CINTA AYRAA PADA DANISH
CINTA AYRAA PADA DANISH
"Aku mencintaimu Ayraa, sangat mencintaimu." bisik Danish dengan hati bahagia.
"Aku juga mencintaimu Kak Danish." ucap Ayraa dengan seraya mengusap punggung Danish secara berulang-ulang.
"Seandainya kamu tidak datang, mungkin aku sudah mati Ayraa dan kamu tidak bisa melihatku lagi." ucap Danish dengan sebuah senyuman.
"Ya Kak, mungkin aku masih diberi kesempatan untuk bisa melihat Kak Danish, seandainya Pak Ponco tidak memanggilku mungkin aku tidak akan pernah kemari." ucap Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish.
"Aku harus berterima kasih pada Ponco, karena telah menjelaskan semuanya padamu." ucap Danish ingin bertemu dengan Ponco untuk sekedar mengucapkan terima kasih.
"Pak Ponco sepertinya sakit Kak, tadi Pak Ponco ke rumah sakit. Aku mau mengantarnya tapi Pak Ponco tidak mau." ucap Ayraa menjelaskan keadaan Ponco pada Danish.
"Apa Ponco masih sakit saat mengajarmu Ayraa?" tanya dan merasa khawatir dengan keadaan Ponco.
"Ya Kak, mungkin sudah dalam dua Minggu ini." ucap Ayraa dengan jawaban mengira-ngira.
"Maukah kamu mengantarku untuk melihat Ponco Ayraa?" tanya Danish menatap Ayraa dengan tatapan penuh harap.
"Tapi tidak sekarang ya kak, karena aku sudah terlalu lama berada di sini." ucap Ayraa yang sudah hampir dua jam berada di apartemen Danish.
"Apa kamu mau pulang sekarang? padahal kita baru saja bertemu." ucap Danish dengan tatapan sedih.
"Tapi sudah dua jam aku ada di sini Kak, seharusnya aku sudah ada di rumah saat ini. Apalagi ada ayah di rumah, pasti ayah akan menanyakan ke mana saja aku belum pulang." ucap Ayraa yang belum tahu akan memberi alasan apa pada ayahnya.
"Kenapa kita tidak jujur saja pada Ayah kamu Ayraa, bukankah Bunda juga sudah tahu hubungan kita?" ucap Danish seraya berusaha bangun untuk duduk bersandar.
"Ayah dan Bunda itu berbeda Kak, kalau Bunda itu masih menyerahkan semua keputusan itu padaku. Tapi kalau Ayah semua keputusan itu ada di tangan ayah." sahut Ayraa dengan jujur.
"Apa Ayah kamu tidak akan setuju kalau tahu aku adalah kekasihmu Ayraa?" tanya Danish meminta jawaban jujur dari Ayraa.
"Aku tidak tahu Kak, apa Ayah akan setuju dengan hubungan kita ini. Karena aku sudah berjanji pada ayah untuk menyelesaikan kuliahku baru aku berpacaran Kak." ucap Ayraa dengan jujur.
"Tapi kamu sudah dewasa Ayraa, dan kamu sudah pantas untuk mempunyai kekasih. Apalagi aku juga sudah dewasa yang akan bisa menjaga kamu." ucap Danish dengan bersungguh-sungguh.
Dengan tersenyum Ayraa mengambil pakaian bersih Danish dan di berikan pada Danish agar segera berganti pakaian.
"Sekarang mending Kak Danish berganti pakaian dulu, jangan pikirkan hal itu dulu. Masalah itu nanti bisa kita bicarakan lagi di lain hari, waktu kita masih panjang Kak. Sekarang yang penting Kak Danish harus sembuh dulu." ucap Ayraa sambil tersenyum tidak ingin membuat hati Danish sedih lagi.
"Tapi kapan kita akan bicara pada Ayah kamu Ayraa, aku sudah tidak sabar memberitahu hubungan kita pada kedua orang tuamu. Aku tidak mau menyembunyikan hubungan kita lagi." ucap Danish dengan tatapan yang sungguh-sungguh.
"Iya Kak, aku setuju dengan Kak Danish. Sekarang Kak Danish ganti pakaian saja dulu ya...aku akan membuatkan bubur buat Kak Danish, Kak Danish pasti lapar kan?" tanya Ayraa sambil tersenyum.
