MENEMUI DANISH
MENEMUI DANISH
"Tapi tetap seperti yang aku harapkan Danish bisa menikahi Ayraa, kalau Ayraa sudah menyelesaikan kuliahnya. Karena itu sangat penting bagi Ayraa untuk menata masa depannya. Dan selagi Ayraa menyelesaikan kuliahnya Danish juga bisa menata hidupnya kembali pada pola hidup yang sehat dan mengkonsumsi obat ARV secara terus menerus agar Danish bisa hidup lebih sehat walau penyakit Danish tidak bisa sembuh total. " ucap Bagas dengan harapan besar Danish bisa sembuh walau kemungkinan itu sangat kecil apalagi keadaan Danish sekarang sedang sakit parah.
Khabir menganggukkan kepalanya menerima semua apa yang di katakan Bagas.
"Baiklah... sekarang aku bertanya pada Aiyraa, sekali lagi apa akan bisa menerima semua ujian ini saat nanti hidup bersama dengan Danish. Bagaimana Ayraa apa kamu siap untuk menjalani semua ujian ini nanti sayang?" tanya Bagas dengan tatapan penuh pada putrinya.
"Aku sanggup Ayah." jawab Ayraa dengan hati pasti.
"Baiklah sayang...Ayah sangat percaya padamu, Kamu bisa jaga diri baik-baik." ucap Bagas seraya mengusap rambut kepala Ayraa.
"Pak Khabir, kalau bisa setelah beberapa hari Ayraa tinggal di sana sebaiknya Danish bisa tinggal di sini lagi karena Ayraa masih harus melanjutkan kuliahnya yang masih belum selesai." ucap Bagas kembali mengingatkan Khabir tentang kuliahnya Ayraa yang masih belum selesai.
Setelah semuanya sudah selesai dibicarakan dan Ayraa sudah siap untuk berangkat, Khabir pamit pada semuanya dan berangkat sama Ayraa diantar oleh Chello dengan mobil Ayahnya ke bandara.
tiba di bandara hello meminta waktu pada Kabir untuk bicara dengan air.
"Ay...hati-hati di sana nanti ya? kamu harus lebih berhati-hati lagi dalam menjaga Pak Danish." ucap Chello dengan sungguh-sungguh merasa kuatir akan kesehatan Ayraa.
"Ya Chell, kamu jangan kuatir ya?Aku akan mengingat semua nasehat Chell, dan aku juga sudah membawa obat untuk mencegah virus tersebut." ucap Ayraa dengan serius.
"Kita tidak akan berpisah terlalu lama bukan? kamu akan segera kembalikan Ayraa?" tanya Chello dengan tatapan penuh, tidak bisa berpisah dengan Ayraa sedikitpun.
"Tidak Chell, hanya sampai pada kita liburan saja..setelah itu aku akan kembali bersama Kak Danish dan aku bisa bertemu denganmu lagi. Kamu jangan sedih seperti ini? jadi jelek tahu!" ucap Ayraa sambil mencubit hidung Chello dengan gemas. Sungguh hati Ayraa juga merasa berat meninggalkan Chello sahabat sekaligus saudara yang sangat di sayanginya.
"Bisa memeluk ku sekarang?" pinta Chello dengan tatapan penuh harap.
Tanpa menjawab permintaan Chello, Ayraa memeluk Chello sangat erat dan menangis terharu karena kasih sayang Chello yang terlalu besar padanya.
"Aku berangkat dulu ya Chell, sampai nanti." ucap Ayraa yang sudah di panggil Khabir untuk segera check-in masuk ke pesawat.
Dalam pesawat hati Aiyraa tidak bisa tenang, pikirannya hanya tertuju pada Danish.
"Ayraa, Ayah hanya ingin tahu.. kenapa kamu masih bertahan mencintai Danish walau kamu sudah tahu Danish terjangkit virus HIV? apa kamu tidak takut tertular?" tanya Khabir dengan perasaan haru.
"Aku mencintai Kak Danish Ayah, dan aku tidak bisa melihat Kak Danish menderita sendirian." jawab Ayraa dengan hati sedih.
"Sangat beruntung Danish mendapatkan seorang calon istri seperti kamu." ucap Khabir dengan tersenyum.
