THE BELOVED ONE

PEMBICARAAN ANTARA LELAKI



PEMBICARAAN ANTARA LELAKI

Seseorang itu memanggil namanya lagi. Danish menoleh dan sangat terkejut saat melihat Ayah Ayraa yang memanggil namanya dan sudah berdiri di hadapannya.     

"Pak Bagas." ucap Danish dengan tatapan tak percaya kalau Bagas ada di hadapannya.     

"Aku ingin bicara berdua denganmu." ucap Bagas seraya mengamati tubuh Danish masih dalam kondisi sehat.     

"Bisa Pak." ucap Danish mencari tempat duduk untuk mereka berdua bicara.     

"Bagaimana keadaanmu sekarang setelah mengetahui kalau kamu terjangkit virus HIV?" tanya Bagas mengatakan dalam-dalam wajah Danish.     

"Sama sekali tidak baik Pak, tapi berusaha untuk menjaga kesehatan lebih baik lagi agar tidak terjadi hal-hal yang fatal bagi kesehatanku." jawab dengan Danish dengan sedih.     

Bagas menganggukkan kepalanya.     

"Aku ikut merasakan menyayangkan akan hal itu. Tapi bagaimana lagi.. semua sebab pasti ada akibatnya. Aku di sini hanya ingin bicara sebagai laki-laki yang sama-sama mencintai Ayraa." ucap Bagas langsung pada permasalahannya.     

"Katakan saja Pak... mungkin saya bisa membantu." ucap Danish merasakan perasaan yang tidak enak dengan ucapan terakhir Bagas.     

"Kamu mencintai dan menyayangi Ayraa kan?" tanya Bagas menatap penuh wajah Danish.     

"Ya...saya mencintai dan menyayangi putri Pak Bagas." jawab Danish dengan jujur.     

"Aku juga sangat mencintai dan menyayangi putriku." ucap Bagas kemudian terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.     

"Aku ingin bertanya padamu? dan aku harap kamu menjawab dengan jujur. Seandainya kamu menjadi aku apa kamu rela menyerahkan Putri semata wayang kamu pada laki-laki yang mantan seorang gay dan sekarang terjangkit virus HIV, sedangkan di sisi lain ada seorang laki-laki yang lebih sempurna sangat mencintaimu putrimu? katakan padaku apa yang kamu putuskan dengan dua pilihan itu?" tanya Bagas dengan serius.     

Hati Danish seperti teriris-iris dan berdarah mendengar ucapan Bagas. Tapi Danish tidak bisa menyalahkan apa yang di katakan Bagas padanya. Karena memang itulah kenyataannya.     

"Kenapa kamu diam? apa kamu tidak bisa memberikan keputusanmu?" tanya Bagas tak lepas dari tatapannya.     

Danish menghela nafas panjang ingin melepas semua beban dalam hatinya.     

"Terlepas dari Ayraa mencintai atau tidak, saya akan memilih seorang laki-laki yang sempurna buat Ayraa bukan dengan laki-laki yang tidak baik." jawab Danish memberikan pendapatnya.     

"Apa yang aku lakukan sama dengan pilihanmu. Tapi aku juga tidak ingin membuat hati Ayraa kecewa karena dia mencintai kamu. Untuk itu aku minta tolong padamu biarkan Ayraa hidup bahagia dengan laki-laki yang baik untuknya. Aku sangat berterima kasih padamu kalau kamu melakukannya untuk Ayraa." ucap Bagas dengan tatapan memohon.     

"Pak Bagas jangan kuatir, aku akan melakukannya demi Ayraa. Aku akan pergi dari kehidupan Ayraa." ucap Danish dengan perasaan sedih dan sangat terluka.     

"Terima kasih, aku percaya padamu kamu bisa menepati janji kamu." ucap Bagas kemudian pergi setelah mendengar janji Danish padanya untuk tidak memperlihatkan diri pada Ayraa.     

Dengan hari yang sudah hancur Danish pergi ke kantin untuk untuk membelikan makanan buat Ponco.     

Setelah membeli makanan buat Ponco dan dirinya Danish berniat kembali ke kamar Ponco tapi langkahnya terhenti saat melihat Ayraa yang datang dan masuk ke dalam kamar Ponco. Dengan cepat Danish berbalik lagi pergi ke kantin.     

Ayraa datang ke rumah sakit setelah mengikuti dua jam pelajaran saja, karena ingin melihat keadaan Danish dan Ponco.     

