THE BELOVED ONE

KEBAHAGIAAN DANISH



KEBAHAGIAAN DANISH

"Aku mencintaimu Kak Danish, bangunlah Kak Danish sayang...aku merindukanmu." ucap Aiyraa di sela-sela tangisnya, seraya mengusap lembut wajah Danish dengan penuh perasaan.     

Dengan perasaan semakin sedih, Ayraa mengusap air matanya berusaha untuk tidak lemah di hadapan Danish.     

Sudah hampir satu jam Ayraa menunggu Danish dan mengajak bicara Danish. Ayraa tidak berputus asa masih terus mengajak bicara Danish.     

Pada saat kerinduan yang semakin melanda hati Ayraa. Ayraa memberanikan diri mendekati wajah Danish dan mengecup kening Danish dengan sangat lama penuh dengan kerinduan.     

Perlahan Danish membuka matanya saat merasakan kecupan lembut yang pernah di rasakannya yang sekarang menyatu di keningnya.     

Kedua mata Danish terbuka di saat Ayraa melepas kecupannya seraya menatap kedua mata Danish.     

Kedua mata Danish yang sayu menatap lembut kedua mata Ayraa yang sedang menatapnya tak berkedip.     

"Kak Danish, Kak Danish sudah bangun?" tanya Ayraa dengan tatapan penuh kerinduan.     

Danish terdiam masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Ada Ayraa di hadapannya yang begitu sangat dekat.     

"Ya Tuhan, apa aku bermimpi?" tanya Danish dengan tatapan masih tak percaya menatap wajah Ayraa yang sedang tersenyum dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Ayraa? apa kamu Ayraa?" tanya Danish dengan suara yang hampir tidak terdengar.     

"Iya Kak, aku Ayraa...aku Ayraa nya Kak Danish." sahut Ayraa dengan suara tercekat menahan rasa haru.     

"Aku tidak percaya, aku pasti bermimpi. Ayraa tidak mungkin datang, tempat Ayraa jauh dari sini." gumam Danish seraya mengedipkan matanya beberapa kali dengan pelan.     

"Percayalah Kak, aku Ayraa... Ayraa yang cinta Kak Danish yang sayang Kak Danish." ucap Ayraa seraya meraih kedua tangan Danish dan letakkan pada kedua pipinya.     

"Ayraa.. kamu benar-benar Ayraa? aku tidak bermimpi kan?" tanya Danish lagi dengan menangkup wajah Ayraa dengan perasaan hati yang berdebar-debar.     

"Benar Kak, aku Ayraa... Kak Danish tidak bermimpi." ucap Ayraa mengusap wajah Danish dengan penuh perasaan.     

"Ayraa... Ayraa, aku sangat merindukanmu." ucap Danish dengan suara pelan dengan kedua matanya mengalir airmata di kedua sudut matanya.     

"Kak Danish..aku juga sangat merindukanmu Kak." ucap Ayraa memeluk erat tubuh Danish dengan penuh cinta dan kerinduan.     

"Ayraa...aku tidak percaya kamu ada di sini? kenapa kamu bisa sampai di sini? dengan siapa kamu ke sini Ayraa?" tanya Danish berusaha untuk bicara dengan jelas seraya membalas pelukan Ayraa dengan sangat erat.     

"Aku di jemput Ayah Khabir Kak, Ayah Khabir sudah meminta izin pada Ayah dan Bunda." Sahut Ayraa kemudian melepas pelukannya agar Danish bisa bernapas dengan leluasa.     

"Apa Ayraa? Ayah dan Bunda memberi izin?" tanya Danish tak percaya dengan apa yang di dengarnya.     

"Ya Kak... bahkan Ayah sudah merestui hubungan kita. Kita bisa menikah kalau aku sudah menyelesaikan kuliah Kak." ucap Ayraa dengan tatapan penuh cinta.     

Kedua mata Danish berkaca-kaca merasa bahagia dan bersyukur karena apa yang di pinta dalam tiap doanya telah terkabul.     

"Tapi Ayraa.. kalau kita menikah, kamu bisa tertular penyakitku. Aku tidak ingin kamu tertular dan menderita seperti aku Ayraa." ucap Danish dengan tatapan sayu dan perasaan yang sedih.     

"Bukannya aku bisa meminum obat dan mendapat vaksin Anti virus HIV agar tidak tertular Kak? dan Kak Danish sendiri bukannya sudah mendapat obat dari dokter agar hidup Kak Danish bisa lebih lama dalam keadaan seperti orang yang sehat?" ucap Ayraa panjang lebar.     

