Devil's Fruit (21+)

Kebencian yang Menumpuk Tinggi



Kebencian yang Menumpuk Tinggi

Fruit 1207: Kebencian yang Menumpuk Tinggi     

Kini kekuatan sihir di tongkat Ivy sudah hampir penuh karena mendapatkan asupan tambahan sihir dari Leon, tangan kanan Ivy, yang kekuatannya dihisap paksa oleh tongkat yang ditancapkan Ivy pada tubuh pria muda itu.     

Sesudah itu, tubuh Leon ditendang dan dibuang begitu saja oleh Ivy yang meneruskan lari cepatnya. Sementara itu, Andrea masih dihadang oleh banyak anak buah Ivy, membuat sang Cambion Hera cukup kesulitan untuk mencapai Ivy.     

Demikian juga yang terjadi pada Shiro. Dia terus dikepung puluhan anak buah Ivy yang merupakan keturunan iblis murni, sehingga itu cukup merepotkan bagi Shiro untuk bisa terbebas dari mereka.     

"HIYAAAA!!!" Tiba-tiba, Kuro muncul menerjang para iblis vampir yang sedang mengepung saudara kembarnya.      

Ini membuat Shiro sangat terkejut dan tidak mengira kembarannya sudah tiba di sisinya. "Heh! Mau apa kau di sini?" tanyanya dengan nada rendah sambil punggung mereka saling menempel.     

"Huh! Sepertinya aku melihat ada yang kesulitan di sini. Apa salahnya aku memberikan bantuan besarku yang pastinya tidak sia-sia. Sudah, tutup mulutmu dan lekas selesaikan kumpulan idiot ini!" Kuro membalas sambil memulai serangan dulu dengan semburan kabut racun yang bisa melelehkan lawan.      

Kuro juga mulai mengubah penampilan dia menjadi demon beast sehingga membuat kekuatannya bisa lebih maksmal keluar. Dia sama mengerikan sekaligus cantik seperti saudara kembarnya. Dua tanduk cukup panjang mencuat keluar dari kepalanya dan bagian bawah tubuhnya berubah menjadi tubuh ular yang besar dan hitam legam berselubung kabut hitam.     

Dengan menyemburkan asap hitam dari mulutnya, maka itu sudah cukup bisa melelehkan siapa saja di depannya. Oleh karena itu, Shiro memang cukup terbantu dengan datangnya Kuro di sisi dia.     

Mata Shiro memandang Andrea di kejauhan yang sedang terbang melesat sembari menebas lawan-lawannya dan ada Ivy beberapa belas meter di depan Andrea, terus berlari semakin cepat.     

"Sedikit lagi! Sedikit lagi kekuatan untuk tongkat ini maka aku pun bisa masuk ke alamku!" Ivy membatin dan dia mulai melihat sekelilingnya. Punggawa-punggawa kuat dia sedang sibuk menghadapi Andrea dan duo hybrid.     

Ivy edarkan pandangan lebih jauh dan melihat ada sekumpulan anak buah dia yang sedang mengeroyok prajurit iblis milik bibinya, Myren. Melalui telepatinya, Ivy memanggil beberapa anak buah untuk mendekat cepat ke arahnya.     

Setelah belasan anak buah itu mendekat ke Ivy, dia segera menghujamkan ujung tongkat sihirnya ke jantung mereka satu demi satu tanpa mereka bisa protes atau marah karena Ivy sudah menembakkan kekuatan mata dia agar anak buahnya patuh dan tidak membantah secuilpun.     

Meski belasan vampir iblis dihisap seluruh daya dan kekuatan sihirnya sampai mereka kering dan mati, tetap saja belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan sihir dari tongkat tersebut.      

"Dasar tongkat rakus!" maki Ivy sambil menatap kesal ke tongkatnya. Biasanya tongkat itu mendapatkan tenaga sihir dari alam pribadi dia yang menguarkan energi murni sihir sebagai 'makanan' si tongkat, makanya ketika dia kehabisan daya di luar alam pribadinya, Ivy kewalahan.     

Dia benar-benar tidak menyangka kalau tongkatnya bisa sebegitu membutuhkan daya sangat besar untuk mengisinya. Kini, dia kesusahan untuk mengisi daya tongkat ketika berada di luar alam pribadi untuk waktu yang cukup lama.     

