. Penerbanganku sangat menyenangkan, kata Rose sambil tersenyum. Ia lalu menoleh ke arah Rune. "Perkenalkan, ini adalah Pak Rolland. Dia ini supir pribadi keluargaku. Ia sudah bekerja untuk kami sejak aku masih bayi. Bisa dibilang dia ini sudah seperti keluarga sendiri."     

"Oh, halo, selamat siang Pak Rolland," kata Rune.     

"Selamat siang. Senang bertemu dengan Anda, Tuan," kata Pak Rolland dengan ramah. "Selamat datang di Bacilia, ibukota Kerajaan Medion."     

"Terima kasih, Pak Rolland," balas Rune dengan sama ramahnya.     

Rose lalu memperkenalkan Rune kepada sopir keluarganya itu.     

"Pak Rolland, perkenalkan. Ini adalah Rune Schneider. Dia kekasihku, Paman," kata Rose.     

Seketika wajah Rune dipenuhi ekspresi malu-malu sekaligus bahagia. Ah senang sekali rasanya ketika mendengar Rose memperkenalkannya sebagai kekasih.     

Walaupun memang ia hanya seorang kekasih pura-pura tetapi setidaknya di depan orang Rose mengakuinya.      

Tidak ada orang yang tahu bahwa hubungan mereka itu adalah hubungan pura-pura saja. Maka tentu saja mereka akan memperlakukan Rune seolah ia memang kekasih gadis cantik itu!     

"Wahhh, selamat ya, Nona dan Tuan. Kalian terlihat sangat serasi. Aku senang bertemu dengan Anda, Tuan," kata Pak Rolland, kali ini dengan senyum yang semakin lebar.  Sepertinya ia sangat senang mendengar bahwa Rose ternyata sudah memiliki seorang kekasih.     

"Kami sudah berpacaran selama beberapa bulan," kata Rose. "Aku memutuskan bahwa sudah waktunya untuk memperkenalkannya kepada keluargaku, sekalian menghadiri acara pernikahan besar di istana nanti."     

Pak Rolland mengangguk-angguk, "Benar juga. Seluruh keluarga besar akan hadir. Ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk memperkenalkan calon suami Lady Rose kepada mereka."     

Laki-laki setengah baya itu tampak hendak menambahkan sesuatu, namun kemudian ia mengurungkan niatnya.     

Mungkin ia teringat akan hubungan rahasia Rose dan Leon dulu saat mereka masih remaja. Pak Rolland merasa simpati kepada Rose, tetapi ia tidak ingin membahas masalah yang akan membuat luka di hati Rose menjadi terbuka.     

Karenanya Pak Rolland hanya tersenyum ramah dan membungkuk hormat. Sementara itu, Rose dapat menduga kenapa wajah Rune berseri-seri. Namun gadis itu sengaja tidak berkata apa-apa.     

Ia hanya tersenyum simpul saat ia menepuk bahu Rune yang sedang berbunga-bunga. "Ayo kita berangkat, Paman Rolland."     

"Baik, Nona. Silakan masuk," kata Pak Rolland sambil membukakan pintu mobil untuk Rose dan Rune. Setelah keduanya masuk dan duduk dengan manis di kursi belakang, sang supir menaruh koper-koper kecil mereka di bagasi.     

Tidak lama kemudian, kendaraan mewah berwarna hitam itu sudah melaju di jalan raya menuju kawasan pusat kota.     

Rune baru pertama kali berkunjung ke Kerajaan Medion walaupun keluarganya tinggal di Eropa dan mereka sering bepergian ke berbagai negara di seluruh dunia.     

Bisnis keluarga mereka di sama sekali tidak ada di Medion, sehingga keluarga Schneider tidak menganggap penting untuk bepergian ke sana. Sehingga, baru kali ini Rune melihat langsung keindahan negeri yang terletak di Eropa selatan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.