HAMPIR SAJA KEHILANGAN
HAMPIR SAJA KEHILANGAN
"Baiklah Pak...saya akan segera kesana menemui Kak Danish di apartemennya." ucap Ayraa seraya menutup panggilan Ponco.
bikin yang mendengar pembicaraan antara penjual dan Khaira ikut merasakan kesedihan apa yang dialami Danis bahkan ikut sedih atas yang dialami Ponco.
"Bunda, setelah mendengar hal ini aku harus bagaimana? apa aku harus bertahan dengan Kak Danish atau aku harus meninggalkannya dengan keadaan Kak Danish seperti itu?" tanya Ayraa pada Bundanya.
"Sekarang Bunda tanya padamu? apa kamu mencintai Danish?" tanya Nicky menatap lembut wajah putrinya.
"Aku mencintainya Bunda, tapi lebih besar menyayanginya, aku tidak bisa melihatnya menderita." jawab Ayraa dengan jujur.
"Kalau kamu sudah tahu jawabannya seperti itu, pergilah Ayraa. Temui Danish dan temani Danish disaat dia sedang mengalami penderitaan seperti itu." ucap Nicky sangat tahu bagaimana rasa sedih melihat orang yang dicintai menderita.
Mendengar jawaban Bundanya sambil menangis Ayraa memeluk Bundanya dengan sangat erat. Hati Ayraa bahagia karena Bundanya selalu mendukungnya dan sangat tahu isi hatinya.
"Terima kasih Bunda, sekarang aku akan berangkat ke rumah Kak Danish. Tapi bagaimana dengan Ayah, Bunda?" tanya Ayraa masih memikirkan tentang keputusan Ayahnya yang akan meminta keluarga Chello untuk datang ke rumah.
"Jangan pikirkan masalah itu dulu, biar Bunda nanti yang akan memberitahu Ayah secara pelan-pelan. Karena masalah ini pasti akan menjadi pemikiran Ayah, sakit yang diderita Danish bukankah penyakit yang biasa tapi akan bisa berdampak pada dirimu. Bunda akan mencari jalan keluarnya." ucap Nicky seraya mengusap wajah Ayraa dengan perasaan sayang.
"Baiklah Bunda, akan pergi dulu.. terima kasih ya Bunda." ucap Ayraa seraya mengecup punggung tangan Nicky.
Dengan naik taxi Ayraa pergi Apartemen Danish. Tiba di sana, suasana Apartemen Danish terlihat sangat sepi. Rasa ketakutan Ayraa seperti pernah yang ia rasakan saat melihat keadaan Danish yang terluka di kamar mandi. Dan kali ini perasaan itu juga sama, dan itu membuat Ayraa semakin cemas akan keadaan Danish yang ada di dalam Apartemen.
"Semoga kak Danish tidak melakukan apa yang aku pikirkan lagi. Semoga Kak Danish kuat untuk menerima semua ujian ini." ucap Ayraa dalam hati seraya membuka pintu Apartemen Danish.
Dengan cepat Ayraa masuk ke dalam Apartemen dan berlari ke kamar Danish yang kebetulan tidak terkunci dari dalam. Suasana pun kembali seperti dulu saat Ayraa pernah masuk ke dalam dan mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
"Ya Tuhan! apakah yang aku pikirkan benar? Kak Danish di kamar mandi sekarang dan hanya terdengar suara gemericik air seperti saat dulu saat Kak Danish ingin mengakhiri hidupnya.
Tanpa berpikir panjang Ayraa segera masuk ke dalam kamar mandi dan dilihatnya tubuh Danish terguyur air dari shower yang sangat deras.
"Kak Danish!!!" teriak Ayraa dengan sangat keras mendekati Danish dan memeluk tubuh Danish yang pucat menggigil kedinginan.
"Kak Danish! apa yang ingin Kak Danish lakukan lagi? kenapa Kak Danish selalu ingin mengakhiri hidup Kak Danish?" tanya Ayraa dengan suara tangisnya.
Dengan setengah terpejam Danish membuka matanya untuk melihat wajah Ayraa yang terlihat buram.
Dengan cepat Ayraa mematikan shower agar tidak semakin m membasahi Danish dan dirinya yang sudah setengah basah.
"Ayraa." hanya itu yang bisa diucapkan oleh Danish sambil menatap wajah Ayraa dengan degup jantungnya yang berdegup sangat kencang.