Apalagi tadi dia sudah menggunakan kekuatan tongkat yang membuat semua serdadunya menjadi berkali lipat kuat, ternyata itu sungguh menguras energi sihir si tongkat.     

Sudah, tidak perlu menyesali. Yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana dia bisa masuk ke alam pribadi untuk meloloskan diri dulu dari peperangan yang sepertinya tidak berhasil dia menangkan kali ini.     

Pokoknya dia harus bisa masuk alam pribadinya dulu. Itu yang terpenting!     

Di saat Ivy sedang memikirkan siapa lagi anak buah terdekat yang akan dia korbankan untuk melarikan diri ke alam pribadinya, dia tidak mengira jika ibunya sudah lebih mendekat ke arahnya. Dia terlalu hanyut dalam lamunan dan pikirannya.     

Ketika melihat ibunya sudah beberapa meter di dekatnya, Ivy lekas melesat cepat menjauh lagi agar memperlebar jarak dia dengan sang ibu yang sudah dalam mode demon.     

Bagi Ivy sendiri, mode demon sang ibu sungguh mencengangkan dia. Ivy belum pernah melihat ibunya menampilkan wujud spesial itu selama dia melihat ibunya bertarung dengan siapapun. Ini sungguh di luar dugaan Ivy.      

Yang lebih membuat Ivy tercengang, selain penampilan ibunya yang tampak elegan dan berbahaya, Andrea juga tidak bersuara apapun dan hanya menggunakan cakar dan rambutnya untuk membantai siapa saja yang menjadi lawannya.      

Ivy harus lekas mendapatkan tambahan energi sihir untuk tongkatnya atau dia akan tertangkap ibunya.      

"Berikan aku energimu!" seru Ivy sambil dia meraih satu anak buahnya untuk dihujam menggunakan tongkatnya. Anak buah itu hanya bisa menjerit dan kemudian terguling setelah dilempar Ivy ke tanah bersalju.     

"Sedikit lagi. Sedikit lagi! Errghhh!" Ivy geram sendiri karena masih saja daya kristal untuk tongkat itu belum penuh sempurna.     

Whussshhh!     

Mendadak, Andrea sudah berada di depan Ivy. Gadis vampir itu terkejut bukan main. Matanya bertaut dengan mata hitam diagonal milik Andrea. Oh astaga ... apakah ini akhir dari nasibnya? Ivy bertanya-tanya di dalam hatinya.     

Dia tidak rela. Dia sangat tidak rela apabila dia harus berakhir sekarang!     

Dia benci ibunya. Dia sangat membenci sang ibu.      

Teringat dulu bagaimana ayahnya, Giorge, begitu mencintai ibunya dan selalu saja menampilkan wajah memuja setiap menatap Andrea. Meski begitu, ibunya malah memiliki suami lain yaitu Dante. Ivy merasa sakit hati untuk ayahnya.     

Di hati Ivy dia tidak terima bahwa wanita yang digilai oleh ayahnya sungguh tidak layak mendapatkan pemujaan dari sang ayah. Bagaimana bisa ayahnya begitu besar mencintai wanita yang tidak bisa setia?!     

Dengan kata lain, Ivy cemburu pada cinta sang ayah pada ibunya. Dia merasa dia paling layak untuk mendapatkan cinta ayahnya saja.      

Ditambah dengan orang-orang yang sering kali memuji Andrea di depan dirinya, terkadang pula mereka begitu berani membandingkan kecantikan dia dengan sang ibu, membuat hati Ivy membara akan amarah.      

Seperti itulah kebencian Ivy bertumpuk-tumpuk terhadap Andrea.     

Ivy tak suka ibunya dikatakan cantik dan awet muda serta hebat dalam memimpin pasukan. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa melampaui sang ibu dalam hal apa saja, kecantikan, pemujaan, dan kehebatan dalam memimpin pasukan.      

Dan kini, kini dia sudah berada di cengkeraman Andrea, sosok yang paling dia benci. Dia tidak rela mati di tangan Andrea.      

Namun, bisa apa dia di hadapan Andrea yang sekuat itu?     

Ivy memejamkan mata.     

"Jangan bunuh dia! Dia sedang mengandung anakku! Jangan sakiti dia!" Mendadak ada suara lantang di dekat telinga Ivy.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.