Rambut Hitamnya Menghilang Saat Mereka Bertemu Kembali
Rambut Hitamnya Menghilang Saat Mereka Bertemu Kembali
"Benar-benar pria yang tampan." Banyak orang yang berada di kapal-kapal itu mulai menyadari kehadiran pria di tepi danau tersebut. Apakah ada sihir yang mampu mengubah warna rambut menjadi abu-abu?
"Apa yang sedang kalian lihat?" Seorang pemuda yang berada di salah satu kapal menghampiri haluan kapal, lalu mengalihkan pandangannya pada arah yang dituju oleh para gadis tersebut. Dia juga melihat sosok Ye Futian di tepi danau. Penampilan dan hawa kehadiran dari pria itu menimbulkan kecemburuan bagi para pria yang mengamati sosok Ye Futian.
"Dia meneteskan air mata dan tiba-tiba rambutnya berubah warna menjadi abu-abu. Aku ingin tahu dia menangisi siapa." salah satu gadis bertanya.
"Mungkin itu hanya semacam tipuan," ujar salah satu pria sambil tersenyum. Kemudian pria itu mengeluarkan sebuah mantel dan menaruhnya di tubuh gadis itu dan berkata, "Anginnya sangat dingin, ayo kita masuk ke dalam."
"Baiklah." Gadis itu mengangguk, lalu mengalihkan pandangannya dengan sedikit enggan sebelum dia kembali ke dalam kapal.
Terdapat banyak orang di Danau Qinzhou yang mengalihkan pandangan mereka pada Ye Futian. Seorang wanita dengan kepribadian yang tegas bahkan tersenyum dan bertanya pada pria itu ketika kapalnya lewat di hadapannya, "Apakah kau keberatan untuk masuk ke dalam sebentar?" Namun, pria itu seperti tidak menyadari kehadirannya dan hanya berdiri di tempatnya seorang diri. Wanita itu merasa bosan dan pergi.
Kemudian Ye Futian duduk bersila di tepi danau, dia mengeluarkan guqin miliknya dan mulai bermain guqin di tepi danau. Dia memainkan sebuah lagu sederhana yang tidak memiliki kekuatan apa-pun di dalamnya. Terdapat konsepsi artistik di dalam alunan musik yang mengalir, yang tampaknya telah menyatu dengan pemandangan di sekitarnya. Tidak ada kesedihan, tidak ada air mata, hanya ada sukacita, seolah-olah dia sedang membuat lukisan yang sangat indah. Dia sedang menggambarkan asmara sepasang remaja, yang begitu polos dan indah.
Banyak orang merasa seperti sedang melakukan sebuah perjalanan kembali ke masa lalu saat mereka mendengarkan lagu tersebut. Seolah-olah mereka dibawa kembali ke masa muda pasangan tersebut, untuk mengingat kembali kisah cinta mereka di masa lalu. Pria yang sedang memainkan lagu itu pasti memiliki sebuah cerita yang luar biasa. Tidak lama kemudian, lagu itu berakhir dan Ye Futian berdiri dari tempatnya, lalu kembali ke kediamannya.
Kehidupan Ye Futian, Hua Fengliu, dan yang lainnya berlangsung sangat tenang pada hari-hari berikutnya. Hua Fengliu dan Nandou Wenyin menghabiskan hari-hari mereka dengan berjemur di bawah sinar matahari di dalam kediaman mereka dan memainkan guqin, keduanya jarang sekali pergi keluar. Seolah-olah mereka benar-benar telah menjadi pertapa. Mereka tidak membicarakan tentang Hua Jieyu, karena tidak ada seorang-pun yang ingin membahasnya. Bahkan tidak ada yang berani menyinggung namanya. Mereka hanya berharap bahwa waktu akan menghapus rasa sakit mereka.
Kehidupan Ye Futian juga berlangsung dengan tenang dan tidak ada yang istimewa. Dia menghabiskan hari-harinya dengan mengobrol bersama guru dan Tuan Putri di kediaman mereka dan berjalan-jalan di sekitar Danau Qinzhou di malam hari. Bahkan dia sepertinya sudah lupa tentang latihannya.
