THE BELOVED ONE

BERUSAHA UNTUK MELUPAKAN



BERUSAHA UNTUK MELUPAKAN

"Terima kasih Ayah, kenalkan ini sahabatku namanya Ponco dia lagi sakit. Ponco akan tinggal di sini selama aku tinggal di sini." ucap Danish mengenalkan Ponco pada Ayahnya Khabir.     

Khabir menyapa Ponco dengan menganggukkan kepalanya.     

"Ayo... Danish kita masuk ke dalam saja." ucap Khabir mengajak Danish dan Ponco untuk masuk ke dalam rumah dengan perasaan hati tak percaya kalau Danish kembali tanpa membawa jodohnya.     

***     

"Kalian berdua mau ke mana?" tanya Bagas menatap Ayraa dan Chello dengan tatapan bahagia, karena melihat hubungan Ayraa dan Chello tetap baik-baik saja walau mereka di paksa untuk bertunangan.     

Ayraa menatap ke arah Chello meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan Ayahnya.     

"Aku mau mengajak Ayraa ke rumah teman untuk mengambil buku Yah." jawab Chello terpaksa berbohong agar Bagas tidak curiga kalau Ayraa sebenarnya mau ke Apartemen Danish untuk melihat keadaan Danish.     

"Hati-hati di jalan, jangan pulang terlalu malam." pesan Bagas sebelum Ayraa dan Chello berangkat dengan kendaraan motornya.     

Tiba di Apartemen Danish, Ayraa segera turun dari motor Chello.     

Apartemen Danish terlihat gelap hanya ada lampu yang terang di depan teras depan.     

Hati Ayraa merasa gelisah seketika dengan berlari Ayraa masuk ke halaman rumah Danish dan berjalan ke pintu depan.     

Pintu depan terkunci rapat bahkan jendela-jendelanya juga tertutup rapat dengan tertutup kelambu yang biasanya terbuka.     

"Ya Tuhan kenapa perasaanku tidak enak sekali? kenapa Apartemen Kak Danish sangat sepi dan gelap? apa Kak Danish tidak ada di rumah?" tanya Ayraa dalam hati kemudian berjalan kembali keluar untuk menemui seorang satpam yang biasanya ada di pos depan rumah Danish.     

"Mencari siapa Mbak? apa mencari Mas Danish?" tanya Pak satpam yang kebetulan melihat Ayraa keluar dari Apartemen Danish.     

"Ya Pak, saya mencari Kak Danish. Apa Kak Danish tidak ada di rumah? soalnya Apartemennya terlihat gelap dan sepi?" tanya Ayraa dengan hati yang mulai gelisah.     

"Iya mbak.. Mas Danish nya tadi pagi pergi, pulang kampung. Kemungkinan tidak akan kembali lagi karena saya diminta untuk membantu menjual apartemennya." jawab Pak satpam dengan logat bahasanya yang kental.     

"Apa Pak?? Apartemennya Kak Danish mau dijual? Kak Danish sudah tidak tinggal di sini lagi? memang kak Danish pulang kampung ke mana Pak? kalau boleh tahu!" tanya Ayraa dengan tubuh lemas yang terasa kehilangan tenaganya.     

"Kalau tidak salah Mas Danish nya pulang ke Bali, bukannya Mas Danish asli orang Bali?" jawab Pak satpam yang belum terlalu mengenal asal-usul Danish.     

Tubuh Ayraa semakin lemas tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar apa yang dikatakan Pak Satpam tentang kepergian Danish.     

Chello yang mengetahui hal itu segera turun dari motornya menghampiri Ayraa dan mengapa tubuh Ayraa.     

"Kamu tidak apa-apa Ayraa? ada apa? apa yang terjadi? Kenapa kamu begitu pucat?" tanya Chello ikut merasa cemas dengan keadaan Ayraa.     

"Kak Danish sudah tidak tinggal di sini lagi Chell. Kak Danish sudah pergi pulang ke kampung halamannya di Bali." jawab Ayraa dengan suara yang hampir tak terdengar.     

"Apa kamu yakin? coba kamu hubungi ponselnya? mungkin kamu bisa bicara dengan dia?" ucap Chello yang tidak tahu juga harus berbuat apa untuk membantu Ayraa.     

