HAMPIR KETAHUAN (2)
HAMPIR KETAHUAN (2)
"Ayraa, apa kamu sudah ada di rumah?" tanya Danish setelah mendengar suara Ayraa di sana.
"Ya Kak, baru saja sampai rumah. Kenapa Kak?" tanya Ayraa dengan heran.
"Apa tadi kamu pulang naik taxi?" tanya Danish memastikan Ayraa tidak tahu kedatangan Ponco atau ke depan curiga dengan Ponco.
"Ya Kak, aku naik taxi.. kalau aku minta antar Chello nanti ada yang marah dan ngambek lagi." ucap Ayraa dengan nada menggoda.
"Syukurlah kalau kamu sekarang lebih memikirkan perasaanku Ay. Aku mencintaimu Ayraa.. sangat mencintaimu." ucap Danish dengan hati yang tidak bisa dia bohongi.
"Aku juga sedang berusaha untuk tidak menyakiti hatimu Kak, karena aku juga mencintaimu." ucap Ayraa berusaha untuk tidak melibatkan Chello dalam masalahnya.
"Nanti sore kamu datang kan Ayraa?" tanya Danish dengan suara memelas.
"Aku usahakan ya Kak, aku masih mencari cara untuk bisa keluar tanpa Chello Kak." ucap Ayraa dengan pikiran bingung.
"Aku harap kamu datang ya Ayraa, please sayang." ucap Danish memanggil Ayraa dengan panggilan sayang.
Hati Ayraa meleleh menahan haru juga rasa iba dengan kata-kata Danish yang memohon.
"Aku usahakan demi Kak Danish ya." ucap Ayraa dengan penuh rasa sayang.
"Terima kasih Ayraa, Jamal berapa kira-kira kamu datang Ay?' tanya Danish memastikan kedatangan Ayraa tidak bertabrakan dengan adanya Ponco yang sedang menjaganya.
"Mungkin jam empat sore ya Kak." ucap Ayraa setelah memikirkan matang-matang jam berapa sekiranya dia bisa pergi.
"Baiklah Ayraa, aku tunggu kedatanganmu. Jangan kecewakan aku ya sayang." ucap Danish dengan hati berbunga-bunga.
"Ya Kak, nanti lagi ya Kak...aku mencintaimu." sahut Ayraa mengecilkan suaranya saat mendengar suara pintu terketuk.
"Ya sayang...aku juga mencintaimu." ucap Danish dengan hati dan perasaan lega menutup panggilannya.
Setelah selesai bicara dengan Ayraa, Danish menyimpan kembali ponselnya di balik bantalnya dengan mensilent ponselnya lebih dulu dan bertepatan dengan pintu kamarnya yang terbuka.
Dengan cepat Danish menegakkan punggungnya yang sedikit sakit karena berbaring terus.
"Maaf sayang agak lama, aku harus makan dulu di sana biar disini aku bisa menyuapimu." ucap Ponco dengan tersenyum kendati hatinya curiga saat melihat wajah Danish terlihat gembira.
"Tidak apa-apa Bieb, kamu kan juga perlu makan agar cepat sehat juga." ucap Danish tanpa ada perasaan apa-apa lagi yang membuatnya rindu pada Ponco.
"Sayang...aku bisa pinjam ponselnya sebentar? untuk memberitahu Bik Imah kalau aku tidak pulang sekarang. Karena aku ingin menjagamu seharian." ucap Ponco seraya meraih ponsel Danish yang di pegangnya terus.
Dengan terpaksa Danish membiarkan ponselnya di ambil Ponco dari pada membuat Ponco curiga kembali.
Ponco membuka ponsel Danish yang memakai kata sandi dengan kata sandi yang sudah di ketahuinya. Hati Ponco sedikit lega karena kata sandi masih sama dan itu menunjukkan kalau Danish tidak menutupi apapun darinya.
Tanpa melihat-lihat lagi Ponco segera menghubungi Bik Imah pembantu yang datang tiap hari di jam tertentu.
"Ini sayang, terima kasih ya...kata sandi ponsel kamu masih tetap sama." ucap Ponco dengan tersenyum manis.
Danish tersenyum dengan hati yang sangat lega.
"Sekarang aku suapi ya sayang." ucap Ponco mengambil bubur ayam yang di belinya dan menyuapi Danish dengan hati bahagia.