"Aku bertanya padamu Kak! kenapa Kak Danish selalu ingin mengakhiri hidup Kakak? jawab Kak!" Tanya Ayraa dengan rasa cemas yang begitu besar.
"Aku hanya ingin membersihkan tubuhku yang sangat kotor Ayraa, Aku ingin membersihkannya sampai tubuhku benar-benar hancur hingga tidak ada bekasnya lagi." jawab Danish dengan suara hampir tak terdengar.
"Kak Danish." panggil Ayraa kembali memeluk tubuh Danish dengan dengan sangat erat.
"Apa dengan mengguyur dengan air secara terus-menerus maka tubuh Kak Danish akan bersih? tidak Kak! itu akan bisa membunuh kan Danish. Kalau Kak Danish ingin tubuh bersih, kakak harus berobat! harus menjalani hidup sehat! dan tidak melakukan hal kotor itu lagi." sahut Ayraa sambil menangkup wajah dingin Danish.
"Apa Ayraa? Apa yang kamu katakan? apa kamu sudah tahu kalau aku...!" ucap Danish tidak meneruskan ucapannya selain menatap wajah Ayraa dengan tatapan bersalah dan penuh penyesalan.
"Aku sudah tahu Kak, Pak Ponco yang menceritakan semuanya dan Bunda juga sudah mengetahuinya. Sekarang kita keluar dulu ya Kak, Kak Danish harus mengeringkan tubuh kakak lebih dulu agar tidak sakit. Ingat tubuh Kak Danish akan rentan dengan segala penyakit." ucap Ayraa seraya membantu Danish berdiri dan membawanya kembali ke tempat tidur agar mengeringkan badannya dan beristirahat.
Setelah membantu mengeringkan badan dan dan rambut Danish, Ayraa mengambil pakaian bersih Danish dan di berikannya pada Danish agar Danish segera berganti pakaian.
"Pakailah pakaian bersih ini Kak, aku akan menghadap ke dinding agar tidak melihat Kak Danish saat berganti pakaian." ucap Ayraa seraya mengusap lembut wajah Danish dengan tersenyum.
Setelah mengatakan hal itu Ayraa segera berbalik dan menghadap ke dinding agar tidak melihat Danish saat berganti pakaian.
"Sudah selesai apa belum Kak?" tanya Ayraa selang beberapa menit.
"Sudah Ayraa... berbaliklah." ucap Danish yang sudah selesai berganti pakaian.
"Aku buatkan teh hangat dulu ya Kak? biar badan kak Danish tidak kedinginan." ucap Ayraa sambil membawa pakaian basah Danish untuk dibawanya ke dapur sekalian.
Setelah membuatkan teh hangat untuk Danish, Ayraa kembali ke kamar dan dilihatnya Danish sedang berbaring meringkuk.
"Kak Danis.. apa Kak Danish kedinginan? minumlah teh ini Kak." ucap Ayraa sambil mengambil sebuah selimut tebal dan diselimutkan di tubuh Danish yang masih terlihat kedinginan.
Tanpa bicara Danish bangun dari tidurnya dan duduk bersandar sambil menerima teh hangat dari Ayraa dan meneguknya sedikit demi sedikit hingga habis tidak tersisa.
"Terima kasih Ayraa." ucap Danish sambil menyerahkan cangkir yang sudah kosong kepada Ayraa.
"Sama-sama Kak, sekarang bagaimana perasaan kakak? apa sudah tenang?" tanya Ayraa sambil menggenggam tangan Danish yang masih sangat dingin.
Sambil menunggu jawaban dari Danish Ayraa mengusap berulang-ulang punggung dan telapak tangan Danish agar merasa hangat.
Hati Danish merasa terharu atas perhatian Ayraa yang tidak pernah berkurang sedikitpun walau apa yang terjadi pada dirinya sekarang.
"Aku akan selalu tenang bila kamu selalu berada disisiku Ayraa, kamu selalu bisa menenangkan hatiku." jawab Danish dengan jujur.
"Sekarang ceritakan semuanya padaku Kak Danish, apa yang terjadi pada Kak Danish dan Pak Ponco agar kita bisa mencari jalan keluar atas sakitnya Kakak dan Pak Ponco." ucap Ayraa dengan tatapan penuh.