KEPUTUSAN AKHIR BAGAS
KEPUTUSAN AKHIR BAGAS
Dengan hati gelisah Ayraa kembali menghubungi Danish namun tetap tidak ada sahutan dari ponsel Danish.
"Apa ada yang terjadi pada Kak Danish ya? tidak biasanya Kak Danish tidak mengangkat panggilanku?" tanya Ayraa dalam hati sambil menatap ponselnya.
"Tok...Tok...Tok"
Pintu Ayraa terketuk beberapa kali kemudian masuk Nicky dengan wajah terlihat serius.
"Ayraa, di panggil Ayah di ruang tengah." ucap Nicky serata memikirkan sesuatu.
"Ada apa Bunda? tidak biasanya ayah meminta Bunda untuk memanggilku?" tanya Ayraa dengan heran.
"Bunda juga tidak tahu Ayraa, tapi Bunda merasa Ayah saat ini sedang marah." ucap Nicky sangat tahu bagaimana kalau Bagas saat marah. Hanya diam dan tidak banyak bicara.
Tanpa bertanya lagi Ayraa pergi menemui Ayahnya di ruang tengah bersama Bundanya.
Di ruang tengah Bagas sedang menunggu dalam keadaan diam dan hanya menatap wajah Nicky dan Ayraa yang sudah di hadapannya.
"Ada apa Ayah? kata Bunda..Ayah mencariku?" ucap Ayraa menatap Ayahnya sedikit merasa gugup.
"Bunda..Ayraa... sekarang ceritakan siapa Danish? Ayah minta... kalian berdua jujur pada Ayah." ucap Bagas menatap Nicky dan Ayraa secara bergantian.
Nicky dan Ayraa saling pandang seolah-olah mencari kesepakatan siapa yang akan memberitahu Bagas soal Danish.
Nicky menggenggam tangan Ayraa, memutuskan dirinya yang akan memberitahu Bagas.
"Begini Ayah, apa yang terjadi antara Ayraa dan Danish tidak seperti apa yang Ayah pikirkan." ucap Nicky dengan suara pelan.
"Tidak seperti yang aku pikirkan seperti apa Bunda? Danish tadi ke sini, bilang pada Ayah kalau dia dan Ayraa menjalin hubungan yang sangat serius dan meminta restu dariku? Ayah harus menjawab apa? dan kenapa Bunda sudah merestuinya? kenapa Bunda tidak cerita sama Ayah?" tanya Bagas dengan tatapan penuh kekecewaan.
"Tidak seperti itu Ayah, Bunda hanya memberikan kebebasan untuk mencintai dan menerima cinta yang pantas Ayraa dapatkan." ucap Nicky menggaris bawahi apa yang di anggap Nicky benar.
"Tapi Bunda.. kenapa Bunda tidak cerita pada Ayah? apa Ayah tidak berhak tahu?" ucap Bagas semakin kecewa.
"Bunda tidak cerita ke Ayah, karena Nak Danish sendiri yang berjanji akan cerita pada Ayah." ucap Nicky dengan wajah serius.
"Danish sudah bilang pada Ayah tadi pagi saat kalian belum pulang dari rumah Hana." ucap Bagas dengan tatapan rumit.
"Jadi Kak Danish sudah ke sini Ayah? apa Ayah marah sama Kak Danish?" tanya Ayraa dengan perasaan yang tiba-tiba tidak enak.
"Ya sudah ke sini? dan Ayah tidak marah. Tapi Ayah mengatakan yang sebenarnya pada Danish kalau kamu tidak ada pacaran sebelum selesai kuliah dan juga Ayah mengatakan kalau kamu nanti akan Ayah jodohkan dengan Chello." ucap Bagas dengan sangat jelas.
"Apa Ayah? kenapa Ayah harus berbohong pada Kak Danish tentang perjodohan itu? bukannya itu akan melukai hati Kak Danish Ayah?" ucap Ayraa dengan pikiran tak menentu.
"Kenapa Ayah harus berbohong? Ayah mengatakan yang sebenarnya. Kalau kamu memang sudah Ayah jodohkan dengan Chello sejak kalian masih kecil." ucap Bagas dengan suara yang tegas.