"Pagi Pak Ponco." sapa Ayraa dengan tersenyum setelah berada di dalam kamar.     

"Pagi setengah siang Ayraa." sahut Ponco setengah bercanda.     

"Pak Ponco apa sudah sarapan? ini saya belikan nasi timbel di kantin kampus buat Pak Ponco dan Kak Danish." ucap Ayraa sambil melihat ke arah ruangan untuk mencari keberadaan Danish.     

"Danish masih ke kantin membeli makanan juga buat sarapan, tapi tidak tahu sampai sekarang belum kembali juga." ucap Ponco saat melihat Ayraa sedang mencari keberadaan Danish.     

"Ohh ya...tidak apa-apa Pak, biar saya menunggu Kak Danish. Sambil menunggu Kak Danish, Pak Ponco sarapan ini saja dulu Pak." ucap Ayraa seraya memberikan sebungkus nasi timbel pada Ponco.     

Dengan tersenyum Ponco menerima nasi bungkus dari Ayraa.     

"Terima kasih ya Ayraa." ucap Ponco seraya membuka nasi bungkusnya dan segera memakannya.     

Sampai Ponco selesai makan tidak ada tanda-tanda datangnya Danish.     

"Pak, Kak Danish kenapa lama ya Pak." tanya Ayraa mulai merasa gelisah.     

"Iya.. tidak biasanya juga Danish pergi sangat lama. Coba sebentar, aku hubungi Danish." ucap Ponco seraya meraih ponselnya dan menghubungi Danish.     

"Tidak aktif ponselnya.. bagaimana kita tahu Danish di mana ya? tadi bilangnya ke kantin beli sarapan." ucap Ponco memberikan penjelasan pada Ayraa.     

Ayraa terdiam sejenak kemudian menatap Ponco.     

"Begini saja Pak, kalau Kak Danish datang bilang saja saya mencarinya." ucap Ayraa dengan hati dan perasaan tidak enak.     

"Tentu Ayraa aku akan memberitahu Danish, biar nanti Danish menghubungimu." ucap Ponco merasakan kekecewaan Ayraa yang tidak bisa bertemu Danish.     

"Ya sudah Pak, saya pulang dulu." ucap Ayraa kemudian pergi keluar meninggalkan Ponco.     

Sambil berjalan melewati lorong rumah sakit Ayraa masih kepikiran tentang Danish. Tiap kali Aiyraa tidak bertemu dengan Danish terkadang ada sesuatu rasa sedih dan sakit seolah-olah ikut merasakan sesuatu yang di rasakan Danish.     

"Ada apa ini? kenapa hatiku merasakan kesedihan yang sangat? apa ada sesuatu yang terjadi pada Kak Danish?" tanya Ayraa dalam hati tiba-tiba langkah kakinya berjalan ke arah kantin untuk mencari keberadaan Danish.     

Danish yang sedang duduk di dalam kantin melihat sepintas Ayraa yang sedang berjalan ke arah kantin di mana ada dirinya.     

"Ya Tuhan.. kenapa Ayraa kemari?" tanya Danish dengan panik harus bersembunyi di mana lagi karena kalau mau keluar hanya ada satu pintu. Dan itu pasti akan ketahuan Ayraa.     

Dengan cepat Danish berpikir cepat dan mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat sembunyi.     

Ketika melihat ada pintu ruangan kecil untuk tempat penyimpanan peralatan alat-alat kebersihan terbuka segera Danish masuk di dalamnya bersamaan tepat Ayraa masuk ke dalam kantin.     

Ayraa mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Danish.     

"Kata Pak Ponco, Kak Danish pergi ke kantin? tapi di sini Kan Danish tidak ada?" tanya Ayraa dalam hati dengan perasaan semakin gelisah.     

Danish yang mengintip dari ruangan kecil itu merasakan luka yang semakin dalam melihat wajah Ayraa yang terlihat sedih dan panik.     

"Ayraa..aku sangat mencintaimu, biarkan rasa sakit ini aku yang menanggungnya asalkan kamu bahagia dengan Chello pilihan Ayah kamu." ucap Danish dalam hati dengan perasaan yang sakit.     

Ayraa menghela nafas panjang, seraya mengusap airmata yang menggenang di kedua sudut matanya.     

Dengan wajah sedih, Ayraa keluar dari kantin dan pergi berjalan arah ke luar rumah sakit.     

Setelah Ayraa tidak terlihat lagi, dengan perasaan hancur Danish kembali ke kamar Ponco.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.