HATI DANISH TELAH KALAH
HATI DANISH TELAH KALAH
"Ayraa." panggil Danish dengan hati sedih dan terluka.
"Ya Pak." sahut Ayraa tanpa mengalihkan perhatiannya pada pekerjaannya.
Hati Danish semakin sakit dan terluka. Dengan duduk diam Danish berpikir untuk mencari cara agar menarik perhatian Ayraa.
Selintas tiba-tiba ada ide dalam pikiran Danish. Seolah tidak sengaja Danish menyenggol cangkir teh yang ada di mejanya hingga jatuh berkeping-keping di lantai.
Ayraa terlihat terkejut saat mendengar cangkir yang terjatuh berkeping-keping dan berserakan apalagi saat melihat Danish mengambil pecahan beling itu dengan panik.
"Aaauhhh!!! " Danish berteriak kecil saat salah satu pecahan kaca menancap di telapak tangannya.
"Kak Danishhh!!" teriak Ayraa dengan cemas segera memegang tangan Danish dan mencabut pecahan beling dari telapak tangan Danish dan menghisap darah yang mengalir dari telapak tangan Danish.
"Kak Danish sudah tahu kaca kenapa mengambilnya dengan tangan Kak? lihat tangan Kak Danish terluka?" ucap Ayraa seraya menghisap lagi telapak tangan Danish dengan kuat.
"Ayraa...kamu mencintaiku bukan?" tanya Danish mencari kesungguhan di mata Ayraa.
"Ya Kak...aku mencintai Kak Danish." jawab Ayraa dengan jujur.
"Tapi kenapa kamu tidak perduli padaku? dan tidak sedikitpun cemburu padaku?" tanya Danish dengan tatapan sedih.
"Kak Danish, bukannya kita sudah sepakat untuk menyembunyikan hubungan kita? dan bagaimana aku bisa jelaskan kalau aku juga cemburu Kak. Kata Kak Danish kita sudah menjadi sepasang kekasih tapi Kak Danish masih berhubungan dengan kekasih kakak yang sebelumnya." ucap Ayraa dengan tatapan teduh.
"Aku sudah tidak mencintainya Ayraa, tapi aku tidak bisa memutuskan hubunganku dengannya karena dia mengancamku." ucap Danish menatap penuh wajah Ayraa.
"Kenapa Kak Danish takut padanya? kalau Kak Danish tidak melakukan hal yang salah Kak Danish harus bisa mengambil sikap." ucap Ayraa yang selama ini selalu berjalan lurus karena mendengar nasihat dari orang tuanya.
"Kamu tidak akan pernah mengerti Ayraa, masalahku terlalu rumit." ucap Danish yang tidak mungkin menceritakan semuanya pada Ayraa.
"Ya sudah, kalau Kak Danish masih sanggup untuk bertahan dan menyelesaikan semua masalah Kakak aku tidak ada masalah. Karena bagiku yang terpenting adalah kuliahku Kak, dengan mau menjadi kekasih Kak Danish aku anggap sebagai penyemangat saja Kak." ucap Ayraa tidak ingin mengecewakan orang tuanya.
"Apa sebatas itu arti aku Ayraa? sebagai semangat untuk belajar saja?" tanya Danish kembali kecewa.
"Ada apa Kak? bukannya sudah aku bilang aku juga cinta sama Kakak." ucap Ayraa tidak mengerti dengan perasaannya yang begitu sayang pada Danish walau Ayraa tidak ingin memperdalam rasa cintanya.
"Apa untuk sementara kita jalani seperti kata hati kita saja Ayraa?" tanya Danish ingin menyelesaikan masalahnya dengan Ponco lebih dulu.
"Maksud Kak Danish?" tanya Ayraa tidak mengerti.
"Aku ingin menyelesaikan masalahku lebih dulu dengan pacarku hingga kami benar-benar putus, dan juga aku memberimu kesempatan agar kamu yakin dengan perasaanmu padaku." ucap Danish merasa takut kalau Ayraa mengetahui hubungannya dengan Ponco.
"Tidak apa-apa Kak, aku mengikuti apa yang Kak Danish inginkan saja." ucap Ayraa tidak terlalu memusingkan masalah yang tidak jelas.
"Baiklah Ayraa, aku rasa mulai besok kita lupakan saja dulu perasaan kita dan kita fokus pada masalah kita masing-masing." ucap Danish merasa ragu akan semuanya.
