MENJADI PUSAT PERHATIAN
MENJADI PUSAT PERHATIAN
Dengan tersenyum penuh rasa sayang, Bagas pergi ke rumah sakit.
***
Di rumah sakit...
Danish keluar dari mobil dengan memapah Ponco dalam keadaan lemas. Dalam keadaan tubuh yang lemas Ponco berjalan dengan kepala bersandar di bahu Danish sambil memeluk pinggangnya.
Ketika Ponco dan Danis masuk kedalam rumah sakit bersamaan datangnya dengan Bagas yang keluar dari mobil.
Tanpa sengaja Bagas yang berjalan di belakang Ponco dan Danish melihatnya dengan tatapan tak percaya, seolah-olah sikap Ponco dan Danish di luar kebiasaan orang yang normal. Apalagi Bagas merasa pernah melihat Ponco sebagai Dosen Ayraa saat pendaftaran di awal Ayraa kuliah.
Karena rasa penasaran yang tinggi Bagas ingin memastikan tentang kebenarannya kalau mereka berdua bukan orang yang normal. Masih dengan rasa penasaran Bagas sampai rela mengikuti Ponco dan Danish sampai pada di ruang tunggu untuk antri pemeriksaan.
Kedua mata Bagas tidak lepas dari pandangannya ke arah Poncol dan Danis
"Sepertinya mereka bukan laki-laki yang normal? mana ada laki-laki normal bersandar pada laki-laki satunya? dan laki-laki itu bukannya salah satu Dosen Ayraa ya?" tanya Bagas dalam hati.
Danish yang merasa ada yang mengawasi merasa gelisah, bagaimana bisa dia menolak Ponco yang sudah dalam keadaan lemas tidak bisa membawa badannya sendiri.
"Ponco, bisakah kamu menegakkan kepalamu dan tidak bersandar di bahuku? aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasi kita." ucap Danish di telinga Ponco.
Namun apa daya Ponco sudah tidak bisa mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan Danish karena tubuhnya sudah sangat lemas dan rasanya ingin pingsan.
Danish menghela nafas panjang tidak bisa lagi menolak yang memang benar-benar sedang sakit.
Setelah memastikan kalau benar-benar mereka berdua bukan laki-laki yang normal. Dan beberapa kali mengambil gambar foto Ponco, Bagas segera meninggalkan mereka berdua dan berjalan ke kamar inap di mana Genta dirawat.
"Ponco, cepatlah masuk namamu sudah dipanggil. Kalau memang kamu perlu di rawat disini, itu akan lebih baik daripada kamu sendirian di apartemen tidak ada yang merawatmu." ucap Danish merasa iba dengan keadaan Ponco. Tapi bagaimana lagi, keadaan sudah berubah dia sudah tidak bisa menemani Ponco lagi karena sudah benar-benar mencintai seorang wanita yaitu Ayraa.
Dengan tubuh semakin lemas, Danish memapah Ponco untuk masuk ke dalam ruangan pemeriksaan.
Tidak lama kemudian, setelah Ponco diperiksa oleh seorang dokter dan menerima sebuah resep, Danish pergi ke tempat apotek rumah sakit dan menebusnya untuk diberikan pada Ponco.
"Di rumah nanti kamu harus meminumnya sampai habis, Jangan sampai terlewatkan agar kamu cepat sembuh." ucap Danish sambil memasukkan obatnya ke dalam kantong celana Ponco.
"Sekarang kita pulang dan kamu bisa istirahat di apartemen kamu, karena aku juga harus pulang beristirahat." ucap Danish yang juga sudah merasa sangat lelah karena keadaannya juga tidak sedang dalam keadaan sehat.
Dengan penuh perhatian kembali Danish memapah Ponco dan membawanya masuk ke dalam mobil untuk diantar pulang ke apartemennya.
Di apartemen Danish membaringkan tubuh Ponco ke atas tempat tidurnya.
"Minum obatmu dulu, habis itu kamu istirahat tidur. Aku akan pulang, besok kalau ada waktu aku akan melihatmu lagi. Jangan lupa makan yang banyak." ucap Danish dengan sangat tulus pada Ponco yang sudah dianggapnya sebagai sahabat.