"Selama aku sakit aku sudah tidak meminumnya Ayraa." jawab Danish dengan sedih.     

"Mulai sekarang, Kak Danish harus menjalani hidup sehat dan minum obat Kak Danish secara rutin. Ada aku di sini yang akan menemani Kak Danish untuk menjaga kesehatan Kak Danish." ucap Ayraa dengan tersenyum.     

"Tapi Ayraa...bukannya kamu harus kuliah?" tanya Danish menatap Ayraa dengan perasaan sedih.     

"Iya Kak, sekarang kan lagi libur... makanya Ayah mengijinkan aku untuk ke sini untuk menjaga Kak Danish, tapi nanti aku akan kembali lagi pulang tapi Kak Danish harus aku pulang agar bisa merawat Kak Danish." ucap Ayraa menjelaskan apa yang diinginkan Ayahnya.     

"Apa kamu yakin Ayah kamu membolehkan kamu untuk menjagaku di sana nanti?" tanya Danish dengan perasaan putus asa.     

"Sangat yakin Kak, bukannya Ayah sudah mengizinkan aku untuk tinggal di sini menjaga Kak Danish?" ucap Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish.     

"Aku benar-benar tidak percaya dengan semua ini Ayraa. Begitu sangat tiba-tiba bagiku. Aku tidak bisa berkata apa-apa selain bersyukur kamu ada disini bersamaku saat ini." ucap Danish seraya menggenggam tangan Ayraa dengan penuh rasa haru.     

"Aku juga Kak, Aku tidak percaya kalau ternyata Ayah Khabir dan Bunda dulu sudah menjodohkan kita. Apa Kak Danis tahu itu? Aku pikir... aku dijodohkan Bunda dengan orang pedalaman ternyata jodohku adalah Kak Danish." ucap Ayraa menceritakan tentang perjodohan mereka yang tanpa mereka berdua ketahui.     

"Aku tahu kalau Ayah telah menjodohkan aku Ayraa, tapi karena aku mencintai kamu aku bilang pada Ayah agar tidak melanjutkan perjodohan itu. Dan sekarang aku tidak menyangka ternyata jodohku itu adalah kamu juga." ucap Danish dengan tersenyum bahagia.     

"Ya Kak... Aku juga tidak menyangka. Jadi kemarin itu saat Ayah Khabir datang, Ayah dan Bunda sangat terkejut...mereka berpikir kalau Ayah Khabir datang menuntut perjodohan kita. Tapi saat Ayah Khabir menjelaskan kalau Ayah Khabir datang untuk jemput aku untuk melihat Kak Danish, semuanya jadi terkejut tapi lega karena kita memang berjodoh dari saat kita masih kecil." ucap Ayraa bercerita panjang lebar.     

Danish tersenyum mendengar cerita Ayraa, baru kali ini hatinya benar-benar sangat bahagia.     

"Kak Danish tersenyum apa ceritaku sangat lucu?" tanya Ayraa ikut tersenyum melihat wajah Danish terlihat senang dan bahagia.     

"Iya...aku tidak menyangka saja kalau kita telah dijodohkan dari saat kita masih kecil. Mungkin kita memang sudah ditakdirkan untuk hidup bersama." ucap Danish menggenggam tangan Ayraa dan di letakkannya di atas dadanya.     

"Sekarang Kak Danish yakin kan kalau takdir kita sudah tertulis di saat kita lahir. Dan Kak Danish adalah takdirku... kita akan selalu bersama-sama sampai ajal memisahkan kita." ucap Ayraa dengan tatapan penuh.     

"Aku sangat bahagia Ayraa...aku benar-benar sangat bahagia, aku sangat mencintaimu. Aku tidak tahu lagi bagaimana hidupku jika kamu tidak kemari Ayraa, mungkin hidupku sudah benar-benar berakhir." ucap Danish dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.     

"Kak Danish jangan sedih lagi...kita sudah bersama-sama sekarang. Kita tidak akan terpisahkan lagi..aku akan menjaga Kak Danish selama hidupku." ucap Ayraa menatap wajah Danish dengan penuh cinta.     

"Peluklah aku Ayraa...aku tidak ingin kebahagiaan ini hilang, di saat aku bangun dari tidur." ucap Danish dengan tatapan sayu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.