Waktu terus berlalu dan semua orang yang tinggal di dekat kediaman mereka kini telah mengenal mereka. Seorang Tetua datang berkunjung dan mengetuk pintu kediaman mereka, lalu berkata pada Hua Fengliu sambil tersenyum, "Sekarang aku sudah terbiasa mendengarkan kalian memainkan lagu. Mengapa orang-orang seperti kalian datang ke Kota Qingzhou?" Tetua itu juga telah melalui banyak hal dalam hidupnya. Dia telah menjelajah ke dunia luar saat dia masih muda dan telah bertemu dengan sosok-sosok dari tingkat Dharma Plane dan Arcana Plane sebelumnya, namun tidak ada satu-pun dari mereka yang memiliki aura seperti Hua Fengliu dan kelompoknya. Meskipun dia sudah tua, dia masih bisa menebak bahwa mereka bukanlah orang-orang biasa.
"Silahkan duduk, Tetua," ujar Hua Fengliu. Tetua itu tidak menolaknya dan masuk ke dalam rumah mereka.
"Kami sudah tua, jadi kami berpikir sudah saatnya untuk pulang," Hua Fengliu tersenyum dan menjawab Tetua tersebut.
"Benar. Kota Qingzhou adalah sebuah pulau kecil, dan tempat ini juga cukup sepi." Kemudian Tetua itu tersenyum dan bertanya, "Apakah pemuda yang tampan itu adalah putramu? Dia memang sangat tampan, dan tampaknya penampilannya telah melampauimu." Hua Fengliu tersenyum dan tidak menyangkal semua pernyataan itu. Ye Futian sudah seperti putra mereka sendiri.
"Namun tetap saja, seorang pemuda yang memiliki rambut berwarna abu-abu pada usia seperti itu telah membuatku merasa heran. Sebenarnya aku tidak ingin ikut campur, tetapi jika dia benar-benar memiliki sesuatu yang tidak bisa dilupakan, yah, waktu akan menjadi solusi terbaik," ujar Tetua itu, berusaha memberikan sebuah nasihat. Dia bisa mendengar lagu yang mereka mainkan karena kediamannya sangat dekat dengan mereka. Meskipun lagu-lagu itu terdengar menenangkan hati, namun tersembunyi nada kesedihan di dalamnya. Keluarga ini tampaknya memiliki kisah tersendiri, jadi dia datang kemari hanya untuk memberi mereka nasihat.
"Terima kasih, Tetua." Hua Fengliu mengangguk.
"Baiklah, sambutanku terlalu panjang. Kalau begitu, aku pamit undur diri." Tetua itu pergi dan Hua Fengliu menghela napas. Rambut Ye Futian telah berubah warna menjadi abu-abu sejak mereka tinggal di kota ini. Dia memiliki rambut berwarna hitam saat mereka tiba di Kota Qingzhou, namun rambutnya kini berwarna abu-abu, bahkan nyaris seputih salju. Sungguh menyedihkan bagi sosok yang masih muda untuk memiliki rambut berwarna abu-abu.
Saat ini Hua Fengliu tidak memikirkan hal-hal lainnya. Dia hanya berharap bahwa akan ada kabar baik yang datang dari Istana Holy Zhi. Dia tidak ingin melihat sekelompok orang muncul secara tiba-tiba dan membawa Ye Futian dengan paksa. Dia sudah kehilangan putri kesayangannya, dan dia tidak berani memikirkan hal buruk terjadi pada muridnya, yang sudah dia anggap seperti putranya sendiri.
Danau Qingzhou selalu menjadi tempat paling populer di Kota Qingzhou. Setiap hari, Ye Futian berjalan-jalan di tepi danau dan memainkan lagu di sana. Hari-hari terus berlalu dan sepertinya tidak banyak peristiwa yang terjadi di Sembilan Negara. Tetapi sekali lagi, dia juga tidak memikirkan hal-hal seperti itu.
Banyak orang kini sering mengunjungi Danau Qingzhou untuk mendengarkan lagu yang dimainkan oleh seorang pemuda berambut abu-abu selama beberapa waktu terakhir. Rumor mengatakan bahwa dia sangat tampan. Penampilannya yang menakjubkan dan hawa kehadirannya yang luar biasa cocok dengan rambutnya yang berwarna abu-abu, sehingga membuat banyak wanita jatuh hati padanya.