"Tapi Ayah, Aku dan Chello hanya berteman biasa tidak punya perasaan apa-apa. Sedangkan aku dan Kak Danish saling mencintai. Kak Danish laki-laki yang baik Ayah." ucap Ayraa memberikan pendapatnya.
"Ya Ayah, Bunda sudah melihat bagaimana Danish sangat mencintai Ayraa. Danish laki-laki yang baik dan bertanggung jawab Ayah." ucap Nicky membela Ayraa.
"Mungkin bagi kalian Danish adalah laki-laki yang baik. Tapi tidak bagi Ayah, bagi Ayah Danish hanyalah laki-laki yang tidak normal dan hanya mempermainkan perasaan kalian.
Kalian pasti tidak tahu kalau Danish seorang Gay dan Danish adalah kekasih dari Dosen kamu Pak Ponco." ucap Bagas dengan sangat marah.
"Apa yang Ayah katakan? apa Ayah punya bukti tentang hal itu?" tanya Nicky sangat terkejut mendengar ucapan Bagas.
Dengan kesal Bagas memberikan ponselnya pada Nicky.
"Lihat foto itu, foto itu Ayah ambil saat kemarin di rumah sakit. Saat aku keluar dari mobil aku melihat Dosen Ayraa yang keluar dengan seorang laki-laki dengan sangat mesra. Dosen Ayraa bersandar mesra di bahu laki-laki itu. Dan baru aku tahu pagi tadi kalau ternyata laki-laki itu adalah Danish kekasih Ayraa.
Nicky menatap foto di ponsel Bagas dengan seksama dan memang benar itu foto Danish dengan Dosen Ayraa.
"Ayraa, coba kamu lihat apa benar dia Danish? kamu sudah belum kalau Nak Danish adalah seorang Gay?" tanya Nicky memberikan ponselnya pada Ayraa dengan tatapan yang sangat rumit.
Ayraa menatap foto itu dengan seksama, pikiran Ayraa melayang pada cerita Danish yang curiga kalau ada seseorang yang mengamatinya saat berada di rumah sakit.
Ayraa baru sadar kalau seseorang yang mengamati Danish saat di rumah sakit itu pasti adalah Ayahnya, karena Ayahnya mendapatkan foto-foto itu seperti apa yang telah diceritakan Danish.
"Ayah.. Bunda, apa yang ada di foto itu memang benar kenyataannya seperti itu. Tapi tidak seperti itu sebenarnya yang terjadi." ucap Ayraa ingin menjelaskan sesuatu pada Ayah Bundanya dengan menceritakan yang sebenarnya.
"Jadi apa yang Ayah lihat itu bukanlah yang sebenarnya? lalu apa yang sebenarnya seperti apa?" tanya Bagas menatap penuh wajah Ayraa.
"Dulu memang kak Danish sama Pak Ponco pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tapi sejak Kak Danish mengenal aku dan mencintaiku hubungan mereka sudah tidak ada lagi Ayah. Dan saat di rumah sakit kemarin Pak Ponco itu sedang sakit dan Kak Danish yang mengantarkan ke rumah sakit karena mereka memang dari dulu sudah bersahabat. Kak Danish sudah bercerita tentang kejadian di rumah sakit padaku, saat Pak Ponco tidak bisa berjalan hingga Pak Ponco akhirnya bersandar di bahu Kak Danish. Jadi apa yang Ayah lihat itu, bukankah yang sebenarnya terjadi. Mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi Ayah." ucap Ayraa dengan jujur.
"Jadi kamu sudah tahu kalau dulu Ponco sama Danish menjadi sepasang kekasih? dan kamu tetap menerima Danish sebagai kekasihmu? ingat Ayraa.. Danish dan Ponco itu sudah tidak normal sebagai laki-laki! apa kamu ingin mempunyai sepasang kekasih atau suami yang tidak normal?" tanya Bagas dengan perasaan cemas melihat putrinya yang sangat disayanginya mencintai laki-laki yang yang tidak normal atau bisa di katakan seorang Gay.
"Kak Danish laki-laki normal ayah, dia hanya kasihan sama Pak Ponco waktu dulu, saat Pak Ponco membutuhkan seorang yang ada di sampingnya." sahut Ayraa masih mempertahankan hubungannya dengan Danish.