"Baiklah, aku akan berganti pakaian sekarang." ucap Danis dengan hati yang berbunga-bunga.
Melihat keadaan Danish yang sudah mulai bersemangat, Ayraa pergi ke dapur untuk membuatkan bubur buat Danish yang pasti lapar dengan kondisi badan masih dalam keadaan lemas.
Setelah selesai membuat bubur Ayraa membawanya ke kamar Danish, dan dilihatnya Danish sedang duduk bersandar di tempat tidurnya dengan pakaian yang sudah kering.
"Nah... buburnya sudah siap, Kak Danish harus makan yang banyak biar cepat sehat." ucap Ayraa dengan penuh perhatian menyuapi Danish yang sedang menatapnya tak berkedip.
"Terima kasih Ayraa, aku sangat bahagia ini masih bisa melihatmu." ucap Danish sambil mengunyah buburnya dengan pelan.
"Jangan berterima kasih Kak, sudah seharusnya aku yang minta maaf pada Kak Danish karena telah menyakiti hati Kak Danish." ucap Ayraa seraya mengusap bibir Danish yang belepotan bubur.
"Apa belepotan Ayraa?" tanya Danish dengan tersenyum saat jari lembut Ayraa menyentuh bibirnya.
"Sedikit Kak." ucap Ayraa dengan tatapan sayang.
Dengan sangat telaten akhirnya satu mangkuk bubur yang di buat Ayraa sudah masuk ke dalam perut Danish.
"Sudah habis Kak, sekarang Kak Danish istirahat ya...aku akankah pulang, aku tidak ingin ada masalah di rumah nanti." ucap Ayraa seraya meletakkan mangkuk bubur di atas meja.
"Besok pulang dari kampus, kamu ke sini lagi kan Ayraa?" tanya Danish dengan tatapan penuh harap.
"Aku usahakan ya Kak." ucap Ayraa menatap lembut wajah Danish.
"Aku merasa sedih kalau jauh darimu Ayraa." ucap Danish dengan tatapan sedih.
"Jangan sedih Kak, bukannya kita sudah baik-baik sekarang Kak." ucap Ayraa menggenggam tangan Danish.
"Aku Ingin selalu dekat denganmu Ayraa." ucap Danish mengecup punggung tangan Ayraa dengan penuh perasaan.
Ayraa membiarkan Danish mencium punggung tangannya bahkan saat Danish memeluk dirinya dengan sangat erat.
"Aku ingin bermanja padamu Ayraa, ingin kamu di sini menjagaku." ucap Danish merasa sangat lemah hatinya jika berhadapan dengan Ayraa.
"Besok masih ada waktu Kak, aku akan ke sini melihat Kak Danish." ucap Ayraa dengan tersenyum seraya mengusap wajah Danish yang terlihat tirus.
"Sudah berapa hari Kak Danish tidak makan? tubuh Kak Danish terlihat kurus." ucap Ayraa dengan perasaan bersalah.
"Tiga hari terakhir ini, aku sudah malas untuk makan dan tidak ingin melakukan apapun. Aku hanya memikirkan dirimu." ucap Danish dengan jujur.
"Aku tidak ingin Kak Danish melakukan hal ini lagi. Aku tidak tahu lagi bagaimana kalau aku tidak ke sini. Mungkin aku akan menyesal seumur hidupku." ucap Ayraa dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
Danish menatap lembut wajah Ayraa, mengusap pelan air mata yang sudah menetes di kedua pipi Ayraa.
"Maafkan aku, aku tidak akan bertindak bodoh lagi." ucap Danish kembali memeluk Ayraa dengan sangat erat.
"Berjanjilah padaku, untuk tidak melakukan hal itu lagi Kak." ucap Ayraa menatap dalam kedua mata Danish.
"Apa kamu takut kehilanganku Ayraa?" tanya Danish dengan hati yang berdebar-debar indah.
"Sangat takut Kak, aku tidak ingin kehilangan Kak Danish." ucap Ayraa menenggelamkan kepalanya di dada Danish.
"Aku juga tidak ingin kehilangan kamu Ayraa. Seandainya Ayah kamu tidak setuju bagaimana Ayraa? apa kamu akan meninggalkan aku?" tanya Danish menatap penuh wajah Ayraa.
Ayraa terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan Danish.