"Aku sudah menghubunginya dari pagi, tapi ponselnya tidak aktif. Aku harus bagaimana sekarang? Chell.. antarkan aku sekarang ke rumah sakit, aku harus menemui Pak Ponco untuk mengetahui keberadaan Kak Danish, siapa tahu Pak Ponco tahu dimana kak Danish berada." pinta Ayraa tiba-tiba ingat dengan Ponco yang pasti tahu di mana kamu keberadaan Danish.     

"Ayo...aku antar sekarang ke sana." ucap Chello naik ke atas motornya di ikuti Ayraa yang sudah kehilangan semangatnya.     

Tiba di rumah sakit Ayraa berlari cepat tanpa memperdulikan apapun, selain hanya satu di dalam pikirannya hanya Ingin bertemu dengan Danish secepatnya.     

Tubuh Ayraa semakin lemas melihat kamar Ponco juga sudah kosong. Ayraa tahu pasti Ponco dan Danish pergi bersama.     

Chello yang mengejar Ayraa baru sampai dan melihat Ayraa duduk lemas di depan pintu kamar Ponco yang sudah kosong tidak ada penghuninya.     

Tanpa berkata apa-apa, Chello yang cukup mengerti kondisi Ayraa segera memapah tubuh Ayraa dan membawanya duduk ke sebuah kursi panjang.     

"Ayraa..kamu jangan seperti ini, aku akan membantumu untuk mencari keberadaan mereka berdua." ucap Chello seraya memeluk bahu Ayraa.     

"Mencari kemana Chell? kita tidak tahu apa-apa tentang mereka? dimana mereka tinggal?" ucap Ayraa dengan perasaan putus asa.     

"Aku akan mencari data mereka di kampus. Siapa tahu ada alamat yang jelas di sana." ucap Chello sambil mengusap punggung Ayraa ikut merasakan kesedihan Ayraa.     

Ayraa hanya bisa menangis pelan di bahu Chello.     

"Kita pulang sekarang ya? kamu jangan menangis seperti ini.. jangan membuat Ayah curiga, kita harus menutupi semuanya dari Ayah agar kita bisa mencari keberadaan Pak Danish tanpa dicurigai Ayah." ucap Chello dengan tulus ingin membantu Ayraa mencari keberadaan Danish.     

"Apa benar kamu mau membantuku Chell?" tanya Ayraa mengangkat wajahnya menatap Chello dengan kesedihan yang sangat.     

Chello menganggukkan kepalanya dengan pasti.     

"Aku akan membantumu tapi kamu jangan menangis lagi seperti ini, kamu harus tetap semangat dan tersenyum. Kita akan mencari sama-sama keberadaan Kak Danish sampai ketemu." ucap Chello sambil mengusap air mata Ayraa.     

"Terima kasih Chell, kamu memang sahabatku yang terbaik. Hanya kamu yang mengerti aku selain Bunda." ucap Ayraa menyandarkan kepalanya di bahu Chello.     

"Iya sudah.. sekarang kita pulang ya? sudah malam. Besok pagi kita start untuk mencari keberadaan Kak Danish." ucap Chello sambil mengusap lembut rambut kepala Ayraa.     

Dalam pelukan Chello, Ayraa berjalan keluar dari rumah sakit dan diantar Chello kembali pulang ke rumah.     

"Ingat..jangan bersedih, jangan sampai Ayah mengetahui masalah ini. Kamu harus tetap tersenyum." pesan Chello setelah sampai di rumah Ayraa.     

Ayraa menganggukan kepalanya dengan pelan, kemudian masuk ke dalam rumah dan melepas kesedihannya di dalam kamarnya dengan tangisan dalam diam.     

***     

"Apa ada sesuatu yang terjadi Danish sampai kamu pulang? bukannya kamu belum bertemu dengan jodoh kamu?" tanya Khabir dengan mengkerutkan keningnya menatap penuh wajah Danish.     

Danish terdiam tidak tahu harus menceritakan dari mana tentang cerita hidupnya yang begitu kotor pada Ayahnya.     

"Sebaiknya perjodohan itu dibatalkan Ayah karena aku tidak mungkin bisa menikah dengannya." ucap Danish merasa dirinya telah kotor apalagi dengan keadaan dirinya yang sudah terjangkit virus HIV.     

"Kenapa harus dibatalkan? perjodohan itu tetap akan terjadi...karena itu sudah takdir kamu dengan dia. Hanya kematian yang bisa memisahkan kalian berdua." ucap Khabir dengan suara yang sangat tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.