Terdapat gadis-gadis dari tempat-tempat yang tidak dikenal seringkali mengundang pria itu untuk mengunjungi tempat mereka, namun pria itu tidak pernah mempedulikan mereka. Akibatnya, ada banyak rumor tentang pria berambut abu-abu itu. Beberapa rumor mengatakan bahwa dia sedang merindukan kekasihnya yang telah meninggal dunia atau mungkin cinta pertamanya, yang membuatnya berperilaku sedemikian rupa. Ada pula rumor yang mengatakan bahwa sikapnya itu mungkin disebabkan karena dia telah dikhianati oleh seseorang yang dia cintai. Dia merasa sangat sedih, sehingga dia menghabiskan hari-harinya untuk mengenang masa lalu yang indah, memanjakan dirinya dalam kenangan dan menolak untuk menghadapi kenyataan.
Namun, tidak ada satu-pun dari mereka yang bisa mengenali identitasnya. Meskipun dahulu dia sangat terkenal di Kota Qingzhou, bahkan menimbulkan kehebohan di sana, namun semua itu sudah lama berlalu. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu sejak dia terakhir kali datang ke Kota Qingzhou. Mereka yang datang kemari karena mendengar rumor yang beredar tentang dirinya mungkin tidak akan mengenalinya. Bahkan mereka yang telah melihatnya bertahun-tahun sebelumnya mungkin tidak akan mengenalinya karena rambutnya yang kini berwarna abu-abu.
Pada hari itu. Danau Qingzhou tampak mempesona seperti biasanya. Sebuah kapal bergerak mengikuti aliran air di Danau Qingzhou dan sepasang kekasih berdiri di atas kapal tersebut. Pria itu memiliki wajah yang sangat tampan. Dia berusia lebih dari 30 tahun dan memancarkan daya tarik yang unik. Wanita itu juga sangat cantik. Meskipun dia telah menikah, namun hal itu malah menambah daya tariknya. Gaunnya yang berwarna merah menunjukkan lekuk tubuhnya dengan sempurna.
"Guru Yang, Nona Feng." Beberapa orang yang melewati kapal itu mengenali mereka berdua. Dapat terlihat dengan jelas bahwa mereka cukup terkenal di Kota Qingzhou. Klan Yang dan Klan Feng adalah dua klan terkemuka di Kota Qingzhou. Yang Xiu memiliki bakat yang luar biasa dan tampak sangat gagah, sementara putri dari Klan Feng, Feng Qingxue, juga sangat luar biasa dalam aspek penampilan dan bakat yang dimilikinya. Banyak orang orang merasa terkesan dengan waktu selama lima tahun yang dihabiskan oleh Yang Xiu untuk bisa mendapatkan Feng Qingxue. Pada akhirnya, keduanya menikah dan perjalanan cinta mereka berdua menjadi sebuah kisah yang cukup terkenal di Kota Qingzhou.
Saat ini Yang Xiu dan Feng Qingxue mengajar di Akademi Qingzhou. Akademi itu telah banyak berubah. Banyak hal telah terjadi dan kekuatan mereka secara keseluruhan telah meningkat pesat. Keduanya berada di tingkat Dharma Plane. Feng Qingxue menghabiskan waktu untuk belajar selama bertahun-tahun di tempat lain sebelum dia kembali ke Akademi Qingzhou beberapa tahun kemudian. Keduanya mengangguk ke arah orang yang baru saja menyapa mereka, keduanya tampak ramah.
Sebuah lagu terdengar di area Danau Qingzhou. Keduanya mengalihkan pandangan mereka ke arah danau dan melihat satu sosok berambut abu-abu sedang memainkan guqin, dan banyak orang berkumpul di sekitarnya untuk mendengarkannya bermain guqin.
"Qingxue, terdapat rumor mengenai kehadiran satu sosok misterius di tepi danau akhir-akhir ini dan sosok itu akan memainkan sebuah lagu di tepi danau sebelum pergi. Ada banyak rumor lainnya tentang sosok tersebut. Bahkan beberapa orang mengaku bahwa mereka menyaksikan rambutnya berubah warna menjadi abu-abu dalam sekejap." ujar Yang Xiu sambil tersenyum, "Ditambah lagi, tampaknya ahli guqin ini adalah seorang pria yang sangat tampan, sehingga hanya beberapa orang di Kota Qingzhou yang bisa dibandingkan dengannya. Banyak gadis berusaha mengundangnya ke kapal mereka, namun pria itu tidak pernah mempedulikan mereka. Bagaimana menurutmu?"
"Sejak kapan kau menjadi tertarik pada hal-hal seperti itu?" Feng Qingxue bertanya sambil tersenyum.