"Ayah tidak bisa menerima semua ini Ayraa, bukan karena apa-apa. Tapi bagaimana bisa Ayah menyerahkan anak Ayah pada seorang laki-laki yang dulu pernah menjalin hubungan dengan laki-laki lain? sifat seperti itu tidak akan bisa hilang selamanya Ayraa, mereka akan bisa kambuh lagi." ucap Bagas dengan perasaan sedih.
"Ayah... beri aku kesempatan sama Kak Danis untuk membuktikan kalau hubungan kita baik-baik saja, seperti yang Bunda lihat pada diri Kak Danish kalau Kak Danish memang adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab." ucap Ayraa dengan sungguh-sungguh.
"Tapi bagaimana dengan perjodohan kamu dengan Chello? Ayah dan Bunda sudah sepakat dengan Bunda Hana dan ayah Raka kalau kalian kita jodohkan." jelas Bagas dengan tatapan yang sungguh-sungguh.
"Ayah tolonglah aku, jangan paksa aku dan Chello untuk menikah...aku dan Chello tidak saling mencintai, aku hanya mencintai Kak Danish Ayah." ucap Ayraa dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.
"Tidak bisa lagi Ayraa, Ayah tidak mungkin memutuskan perjodohan ini? Ayah tidak akan bisa mengecewakan hati Bunda Hana dan Ayah Raka yang sudah sangat menyayangimu seperti anak sendiri." ucap Bagas dengan serius.
"Tapi Ayah, bukannya Ayah sendiri pernah bilang kalau kita menikah dengan orang yang kita cintai agar hidup kita bahagia. Seperti dulu saat Bunda akan menikah dengan Ayah Raka, Bunda tidak melanjutkan pernikahannya karena Bunda hanya mencintai Ayah." ucap Ayraa memberikan pendapatnya.
"Ayraa, bukan karena masalah itu yang Ayah pikirkan. Tapi Danish bukanlah laki-laki yang normal! dan kamu harus tahu kalau mereka berdua sudah melakukan hubungan seperti layaknya suami istri, itu akan menjadi suatu penyakit yang tidak bisa sembuh. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu sayang." ucap Bagas dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Aku tidak akan apa-apa Ayah, terkadang kita akan tumbuh semakin dewasa seiring ujian yang datang menguji kita." ucap Ayraa dengan hati yang sudah pasti hanya di berikan pada Danish.
"Ayraa kembalilah ke kamarmu nak.Biar Ayah dan Bunda akan bicara sebentar tentang masalah Danish. Nanti bunda akan menemuimu." ucap Nicky setelah beberapa saat terdiam hanya mendengarkan pembicaraan antara Ayraa dan Bagas.
"Baiklah Bunda, aku hanya minta pada Ayah dan Bunda untuk bisa memberikan aku kesempatan dan kebebasan untuk bisa memilih dan mempertahankan apa yang aku yakini. Seperti halnya dulu Bunda dan Ayah saling bertahan untuk saling mencintai walau banyak ujian yang datang." ucap Ayraa dengan sungguh-sungguh kemudian pergi masuk ke dalam kamarnya.
Setelah Ayraa masuk ke dalam kamarnya, Nicky mendekati Bagas dan duduk disampingnya dengan sangat dekat.
Di raihnya tangan Bagas dan digenggamnya dengan mengusap pelan punggung tangan Bagas dengan penuh perasaan.
"Dengarkan aku kali ini saja Mas, berikan Ayraa kebebasan untuk memilih cintanya dan kebahagiaannya, seperti dulu saat aku diberi kesempatan oleh Hana dan Raka untuk mempertahankan cinta kita. Beri keadilan yang sama buat Ayraa." ucap Nicky menatap dalam kedua mata Bagas.
Bagas menghela nafas panjang kemudian menatap Nicky dengan tatapan penuh cinta.
"Tapi bagaimana dengan kesepakatan kita dengan Hana dan Raka sayang? pasti mereka akan kecewa kalau kita memutuskan perjodohannya mereka." ucap Bagas dengan tatapan yang rumit.
"Apa kamu lupa mas? bukankah sebenarnya Ayraa dijodohkan dengan anak Khabir? Bukannya Hana dan Raka juga sudah tahu itu bukan? Dan lagi perjodohan Chello dan Ayraa belum kita bicarakan dengan Chello bukan? jadi berikan kesempatan Ayraa dan Danish untuk membuktikan cinta mereka. Kalau mereka jodoh pasti mereka akan bersatu dan kalau tidak pasti mereka juga akan berpisah. Seperti cinta kita dulu, walaupun kita terpisah lama tapi akhirnya kita juga bersatu bukan?" ucap Nicky sambil mengusap wajah Bagas dengan penuh kasih sayang.