Hati Ponco merasa terharu dengan perhatian Danish. Perasaan haru dan perasaan cintanya bercampur aduk. Sungguh hatinya sangat mencintai Danish tapi Danish tidak mencintainya lagi.
"Terima kasih Danish, aku tidak akan melupakan kebaikanmu ini. Maaf aku tidak bisa mengantarmu ke depan. Hati-hati di jalan." ucap Ponco dengan suara yang lemah.
Setelah melihat keadaan Ponco yang sudah beristirahat setelah meminum obatnya, Danish meninggalkan Ponco untuk segera pulang ke Apartemennya.
tiba di apartemennya Danis merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan kedua matanya yang terpejam.
"Apa yang dilakukan Ayraa sekarang? aku sudah sangat merindukannya, padahal baru tadi pagi dia kesini." ucap Danish sambil meraih ponselnya melihat foto Ayraa yang menjadi wallpaper di ponselnya.
"Kenapa aku sangat mencintaimu Ayraa? apa karena rasa cinta ini cinta pertama? karena baru kali ini aku merasakan benar-benar mencintai seorang wanita?" ucap Danish dengan sebuah senyuman menatap foto Ayraa.
"Sekarang aku merindukanmu? Apa kamu juga merindukanku Ayraa?" ucap Danish sambil mengusap wajah Ayraa di ponselnya.
Karena tidak bisa menahan rindunya lagi Danish menyalakan ponselnya dan menghubungi Ayraa.
Ketika mendengar suara Ayraa yang sudah menerima panggilannya, hati Danish tersenyum dalam Hati dengan kerinduan yang sangat mendalam.
"Hallo Ayraa, kamu sedang apa?" tanya Danish dengan hati yang berdebar-debar.
"Baru habis tidur Kak, apa Kak Danish sudah beristirahat?" tanya Ayraa ganti bertanya.
belum ada baru saja datang dari mengantar konco ke rumah sakit jawab Danis dengan jujur
"Oh...jadi Pak Ponco ke rumah sakit lagi Kak? bagaimana keadaannya? memangnya Pak Ponco sakit apa Kak? kenapa sakit-sakitan?" tanya Ayraa yang sangat sering mengetahui Pak Ponco lebih banyak tidak mengajar di minggu-minggu terakhir.
"Aku juga tidak tahu sakitnya apa, tapi yang jelas yang dirasakan itu tubuhnya sangat lemas dan mudah demam." jawab Danish yang belum meminta Ponco untuk cek up secara keseluruhan.
"Kenapa Pak Ponco tidak disuruh checkup saja Kak? dengan checkup akan diketahui apa yang dirasakan Pak Ponco. Kalau hanya periksa biasa saja tidak akan diketahui jenis penyakitnya seperti apa?" ucap Ayraa ikut merasa cemas dengan keadaan Ponco.
"Permasalahannya Ponco itu, kalau aku minta checkup dia tidak akan mau. Ke dokter saja dia tidak mau disuntik, mintanya selalu obat saja." jelas Danish cukup merasa tertekan dengan keadaan Ponco.
"Kalau begitu Kak Danish harus bisa membujuk Pak Ponco untuk checkup. Kalau tidak checkup mana tahu sakitnya seperti apa? karena aku lihat Pak Ponco sering kali sakit." ucap Ayraa memberi saran pada Danish.
"Aku juga berpikir seperti itu, tadi saja waktu di rumah sakit keadaan Ponco sudah sangat lemas, untuk berjalan saja dia sudah tidak mampu dan bersandar di bahuku terus. Mungkin kalau orang yang tidak tahu, mereka berpikir aku dan Ponco ada hubungan sesuatu, karena Ponco memang benar-benar tidak mampu untuk berjalan lagi selain aku memapahnya." jelas Danish mengingat sepertinya ada seseorang yang sedang mengawasinya saat dia dan Ponco masuk ke dalam rumah sakit.
"Biarkan saja kak, yang penting kan Kak Danish tidak melakukan apa-apa? Dan yang penting Kak Danish sudah tidak ada hubungan dengan Pak Ponco, itu yang terpenting dan juga Kak Danish sudah berniat baik membantu Pak Ponco." ucap Ayraa menenangkan hati Danish.