***
Di kamar Ayaraa...
Ayraa sedikit terkejut saat melihat Bundanya masuk ke dalam kamar dengan sebuah senyuman.
"Bunda? ada apa kok senyum-senyum? habis mesaraan sama Ayah ya?" goda Ayraa ketika Bundanya duduk di pinggir ranjang menghadap ke arah dirinya.
"Tidak... Bunda lagi senang saja anak Bunda sudah besar dan dewasa terlihat jelas kalau sekarang sedang jatuh cinta dan sudah punya pacar." ucap Nicky dengan tatapan tak berkedip menatap wajah Ayraa Putri semata wayangnya.
Wajah Ayraa memerah menahan malu, bagaimana bisa Bundanya tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya? tentang perasaannya?
"Bunda... Bunda tahu darimana?" tanya Ayraa dengan suara terbata-bata, takut kalau ayahnya akan mengetahuinya. Karena Ayraa sudah berjanji untuk tidak pacaran dulu sebelum selesai kuliah.
"Ya tahu dari wajah anak Bunda dong? terlihat berseri-seri dan sekarang lebih sering di kamar daripada nonton televisi bersama Ayah dan Bunda seperti dulu." ucap Nicky seraya mengusap wajah Ayraa dengan penuh kasih sayang.
"Bunda... aku mohon, Ayah jangan sampai tahu hal ini...aku akan malu Bunda." ucap Ayraa dengan tatapan memohon.
"Ya..kamu tenang saja, tapi Bunda memberi saran kamu harus tetap bercerita pada Ayah siapa kekasih kamu. Karena Ayraa, anak gadis itu harus pintar-pintar menjaga dirinya. Dan Ayah pasti tidak ingin kamu di permainkan oleh laki-laki manapun. Bibit Bobot Bebet bagi Ayah dan Bunda itu penting. Bukan masalah kaya atau miskin. Tapi kejelasan pribadi laki-laki tersebut baik tidak untuk mendampingi Ayraa." ucap Nicky dengan panjang lebar.
"Tapi Bunda, aku masih belum berpikir ke arah sana. Aku hanya berteman dekat dan aku menyayanginya itu saja Bunda, aku masih fokus pada kuliah Bun." ucap Ayraa jujur pada Bundanya.
"Syukurlah kalau kamu masih fokus pada tujuan kuliah kamu sayang, karena demi kamu untuk sekolah tinggi Ayah bekerja siang malam, ya kan Ayraa?" ucap Nicky lagi dengan hati-hati memberi nasihat pada putrinya.
"Ya Bunda, Aku selalu mengingat pesan Ayah dan Bunda. Tidak akan mengecewakan Ayah dan Bunda yang sudah berkorban untuk kebahagiaan dan kepentingan aku." ucap Ayraa dengan tatapan penuh rasa bersalah.
"Bunda percaya dan bangga padamu sayang, sekarang kamu bisa menceritakannya pada Bunda kalau kamu sudah siap. Kalau kamu masih belum siap dengar nasihat Bunda. Selama laki-laki itu baik pasti tidak akan menyembunyikan hubungannya dan akan minta izin pada Ayah dan Bunda." ucap Nicky ingin tahu sejauh mana hubungan Ayaraa dengan laki-laki yang belum di kenalnya. Dan bagaimana hubungan Ayraa dengan Chello padahal rencana Bagas akan memberitahu soal perjodohannya di bulan saat Ayraa ulang tahun dan itu kurang lima bulan lagi.
"Ya Bunda, pasti aku akan menceritakan semuanya sama Bunda. Tapi mungkin belum saat ini Bunda, aku akan memastikan perasaanku lebih dulu. Karena aku sendiri masih belum terlalu mengenalnya juga Bun." ucap Ayraa mulai bingung dengan apa yang harus di ceritakannya karena dirinya sendiri masih juga belum mengenal siapa Danish Aillen.
"Ya tidak apa-apa, kamu harus lebih dulu mengenal siapa dia baru cerita sama Bunda." ucap Nicky memberikan kesempatan pada Ayraa untuk mengambil keputusan apa yang baik dan tidak.
"Eumm.. Bunda, bolehkah sore nanti aku pergi melihat teman dekatku itu? dia sekarang sakit karena kecelakaan." tanya Ayraa dengan tatapan memohon.