Hati Bagas meleleh dengan semua ucapan istrinya yang mengingatkan perjuangan cintanya dulu pada Nicky.
"Baiklah, lakukan apa yang kamu inginkan. Tapi aku tidak akan tinggal diam kalau terjadi sesuatu pada Ayraa apalagi kalau melihat Ayraa menderita." ucap Bagas dengan sungguh-sungguh.
"Terima kasih Mas, aku akan memberitahu Ayraa agar Ayraa memberitahu Danish untuk segera datang ke sini lagi untuk mendapatkan restu dari kita." ucap Nicky dengan tersenyum.
"Tapi ingat Bunda, kalau terjadi sesuatu pada Ayraa...aku bisa saja membunuh Danish, karena biasanya laki-laki yang sudah mengenal hubungan seperti itu sangat sulit untuk lepas dari pasangannya." ucap Bagas dengan perasaan cemas.
"Tentu saja kita akan menjaga anak kita Mas, kita tidak akan membiarkan Ayraa menderita. Untuk itu kita memberikan kesempatan pada Ayraa agar tahu bagaimana rasanya mempertahankan cintanya." ucap Nicky sangat percaya pada Ayraa.
"Ya sudah...aku serahkan pada Bunda saja semuanya. bilang pada Ayraa untuk memberitahu Danish agar besok pagi bisa datang kemari untuk menemuiku lagi. Aku akan bicara banyak dengan Danish mengenai hubungan mereka." ucap Bagas kemudian meninggalkan Nicky yang akan menemui Ayraa.
Di dalam kamar Ayraa duduk di pinggir tempat tidur, sambil beberapa kali menghubungi Danish. Tapi tetap saja tidak ada jawaban dari Danish, bahkan pesan-pesannya dari pagi pun belum dibaca oleh Danish sedikitpun.
"Ada apa sebenarnya yang terjadi pada Kak Danish? Aku tidak mengerti, padahal tadi pagi Kak Danis baik-baik saja. Apa karena kata-kata Ayah membuat Kak Danish marah dan tidak menerima panggilanku? apa hanya karena kata-kata Ayah Kak Danish mundur dari hubungan ini?" tanya Ayraa dalam hati merasakan gelisah karena tidak ada kabar dari Danish sedikitpun.
"Ayraa." panggil Nicky dengan tersenyum mendekati Ayraa dan duduk di samping Ayraa.
"Ya Bunda, bagaimana dengan Ayah Bunda? apa Ayah sudah merestui hubunganku dengan Kak Danish Bunda?" tanya Ayraa menatap penuh wajah Bundanya.
Nicky menganggukan kepalanya dengan tersenyum.
"Ya.. Ayah sudah memberikan kesempatan pada kamu dan Danish untuk meminta bukti kalau hubungan kalian memang bersungguh-sungguh." ucap Nicky menatap penuh wajah putrinya dengan hati yang sangat lega.
"Syukurlah Bunda, semua ini berkat Bunda." ucap Ayraa dengan hati di penuhi kebahagiaan.
"Sekarang hubungi Danish, agar besok pagi datang kemari. Ayah ingin bicara dengan Danish." ucap Nicky ikut bahagia melihat wajah Ayraa yang terlihat bahagia.
"Ya Bunda, tapi sejak tadi Kak Danish tidak bisa aku hubungi Bunda. Semua pesan yang aku kirim belum di baca Kak Danish bahkan panggilanku juga tidak di terimanya Bunda." Ucap Ayraa dengan sedih bercampur rasa cemas.
"Mungkin Danish lagi sibuk sayang." ucap Nicky berusaha menenangkan hati Ayraa.
"Tapi ini tidak seperti biasanya Bunda, biasanya walaupun aku tidak menghubunginya Kak Danish selalu memberi kabar padaku." ucap Ayraa dengan perasaan cemas.
"Di tunggu saja Ayraa, barangkali Danish memang benar-benar sibuk." Ucap Nicky jadi ikut cemas.