PONCO POSITIF HIV
PONCO POSITIF HIV
Sampai di depan kamar Ponco Ayraa mengambil nafas panjang karena ada Danish yang sedang menjaga Ponco di dalam kamar. Dan Danish tidak mengetahui kalau dirinya akan datang.
Dengan hati berdebar-debar Ayraa mengetuk pintu kamar Ponco dengan sangat pelan.
"CEKLEK"
Pintu terbuka dan terlihat wajah Danish laki-laki yang telah dirindukannya sejak kemarin.
"Ayraa." panggil Danish dengan wajah terkejut saat melihat Ayraa ada di hadapannya.
"Iya Kak...aku datang untuk melihat keadaan Pak Ponco dan keadaan Kak Danish." ucap Ayraa dengan suara gugup.
Danish menatap Ayraa tak berkedip, detak jantungnya berdegup sangat kencang. Sungguh Danish sangat merindukan gadis yang ada di hadapannya.
"Ayraa...masuklah." ucap Danish dengan suara bergetar menahan rindu.
Dengan hati dan perasaan yang campur aduk, Ayraa masuk ke dalam untuk melihat keadaan Ponco.
"Siang Pak Ponco." sapa Ayraa masih dengan hatinya yang berdebar-debar.
"Siang Ayraa." ucap Ponco dengan tersenyum.
"Ini... ada sesuatu buat Pak Ponco." ucap Ayraa seraya meletakkan buah apel di atas meja.
Danish yang masih berdiri di pintu tidak tahu harus berbuat apa lagi. Hatinya sungguh sangat terkejut dengan kedatangannya Ayraa. Bagaimana Ayraa tahu Ponco ada di rumah sakit.
Danish menghela nafas panjang, sudah sangat yakin Ayraa tahu pastinya dari Ponco.
"Danish... kenapa kamu berdiri di situ? kemarilah." ucap Ponco memanggil Danish yang diam terpaku.
Tanpa bicara Danish menghampiri Ponco dan Ayraa.
"Pak Ponco, memang sakit apa?" tanya Ayraa ingin tahu karena Ponco di bulan terakhir sering sakit.
"Belum tahu Ayraa, hasil checkup masih belum keluar." ucap Ponco seraya menatap ke arah Danish.
"Ohh.. bukannya Pak Ponco masuk rumah sakit dari kemarin ya Pak? kok belum tahu hasilnya Pak?" tanya Ayraa dengan heran.
Ponco menatap wajah Danish.
"Bagaimana Danish? benarkan? hasil checkup belum keluar?" tanya Ponco dengan tatapan penuh.
"Ya...aku sudah tanyakan, memang masih belum keluar." ucap Danish sedikit gugup.
"Ayraa...maaf sebelumnya, karena aku habis minum obat aku sangat mengantuk sekali. Aku mau tidur sebentar, kamu bisa bicara dengan Danish." ucap Ponco Ingin memberikan Ayraa kesempatan pada Danish dan Ayraa.
Setelah selesai bicara sebentar, Ponco memejamkan matanya untuk bisa segera tidur.
Ayraa menatap wajah Danish yang terlihat sangat sedih.
"Kak Danish, bisa kita bicara?" tanya Ayraa dengan serius.
"Kita bicara di luar saja." ucap Danish seraya berjalan ke luar kamar di ikuti Ayraa di belakangnya.
Setelah berada di luar, Danish duduk di sebuah kursi panjang dan Ayraa pun duduk di sampingnya.
"Kak Danish, kenapa Kak Danish tidak membalas pesanku? atau menerima panggilanku?" tanya Ayraa dengan suara tercekat.
"Aku masih belum sempat membalasnya, karena aku masih menjaga Ponco dari kemarin dan masih repot dengan beberapa checkup nya Ponco yang masih belum selesai." Jelas Danish dengan jawaban yang sangat beralasan.
"Banyak sekali checkup nya Kak? memang Pak Ponco sakit apa?" tanya Ayraa dengan tatapan heran.
"Masih belum tahu pasti, Dokter masih meminta Ponco untuk melakukan beberapa tes lagi." sahut Danish dengan hati yang di penuhi rasa rindu.