Ayraa tersenyum, walau dalam hati sedikit bingung dengan sikap Danish yang berubah-ubah.
"Ya Kak, santai saja...aku tidak apa-apa." ucap Ayraa berusaha untuk bersikap lebih dewasa.
"Baiklah Ayraa.. kembalilah bekerja." ucap Danish duduk bersandar tidak tahu lagi apa yang di inginkan dalam hidupnya.
Tanpa melihat ke arah Danish lagi, Ayraa kembali bekerja dengan fokus agar pekerjaannya cepat selesai.
Hampir empat jam berlalu, Ayraa masih mengerjakan pekerjaannya yang tinggal sedikit.
"Drrrt.. Drrtt...Drrtt"
Ayraa meraih ponselnya yang ada di atas meja.
"Chello, ada apa dia telepon? bukannya sudah di katakan tidak perlu menjemput?" gumam Ayraa seraya menerima panggilan Chello.
"Ya Chell, ada apa?" tanya Ayraa dengan suara pelan.
Danish menegakkan punggungnya saat Ayraa menyebut nama Chello.
"Aku ada acara makan-makan teman kampus sekarang, dan yang aku tahu kamu pasti kelaparan saat ini. Mau ikut bersamaku tidak?" tanya Chello dengan penuh harap.
"Baiklah, sebentar lagi aku juga mau keluar." ucap Ayraa dengan wajah tersenyum apalagi perutnya memang juga sangat lapar.
"Oke... tunggu aku di depan jalan tadi pagi ya." ucap Chello dengan semangat empat lima.
"Kamu mau ke mana Ayraa?" tanya Danish tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Mau makan siang Pak, kebetulan teman Chello ada acara makan-makan. Jadi Chello mengajakku." ucap Ayraa dengan tersenyum.
"Baru saja aku mengatakan kita berpisah sementara kamu sudah bisa tersenyum dan keluar makan-makan sama Chello Ayraa. Kapan kamu ada bersedih untukku Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan penuh.
Ayraa menekan area pelipisnya, sungguh baru kali ini dirinya di buat bingung oleh sikap seorang laki-laki yang bingung dengan hatinya sendiri.
"Aku semakin bingung dengan sikap kak Danish. Kenapa Kak Danish fokus pada masalah Kakak dulu saja?" ucap Ayraa yang sudah bersiap-siap untuk pulang karena waktu training sudah habis.
"Ayraa!" panggil Danish dengan serius.
"Ya kak, ada apa lagi?" tanya Ayraa yang sudah pusing dengan sikap Danish.
"Jangan pergi! pergi denganku saja!" ucap Danish dengan tatapan memohon.
"Maaf pak, aku tidak bisa... aku sudah menerima ajakan Chello." ucap Ayraa tidak mau mengecewakan hati Chello.
"Saya pergi dulu pak, sampai besok." ucap Ayraa meninggalkan Danish yang sedang mengalami rasa bimbang dan kegelisahan.
Dengan berjalan cepat Ayraa keluar dari kantor perusahaan untuk menunggu kedatangan Chello. Dan ternyata Chello sudah menunggunya.
"Ayo... cepat Ay.. kita sudah ketinggalan." ucap Chello sambil memberikan helm pada Ayraa.
Tanpa banyak bicara, Ayraa naik ke atas motor dan berpegangan kuat pada pinggang Chello yang sudah bersiap menjalankan motornya.
"Pegangan kuat Ay." ucap Chello seiring menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi.
Dalam kecepatan tinggi, Ayraa tidak memperhatikan kalau Danish mengikutinya dari belakang.
Tiba di tempat yang pinggiran taman yang sangat nyaman, Chello mengandeng tangan Ayraa dan membawanya masuk ke dalam di mana teman-temannya sudah menunggunya.
Hingga hampir dua jam lamanya, Chello dan teman-temannya bercanda dengan Ayraa tentang balap motor yang akan di adakan Minggu depan.
"Kita pulang sekarang Ay?" tanya Chello saat melihat Ayraa sudah mengantuk.
"Hm...ayo kita pulang." ucap Ayraa seraya bangun dari duduknya dan bersandar di bahu Chello yang memeluk pinggangnya.
Di atas motor, Chello membiarkan Ayraa tidur sebentar yang Chello sandarkan pada dadanya.
Setelah beberapa saat Ayraa bangun dari tidurnya.
"Kamu sudah bangun Ay?" tanya Chello dengan tersenyum.