"Aku juga beruntung mendapatkan Kak Danish yang hanya memikirkan kebahagiaanku Ayah." ucap Ayraa berusaha tersenyum kendati hatinya sangat bersedih jika mengingat sakit yang di derita Danish.
"Semoga dengan kedatanganmu Danish ada semangat untuk hidup." ucap Khabir dengan tatapan penuh harap.
Dalam waktu yang tidak lama, Khabir dan Ayraa sudah sampai di Bandara Bali kemudian naik mobil travel untuk pergi ke pedalaman kampung Arzza.
Cukup lama perjalanan untuk sampai ke pedalaman suku Arzza, hampir membutuhkan waktu selama delapan jam.
Sampai di pedalaman suku Arzza hati Ayraa kembali berdebar-debar saat Khabir membawanya ke tempat Danish di kamar yang sangat khusus.
"Ayraa." panggil Ponco dengan perasaan yang sangat bahagia melihat kedatangan Ayraa.
"Ya Pak Ponco, bagaimana kabar Pak Ponco?" tanya Ayraa melihat keadaan Pak Ponco terlihat cukup baik.
"Ya beginilah Ayraa, aku harus benar-benar merubah pola hidup dan makan juga harus mengonsumsi obat tiap hari tanpa putus." jawab Ponco tak lepas menatap wajah Ayraa yang terlihat lebih kurus.
"Apa kamu baru sakit Ayraa? kamu terlihat kurus?" tanya Ponco dengan serius.
"Ya Pak, sudah seminggu aku sakit." jawab Ayraa dengan jujur.
"Danish sudah dua Minggu ini sakit, tidak mau makan dan minum...hanya nama kamu yang di panggilnya terus." ucap Ponco dengan perasaan sedih.
"Ayraa." panggil Khabir yang sudah melihat keadaan Danish lebih dulu.
"Ya Ayah." jawab Ayraa melihat ke arah Ayah Danish.
"Masuklah..aku sudah membersihkan badan Danish dan mengganti pakaian Danish dengan pakaian yang bersih." ucap Khabir tidak ingin Ayraa tertular sedikitpun dari virus HIV yang bisa saja tersebar dari Danish.
Di antar Khabir, Ayraa masuk ke dalam kamar Danish yang cukup besar dan bersih.
Kedua mata Ayraa berkaca-kaca saat melihat keadaan Danish yang terbaring di tempat tidur dengan tubuh yang kurus dan wajah yang pucat.
Dengan hati menangis Ayraa mendekati Danish yang sedikitpun tidak bergerak dalam tidurnya. Di samping Danish Ayraa tidak bisa lagi menahan tangisnya.
"Kak Danish... kenapa Kak Danish selalu menyakiti diri sendiri? kenapa Kak Danish tidak menyayangi diri sendiri?" tanya Ayraa menatap wajah Danish yang tetap bergeming tak bergerak dengan kedua matanya yang terpejam rapat.
Dengan perasaan sedih, Ayraa meraih tangan Danish dan menggenggamnya dengan hati-hati.
Perlahan di usapnya lembut punggung tangan Danish dengan penuh perasaan.
"Kak Danish... bukalah matamu Kak, aku datang dari jauh karena rindu Kak Danish Ingin bertemu Kak Danish." ucap Ayraa menangis sedih.
Ayraa menatap wajah Danish dengan sedih karena Danish sama sekali tidak merespon kata-katanya dan sentuhannya.
"Kak Danish... bangunlah Kak, Kak Danish jangan seperti ini. Kak Danish harus kuat ada aku yang selalu bersama Kak Danish. Ayah dan Bunda sudah merestui kita Kak. Ayah kirim pesan buat Kak Danish, minta maaf pada Kak Danish. Bangun ya Kak Danish, semuanya sayang sama Kak Danish." ucap Ayraa mengusap lembut punggung tangan Danish dengan berulang-ulang.
Air mata Ayraa semakin deras, tidak tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk bisa menyadarkan Danish dari tidur panjangnya.
"Kak Danish.. sadarlah Kak, apa Kak Danish tidak merindukan aku? aku sangat merindukanmu Kak Danish. Aku sangat mencintaimu Kak Danish... Bangunlah Kak Danish sayang...aku merindukanmu." ucap Aiyraa di sela-sela tangisnya, seraya mengusap lembut wajah Danish dengan penuh perasaan.