"Kakak sendiri sehat kan?" tanya Ayraa saat melihat wajah Danish terlihat sangat lelah dan pucat.
"Hanya merasa lelah saja." Jawab Danish dengan tidak terlalu banyak melihat kearah wajah Ayraa.
"Kak Danish, kapan Kak Danish main ke rumah? Ayah menanyakan Kak Danish ingin bicara dengan Kak Danish tentang hubungan kita." ucap Ayraa langsung pada intinya.
"Aku masih belum bisa ke rumah Ayraa, aku harus menjaga Ponco sampai sembuh dulu." ucap Danish dengan memakai alasan Ponco.
"Apa tidak bisa menyisihkan waktu sedikit saja Kak untuk bertemu Ayah? agar Ayah percaya kalau kita benar-benar serius dengan hubungan kita." ucap Ayraa sedikit kecewa dengan sikap Danish yang telah berubah menjadi dingin padanya.
"Dalam seminggu ini aku masih belum bisa kemana-mana. Aku harus memastikan kesehatan Ponco lebih dulu, tolong bilang pada Ayah kamu untuk bersabar sebentar." ucap Danish dengan hati terluka dan menangis.
Bagaimana dia bisa bicara jujur pada Ayraa kalau Ponco menderita positif HIV dan dirinya sendiri dari pagi seharian juga mengikuti checkup memastikan tentang keadaannya ikut terjangkit HIV atau tidak.
"Apa untuk menjaga Pak Ponco tidak bisa di tinggal sebentar Kak? untuk kepentingan kita berdua." ucap Ayraa dengan tatapan penuh.
"Aku sudah mengatakan padamu Ayraa dalam satu minggu ini aku harus menjaga sungguh-sungguh kesehatan Ponco." ucap Danish menatap Ayraa sekilas kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain dengan hati sedih.
"Ya sudah Kak, tidak apa-apa... mungkin bagi Kak Danish keadaan Pak Ponco saat ini lebih penting di banding hubungan kita di mata Ayah yang saat ini membutuhkan pembuktian dari kesungguhan kita. Tapi kalau Kak Danish tidak bisa, aku harus bilang apa lagi? aku tidak akan memaksa Kak Danish untuk melakukan hal yang masih belum bisa Kak Danish lakukan." ucap Ayraa sudah sangat yakin dengan pemikirannya kalau Danish benar-benar sudah berubah.
Hati Danish berteriak sedih ikut merasakan kesedihan yang di rasakan Ayraa.
"Kalau Ayah kamu tidak sabar menungguku aku tidak akan melarang seandainya Ayah kamu tetap menjodohkan kamu dengan Chello. Aku hanya berharap kamu akan selalu bahagia." ucap Danish dengan tangan terkepal kuat menahan luka yang terlalu dalam di hatinya.
"Kak Danish tidak perlu mengatakan hal itu, apa yang akan di putuskan Ayah nanti akan bisa terlaksana jika aku menginginkannya." ucap Ayraa dengan hati yang sudah di liputi dengan perasaan kecewa yang sangat dalam.
"Aku harap apapun keputusanmu adalah yang terbaik untukmu, kamu harus tetap bahagia." ucap Danish dengan perasaan tulus, setulus cintanya pada Ayraa.
"Terima kasih..ya sudah Kak, aku harus pulang." ucap Ayraa tidak ingin lagi berlama-lama bersama Danish karena airmatanya sudah hampir terjatuh.
"Hati-hati Ayraa, minta maafkan pada Ayah dan Bunda." ucap Danish dengan perasaan bersalah.
Tanpa membalas ucapan Danish Ayraa pergi meninggalkan Danish dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.
Tubuh Danish pun merosot ke lantai dan bersandar di dinding dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
"Maafkan aku Ayraa...maafkan aku, semua kulakukan hanya demi keselamatan kamu, dan kebaikan kamu agar tidak terlibat dalam hubungan yang tidak sehat karena aku bisa juga terjangkit virus HIV seperti halnya Ponco." ucap Danish dalam hati meratap sedih.
Dengan perasaan hati yang penuh luka, Danish berjalan menyusuri lorong rumah sakit untuk mengambil hasil checkup nya dan minta kejelasan pada dokter tentang hasil checkup nya.