"Yah, aku sendiri juga seorang pria yang tampan. Rumor mengatakan bahwa pria itu tidak bisa dibandingkan dengan siapa-pun di Kota Qingzhou. Aku ingin melihat apakah rumor itu memang benar adanya," ujar Yang Xiu sambil tersenyum.
"Bagaimana kalau dia teryata lebih tampan darimu?" tanya Feng Qingxue sambil tersenyum.
"Hei, kata-katamu terdengar seolah-olah sejak awal aku sudah kalah. Meskipun dia mungkin saja lebih tampan dariku, dia tidak akan bisa merebut istriku," ujar Yang Xiu sambil tersenyum. Kapal mereka bergerak menuju ke arah pemuda itu, mendekati tepi danau secara perlahan-lahan.
Feng Qingxue tampak acuh tak acuh. Sejak awal dia tidak memikirkan hal-hal seperti itu. Namun, ketika dia mulai mendengarkan lagu itu, dia perlahan-lahan terbawa ke dalam konsepsi artistik dari lagu tersebut. Seolah-olah dia bisa merasakan kepolosan dari masa mudanya pada lagu itu sendiri.
Lagu itu mengalir dengan daya tarik misterius di dalamnya, yang mampu membawa pikiran orang-orang ke masa lalu dan mengenang masa lalu mereka. Feng Qingxue kini jadi mengingat masa mudanya. Dia benar-benar polos kala itu, tetapi dia juga keras kepala dan nakal, dimana dia telah kehilangan seseorang yang luar biasa. Meskipun dia tahu bahwa orang tersebut tidak akan menyalahkannya atas segalanya, dia tetap merasa sedih setiap kali dia mengingat kembali apa yang telah terjadi di antara mereka.
Meskipun waktu telah membuatnya melupakan masalah itu, dan karena dia sedah menikah, dia berhenti mengingat kembali saat-saat itu. Namun, ada momen ketika ingatan itu muncul kembali dan dia masih merasakan sedikit kesedihan di dalam hatinya. Tetapi sekali lagi, ada juga saat-saat menyenangkan yang tercampur di dalamnya. Bagaimanapun juga, itu adalah masa-masa terbaik saat dia masih muda.
"Ahli guqin ini memang memiliki kemampuan yang sangat hebat," puji Yang Xiu saat dia juga menjadi tertarik pada lagu tersebut. Dia menoleh untuk melihat ke arah Feng Qingxue, yang juga tertarik pada lagu tersebut. Dia jadi ingin tahu tentang orang yang memainkannya. Kapal itu perlahan-lahan mendekat dan pandangan matanya beralih pada sosok yang memainkan lagu tersebut. Ketika jarak di antara mereka semakin dekat dan penglihatannya menjadi semakin jelas, dia merasa ada sesuatu yang tidak asing dari pria yang sedang memainkan guqin itu.
"Apakah aku sedang berhalusinasi?" Feng Qingxue bertanya dalam hati. Itu mungkin karena ingatan yang dibawa oleh lagu yang baru saja dimainkan. Namun, dia tetap merasa gelisah dan tubuhnya sedikit merinding.
Alunan musik terus mengalir ke dalam telinganya. Ketika kapal mereka semakin mendekat dan dia mendengarkan lagu itu dengan seksama, kenangan bertahun-tahun lalu yang tidak pernah muncul di dalam pikirannya kini telah muncul. Perasaan yang sudah tidak asing baginya memenuhi pikirannya saat ini. Ditambah lagi, ketika kapal mereka semakin mendekat, perasaan itu menjadi semakin kuat. Jantung Feng Qingxue berdegup kencang. Dia berusaha agar bisa melihat wajah orang yang sedang memainkan lagu itu dengan jelas.
Pria itu terus memainkan guqin dengan sepuluh jarinya. Untaian rambut berwarna abu-abu menjuntai di depan alisnya, yang menghalangi wajahnya. Baru setelah lagu itu berakhir, dia mulai mengangkat kepalanya. Ketika Feng Qingxue akhirnya melihat wajahnya, hatinya berdebar kencang dan matanya memerah. Dia tidak sanggup menahan air matanya saat dia melihat wajah dari sosok berambut abu-abu itu dengan jelas.
Namanya telah dikenal di seluruh dunia. Tidak ada seorang-pun di Negeri Nandou yang tidak mengetahui namanya, tetapi dia tidak tahu mengapa rambutnya menjadi berwarna abu-abu saat dia bertemu lagi dengannya!